proses sains, maka siswa memerlukan media yang lebih menyenangkan dan praktis sehingga mendukung proses belajar salah satunya menggunakan media
kartu alir flow card. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4
Pekalongan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Adakah pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI SMA
Negeri 4 Pekalongan? 2. Berapa besar pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media
flow card terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pekalongan?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow cardterhadap keterampilan proses sains pada materi Kelarutan
dan Hasil Kali Kelarutan siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pekalongan. 2. Mengetahui beasarnya pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri
berbantuan media flow card terhadap keterampilan proses sains pada
materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan siswa kelas XI SMA Negeri 4
Pekalongan.
3. Mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Secara teoritik hasil penelitian ini memiliki manfaat memberikan informasi tentang penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan
media flow card dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum.
2. Manfaat Praktis
1 Bagi Siswa Memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan praktikum
sehingga dapat memperoleh fakta dan konsep-konsep dalam pelajaran kimia.
2 Bagi Guru Memberikan alternatif model pembelajaran dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar yang mengaktifkan siswa untuk menemukan konsep sendiri.
3 Bagi Sekolah Memberikan sumbangan bagi sekolah untuk memaksimalkan
kualitas mutu pendidikan yang lebih efektif. 4 Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan
mediaflow cardterhadap keterampilan proses sains.
1.5 Pembatasan Masalah
Subjek penelitian ini adalah kelas XI IPA Sekolah Menengah Atas dengan materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutanuntuk mengetahui
pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card terhadap keterampilan proses sains.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Model Inkuiri
Proses pembelajaran sebaiknya menuntut siswa aktif dan berpusat pada pendekatan sains yang meliputiinkuiri. Inkuiri merupakan suatu proses pemecahan
suatu masalah dengan kritis, analitis ilmiah menggunakan langkah tertentu untuk menarik kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh data Suhardiman
dan Hamdi, 2012. Model inkuiri adalah suatu model yang melibatkan siswa aktif dalam mencari dan menemukan pengetahuan atau informasi sendiri. Model
Inkuiri mempunyai keunggulan yaitu dengan cara memberi kesempatan siswa untuk bertanya, menyelidiki dan akhirnya mengambil kesimpulan Agustin et al.,
2011. Beberapa prinsip utama dalam strategi pembelajaran inkuiri yang harus
diperhatikan oleh setiap pendidik, yaitu 1 berorientasi pada pengembangan intelektual, yaitu mengukur siswa dari sejauh mana menguasai dan memahami
materi, melainkan bagaimana siswa mencari dan menemukan suatu makna melalui proses berpikir. 2 Prinsip bertanya, yaitu kemampuan guru dalam
bertanya sangat diperlukan dalam proses pembelajaran inkuiri, selain itu siswa mampu mengembangkan sikap berpikir kritis dengan selalu aktif menanyakan
fenomena yang sedang dipelajarinya. 3 Prinsip interaksi, yaitu untuk menumbuhkan proses interaksi, guru mempunyai peran penting agar siswa
mampu terangsang untuk meningkatkan kualitas berpikirnya dan mengatur interaksi agar berjalan dinamis. 4 Belajar untuk berpikir, yaitu belajar itu tidak
hanya mengingat dan menghafal. Ada proses mental yang membuat siswa berpikir dan menggunakan segala kemampuannya serta melibatkan semua potensi diri
siswa Hartono, 2014. Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran inkuiri menurut
Sanjaya 2006 terdapat pada Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Langkah- langkah Model Pembelajaran Inkuiri
Langkah Pembelajaran Keterangan
Orientasi Pada langkah ini guru mengondisikan agar
siswa siap melaksanakan proses pembelajaran dengan cara merangsang dan mengajak siswa
untuk berpikir memecahkan masalah.
Merumuskan masalah Pada langkah ini guru membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.
Mengajukan hipotesis Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau
dapat
merumuskan berbagai
perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan
yang dikaji. Mengumpulkan data
Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan
jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Merumuskan
kesimpulan Merumuskan
kesimpulan adalah
proses mendeskripsikan
temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Suparno 2006 mengemukakan bahwa meski para ahli menjelaskan model inkuiri secara berbeda-beda, tetapi secara sederhana dapat dijelaskan sebagai
model pengajaran yang menggunakan proses: 1 identifikasi persoalan, 2 membuat hipotesis, 3 pengumpulkan data, 4 menganalisis data, dan 5
mengambil kesimpulan. Pembelajaran inkuiri mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:
1 Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang;
2 Siswa menjadi aktif dalam mencari dan mengolah sendiri informasi;; 3 Siswa mengerti konsep dasar dan ide-ide secara baik;
4 Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri sesuai gaya belajar mereka; 5 Memberikan waktu pada siswa secukupnya, sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Pembelajarn inkuiri juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1 Guru harus pandai merumuskan teka-teki atau pertanyaan kepada siswa dengan baik;
2 Memerlukan waktu panjang sehingga guru sering sulit menyesuaikan waktu yang ditentukan;
3 Pada sistem klasikal dengan jumlah siswa yang relatif banyak, penggunaan model ini sukar untuk dikembangkan dengan baik.
4 Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi, maka pembelajaran ini sulit diimplementasikan oleh guru.
Sanjaya,2006. Berdasarkan uaraian langkah-langkah model inkuiri dari para ahli di atas
memiliki beberapa kesamaan yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji data, dan menarik kesimpulan. Pelaksanaan dimulai
dengan mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran dengan cara merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah secara
berkelompok. Siswa menyelesaikan permasalahan dengan praktikum atau demonstrasi.
Penelitian ini menggunakan langkah-langkah model inkuiri menurut Sanjaya 2006. Langkah inkuiri menurut Suparno 2006 tidak ada langkah
orientasi kepada siswa. Langkah orientasi merupakan langkah penting. Pada langkah ini pendidik mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses
pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran ini bergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah,
tanpa kemauan dan kemampuan tidak mungkin proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka langkah inkuiri yang
diterapkan di SMA Negeri 4 Pekalongan adalah: 1. Orientasi;
2. Merumuskan masalah; 3. Mengajukan hipotesis;
4. Mengumpulkan data;
5. Menguji hipotesis; 6. Merumuskan kesimpulan.
2.1.2 Media dan Media Pembelajaran
Media merupakan alat yang dapat digunakan untuk mempermudah dalam menyampaikan informasi. Suatu proses pembelajaran pasti ada tujuan yang akan
dicapai, untuk itu dalam menyampaikan informasi, guru memerlukan alat bantu untuk mempermudah proses pembelajaran di kelas yang disebut dengan media
pembelajaran Setyono et al., 2013. Sedangkan menurut Nurseto 2011 media pembelajaran merupakan sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dalam
kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran memiliki peran penting dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar dapat membantu mewakili sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru melalui kata-kata
atau kalimat sehingga dapat menyamakan persepsi siswa Haryanto, 2011. Pemilihan media pembelajaran tidak harus menggunakan media yang berbasis
teknologi, tetapi dapat menggunakan media sederhana sehingga memudahkan dalam proses pembuatannya. Media diagram alir adalah salah satu media visual
sederhana yang dapat dijadikan media pembelajaran karena dengan media diagram alir siswa akan lebih mudah untuk memvisualisasikan konsep yang
diterimanya.
2.1.3 Diagram Bagan
Diagram termasuk dalam media visual. Fungsinya adalah menyajikan konsep-konsep atau ide-ide yang sulit apabila hanya disampaikan melalui lisan
atau tulisan. Diagram juga mampu memberikan informasi yang lebih ringkas dengan menampilkan hal-hal yang penting dari suatu presentasi Sadiman et al.,
2012. Sebagai media yang baik diagram bagan harus dapat dimengerti siswa, sederhana dan lugas dan tidak rumit. Diagram bagan harus berkaitan dengan
materi yang akan disampaikan di kelas, jangan sampai terjadi miss concept data,atau informasi Daryanto, 2010.
2.1.4 Diagram Alir
Digram alir menggambarkan arus suatu proses atau dapat pula menelusuri tanggung jawab atau hubungan kerja antar berbagai bagian atau seksi suatu
organisasi. Tanda panah sering kali untuk mengambarkan arah arus tersebut Sadiman et al., 2012. Diagram alir adalah suatu rangkaian yang memperlihatkan
aliran urutan suatu proses atau hubungan beberapa prosedur yang menggambarkan tahapan dari prosedur kerja Davidowitz dan Rollnick, 2001. Diagram alir dapat
digunakan untuk
media dalam
pelaksanaan praktikum
yaitu untuk
menggambarkan cara kerja dalam praktikum tersebut.
2.1.5 Kartu Alir Flow Card
Kartu alir flow card merupakan modifikasi dari diagram alir yang dibuat dengan media kartu, di dalamnya terdapat simbol-simbol sederhana yang
menggambarkan langkah kerja di laboratorium, dan dibuat urutan sehingga menunjukkan suatu aliran tahap-tahap prosedur yang mencerminkan pemahaman
awal siswa dalam memahami langkah kerja suatu praktikum Jelita, 2013. Media flow card ini dibuat lebih menarik dengan menyajikan gambar langkah-langkah
dalam praktikum kelarutan dan hasil kali kelarutan sehingga kepahaman siswa
menggunakan alat dan bahan praktikum menjadi lebih baik.Penyajian gambar dapat membantu siswa memperoleh dan menyimpan kesan-kesan visual.
Media flow card yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu yang berisi langkah-langkah praktikum kelarutan dan hasil kali kelarutan sehingga
dapat digunakan sebagai petunjuk praktikum. Media flow card ini berbentuk kartu yang saling terangkai menjadi satu dan dapat dibuka sesuai dengan urutan langkah
praktikum. Penggunaan media flow card ini dapat menambah minat dan daya tarik siswa pada saat melakukan praktikum karena langkah-langkahnya sudah
tervisualisasi dengan jelas. Media flow card ini juga mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat menampilkan obyek yang terlalu kompleks serta ukurannya terlalu
kecil untuk ditampilkan secara klasikal Umamah, 2010.
2.1.6 Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains science process skill merupakan keterampilan yang berorientasi pada proses IPA, dapat disebut juga sebagai keterampilan
inkuiri. Keterampilan proses sains bertujuan untuk membuat siswa lebih aktif dalam memahami, menguasai rangkaian yang telah dilakukannya Rustaman,
2005. Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemempuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan inilah yang kemudian menjadi satu
keterampilan individu Holil, 2008. Langkah-langkah pelaksanaan keterampilan proses antara lain: 1
Mengamati, 2 Menggolongkan mengklasifikasikan, 3 Manafsirkan
menginterpretasikan, 4 Meramalkan, 5 Menerapkan, 6 Merencanakan penelitian, 7 Mengkomunikasikan Ango, 2002. Sedangkan menurut Rustaman
2005 indikator keterampilan proses sains adalah sebagai berikut: 1
Mengamati observasi;
2 Mengelompokkan
klasifikasi; 3
Menafsirkan Pengamatan Interpretasi; 4 Meramalkan Prediksi; 5 Mengajukan Pertanyaan; 6 Merumuskan Hipotesis; 7 Merencanakan
Percobaan; 8 Menerapkan Konsep; 9 Berkomunikasi; 10 Menggunakan Alat dan Bahan. Pengajaran ilmu sains dalam hal ini pelajaran kimia yang diketahui
objeknya adalah abstrak namun benar dan terbukti ada di alam akan sangat tepat bila diberikan dengan mengembangkan keterampilan proses seperti pada uraian
sebelumnya. Pembelajaran inkuiri yang diterapkan pada materi kelarutan dan hasil kali
kelarutan dalam penelitian ini yaitu dengan metode praktikum sehingga di dalam praktikum keterampilan proses sains yang diukur terdapat indikator mengajukan
pertanyaan, merumuskan hipotesis dan menggunakan alat dan bahan ketika praktikum. Indikator ini juga sinkron dengan langkah-langkah yang ada dalam
model pembelajaran inkuiri. Jadi dalam penelitian ini merujuk pada indikator menurut Rustaman 2005, yang mengungkapkan 10 indikator keterampilan
proses sains. Dari 10 Indikator tersebut akan dibagi menjadi dua aspek penilaian, yaitu keterampilan proses sains yang diukur berdasarkan tes menggunakan soal
uraian yang meliputi indikator mengajukan pertanyaanmerumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengelompokkan klasifikasi, meramalkan prediksi dan
menerapkan konsep,
mengamati observasi,
menafsirkan pengamatan
interpretasi, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, dan berkomunikasi. Penilaian ini dilakukan pada saat posttest. Sedangkan penilaian
keterampilan proses sains yang dilakukan dengan observasi langsung menggunakan lembar observasi meliputi indikator mengamati observasi,
menafsirkan pengamatan interpretasi, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, dan berkomunikasi.
Penilaian keterampilan proses sains melalui lembar observasi dengan 3 observer. Penilaian ini dilakukan pada saat siswa melakukan praktikum kelarutan
dan hasil kali kelarutan di laboratorium. Setiap siswa mengenakan name tag supaya memudahkan observer melakukan proses penilaian. Penilaian dilakukan
pada pertemuan ke 3, karena pada pertemuan ke 3 siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol melakukan praktikum pengaruh penambahan ion sejenis
terhadap kelarutan.
2.1.7 Aspek Afektif
Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil bejar yang penting. Ada lima tipe karakteristik afektif yang terdiri dari sikap, minat, konsep diri, nilai dan
moral Depdiknas, 2008. Aspek afektif yang dinilai dalam penelitian ini yaitu sikap siswa selama mengikuti pelajaran.
Penilaian sikap terdiri disiplin, jujur, toleransi, tanggungjawab, gotongroyong, percaya diri dan santun Depdiknas, 2014. Sikap siswa yang
dinilai dalam penelitian ini meliputi disiplin, tanggungjawab, gotongroyong, toleransi, percaya diri dan santun. Sikap jujur tidak dilakukan penilaian. Hal ini
karena sikap jujur cukup sulit untuk diamati, karena tidak semua sikap jujur tidak dapat dilihat oleh indera penglihatan.
Sikap siswa yang dinilai adalah kedisiplinan, perhatian dan keaktifan siswa, menghargai pendapat orang lain, kelengkapan catatan dan bukusumber
belajar, serta sopan. Untuk menilai kedisiplinan siswa dapat dilihat dari kehadiran tepat waktu, selalu mengikuti pelajaran kimia, tepat waktu mengumpulkan tugas
dan memakai atribut seragam dengan lengkap. Nilai perhatian dan keaktifan siswa dapat diamati dari keseriusan dalam
mendengarkan penjelasan guru, keaktifan mengerjakkan tugas, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dari guru
atau teman dan berdiskusi tentang materi K
sp
. Untuk menilai sikap menghargai pendapat orang lain dapat dilihat ketika siswa mendengarkan ketika orang lain
berpendapat dan tidak ramai di kelas. Kelengkapan catatan dan bukusumber belajar dapat dinilai dari lengkap tidaknya catatan, kerapihan dan banyaknya buku
sumber belajar yang dibawa siswa. Sopan dapat diamati dengan kriteria berbicara dengan bahasa yang baik dan sopan di dalam kelas.
Penilaian sikap dilakukan melalui lembar observasi dengan 3 observer. Setiap siswa mengenakan name tag untuk memudahkan observer melakukan
pengamatan. Penilaian sikap siswa dilaksanakan selama pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan berlangsung, yaitu dari pertemuan pertama
sampai terakhir.
2.1.8 Uraian Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Pokok Bahasan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan mencakup delapan sub pokok bahasan, yaitu:
1. Kesetimbangan dalam Larutan Garam yang Sukar Larut
Pada suatu larutan elektrolit, zat-zat yang terlarut akan terionisasi dan menghasilkan kation dan anion. Elektrolit sukar larut, ion-ion terlarutnya
berada dalam larutan jenuh dan membentuk kesetimbangan heterogen dengan padatannya. tetapan kesetimbangan yang baru disebut tetapan hasil kali
kelarutan. hasil kali kelarutan adalah kondisi suatu zat yang dapat larut dalam air hingga tercapai kondisi tepat jenuh. Secara umum, persamaan
keseimbangan larutan garam AxBy dengan kelarutan s adalah: A
x
B
y
s ⇄
XA
y+
aq + YB
x-
aq Maka K
sp
= [A
y+
]
x
[B
x-
]
y
karena [A
x
B
y
] konstan Keterangan :
X dan Y adalah koefisien x- dan y+ adalah muatan dari ion A dan B.
2. Kelarutan
Kenyataan menunjukan bahwa ada zat yang mudah larut dan ada pula zat yang tidak mudah larut dalam air. Zat yang mudah larut dalam air mempunyai
harga kelarutan yang besar, sedang zat yang sukar larut mempunyai harga kelarutan yang kecil. Jumlah mol zat yang larut dalam 1 liter larutan sehingga
terjadi la rutan jenuhnya pada suhu 25◦C dan tekanan 1 atm, disebut kelarutan
Supardi Luhbandjono, 2012.
3. Hasil Kali Kelarutan K
sp
K
sp
atau konstanta hasil kali kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh, dipangkatkan masing-masing koefisien reaksinya. Di
dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara padatan dengan ion-ion hasil disosiasinya Supardi Luhbandjono, 2012
Contoh; AgCl
s
Ag
+ Aq
+ Cl
- Aq
K = Konsentrasi padatan selalu tetap selama zat padatnya ada, jadi:
K . AgCl
s
= Ag
+
Cl
-
K
sp
= Ag
+
Cl
-
Secara umum dapat dituliskan: L
a
X
bs
a L
b+
+ b X
a-
K = K .
= K
sp
= Supardi Luhbandjono, 2012
4. Hubungan Kelarutan dengan Hasil Kali Kelarutan
Jika harga kelarutan dari senyawa A
m
B
n
sebesar s mol L
–1
, maka di dalam reaksi kesetimbangan tersebut konsentrasi ion-ion A
n+
dan B
m –
adalah: A
m
B
ns
mA
n+ aq
+ nB
m- aq
s mol L
-1
ms mol L
-1
ns mol L
-1
sehingga harga hasil kali kelarutannya adalah:
K
sp
A
m
B
n
= [A
n+
]
m
[B
m –
]
n
= ms
m
ns
n
= m
m
.s
m
.n
n
.s
n
= m
m
.n
n
.s
m+n
s
m+n
=
s = √
5. Pengaruh Ion Sejenis terhadap Kelarutan
Pengaruh penambahan ion senama mengakibatkan kelarutan zat akan berkurang. Makin besar jumlah ion sejenis, makin kecil kelarutan senyawa
tersebut.Berdasarkan azas Le Chatelier, jika konsentrasi zat pada kesetimbangan diubah maka akan terjadi pergeseran kesetimbangan.
6. Hubungan K
sp
dengan pH
Dengan mengatur pH kita dapat memperbesar atau memperkecil kelarutan senyawa elektrolit. Tingkat keasaman larutan pH dapat mempengaruhi
kelarutan berbagai jenis zat.Suatu basa umumnya lebih larut dalam larutan yang bersifat asam, dan lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa.
Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam kuat.
7. Hubungan K
sp
dengan Pengendapan
Percampuran dua jenis larutan elektrolit ada yang dapat membentuk endapan dan ada juga yang tidak membentuk endapan, tergantung pada konsentrasi
ion-ion dipangkatkan koefisiennya. Dalam proses yang kemungkinan membentuk endapan A
x
B
y
, dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu: a. Jika Qc A
x
B
y
K
sp
A
x
B
y
, percampuran menghasilkan endapan, b. Jika Qc A
x
B
y
= K
sp
A
x
B
y
, percampuran belum menghasilkan endapan keadaan seperti ini disebut tepat jenuh atau akan mulai mengendap
c. Jika Qc A
x
B
y
K
sp
A
x
B
y
, percampuran belum menghasilkan endapan
8. Penerapan Prinsip Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dalam
Kehidupan Sehari-hari
a. Pembentukan stalagtit dan stalagmit b. Pembentukan batu ginjal dalam tubuh
c. Penambahan senyawa fluorida dalam pasta gigi d. Pemisahan logam melalui reaksi pengendapan
2.2 Penelitian Terkait
Penelitian terkait antara lainpenelitian yang dilakukan oleh Wiwin Ambarsari 2013 mengkaji tentang penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing
terhadap keterampilan proses sains dasar pada pelajaran biologi siswa kelas VII. Dalam penelitiannya yang menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing
dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Fajariani dan Ismono 2013 juga berhasil menerapkan pembelajaran inkuiri untuk melatih keterampilan berpikir
tingkat tinggi dengan adanya peningkatan nilai pretest dan postest dengan nilai g 0,66 yang dikatagorikan sedang.
Berdasarka hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri Sartika Agustin et al. 2011 metode pembelajaran inkuiri terpimpin berpengaruh nyata terhadap
keterampilan proses sains pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Boyolali. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Lalu Ria Suhardiman 2012 menunjukkan bahwa
hasil uji hipotesis pada taraf signifikansi 5 menghasilkan harga F
hitung
sebesar 1.16 sementara harga F
tabel
untuk derajat kebebasan pembilang 35 dan derajat kebebasan penyebut 35 dalam taraf signifikansi 5 sebesar 1.78dan harga T
hitung
diperoleh 3.86 sementara harga T
tabel
sebesar 1.66 ini menunjukkan bahwa keterampilan proses IPA siswa yang diajar dengan metode pembelajaran inkuiri
lebih baik dari pada keterampilan proses IPA siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggun Nopitasari 2012 menunjukkan bahwa dalam pembelajaran biologi menggunakan metode student
created case studies disertai media gambar dapat melatih siswa dalam mengembangkan keterampilan proses sains.
2.3 Kerangka Berpikir