Tahap Pengawasan Proses Pembelajaran Penyandang Tunanetra pada Program

Berdasarkan dari hasil observasi peneliti, pelajaran akan efektif jika siswa dapat menjelaskan pembelajaran sesuai waktu yang diberikan. Pelaksanaan proses belajar Al-Qur ‟an Braille dalam aspek waktu, sudah sangat baik, seperti yang dijelaskan oleh instruktur pembelajaran Al-Qur ‟an Braille, yaitu: “Waktu pembelajaran dalam program Al-Qur‟an Braille sudah sesuai waktu yang ditetapkan di jadwal. Waktu yang diberikn dalam proses pembelajaran Al- Qur‟an Braille diselenggarakan setiap tahun dan pembelajaran diadakan seminggu empat kali yaitu senin-kamis pukul 08.00 WIB dengan durasi waktu 2 jam setiap kali pertemuan, yang dilanjutkan program Al-Qura itu juga karena warga belajar nanti dilanjutkan dengan program pembelajaran Al- Qur‟an Digital, sebab mas... warga belajar ini mereka merangkap dalam kedua proram tersebut.” wawancara pada tanggal 7 Mei 2015 Berikut wawancara peneliti dengan warga belajar Al-Qur ‟an Braille, sebagai berikut: “Untuk masalah waktu, kami sudah diberi tahu oleh instruktur, karena instruktur tinggal bersama kami di asrama dan terkadang kami dapat tahu dari melalui HP yang sudah kami setel.” wawancara pada tanggal 11 Mei 2015 Berdasarkan pernyataan diatas bahwa waktu pelaksanaan pembelajaran Al- Qur‟an Braille sudah di buatkan jadwal dari pihak yayasan. Dalam hal ini berarti, waktu sudah berjalan sesuai dengan kesepakatan pembuatan yang telah direncanakan. Karena pengkordinasi dari pihak yayasn pad instruktur sudah baik dalam pemberitahuannya.

4.2.1.3 Tahap Pengawasan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti belum terlaksana saat penelitian berlangsung. Jadi untuk mengetahui tahap pengawasan dalam proses pembelajaran Al- Qur‟an Braille, peneliti hanya berpedoman dengan wawancara. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan bapak Basuki selaku Ketua Pondok Pesantren sebagai berikut: “….untuk tahap pengawasan, ketua yayasan tidak ada kewenangan, tugas ketua yayasan adalah mengevaluasi hasil pengawasan yang dimana masing-masing instruktur pengawasan ini diberi tangggung jawab pada saat proses pembelajaran berlangsung, yang nantinya pada setiap sebulan sekali dirapatkan untuk di evaluasikan. Disamping itu, dalam tugas pengawasan secara keseluruhan baik ketika ada program layanan maupun kegiatan-kegiatan pondok, tugas tersebut di serahkan kepada bapak Slamet, beliau ini bukan seorang tunanetra. Contohnya beliau kadang menanyakan apa yang dibutuhkan saja ketika program kegiatan berlangsung, apakah ada masalah dan sebagainya yang itu penting bagi yayasan untuk membantu berjalannya acara dalam kebutuhan yang diperlukan seperti ketika komputer rusak beliau lah yang membawanya untuk segera dibenahi.” wawancara pada tanggal 5 Mei 2015 Sedangkan, hal yang peneliti wawancara dengan mas Sofyan selaku instruktur, sebagai berikut: „.......dalam melakukan pengawasan saya hanya lebih ke pengawasan di asrama apakah mereka setelah pelajaran selesai atau diluar pembelajaran mereka mengerjakan tugas yang diberikan atau tidak, yang saya lakukan dengan bertanya seputar tugas yang diberiakan ketika proses pembelajaran berlangsung.”wawancara pada tanggal 7 Mei 2015 Hasil wawancara tersebut menjelaskan tentang bagaimana rencana pengawasan yang akan dilaksanakan berlangsung. Dimana warga belajar telah melakukan apa yang ditugaskan instruktur dengan bertanggung jawab. Pengawasan dilakukan dengan cara bertanya secara personal.Hasil pengawasan menunjukan bahwa sebagian besar warga belajar dapat menerima materi apa yang dipelajari dan sangat senang dalam mempelajari Al- Qurr‟an Braille.

4.2.2 Proses Pembelajaran Penyandang Tunanetra pada Program