Tahap Perencanaan Proses Pembelajaran Pendidikan Nonformal

a. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi disebut juga faktor yang mempermudah atau faktor pertama yang mempengaruhi untuk berperilaku, yang mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak. Dalam arti umum dapat dinyatakan faktor predisposisi sebagai preferensi “pribadi” yang dibawa seseorang atau kelompok kedalam suatu pengalaman belajar. Pada latar proses pembelajaran pendidikan nonformal preferensi ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku pendidikan pendidikan nonformal dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai proses pembelajaran. b. Faktor Pemungkin atau Pendukung Faktor pemungkin mencakup berbagai suasana, kondisi yang memungkinkan keberlangsungan pendidikan nonformal secara efektif khususnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Faktor kepemimpinan, faktor iklim dan budaya organisasi ditengarai berpengaruh sangat kuat terhadap keberlangsungan pendidikan nonformal yang efektif dan efisien, meskipun tentunya masih ada faktor pemungkin yang lain. c. Faktor Penguat atau Pendorong Salah satu faktor pendorong yang mempengaruhi proses pembelajaran pendidikan nonoformal adalah dukungan pembiayaan, dan dukungan saranaprasarana pembelajaran. Biaya pendidikan memiliki peranan penting dalam proses pendidikan, sebab tanpa atau kekurangan biaya yang dikeluarkan proses pendidikan akan terhambat. Biaya pendidikan cukupnya sangat luas, yaitu uang, barang, dan jasa yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan. Peaturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 9 yang berbunyi: Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupatenkota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan penyelenggaraan pendidikan.

2.3.5.1 Tahap Perencanaan

Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa berawal dari rencana yang matang. Perencanaan yang matang akan menunjukan hasil yang yang optimal dalam pembelajaran. Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran. Davies dalam sutarto, 2008:170 kegiatan perencanaan pembelajaran meliputi kegiatan analisis tugas dan pekerjaan, menentukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan, menentukan kemampuan populasi target, mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran, dan merumuskan tujuan pembelajaran. Dalam perencanaan pogram pembelajaran pendidikan nonformalpemberdayaan masyarakat mempunyai langkah-langkah yang harus memenuhi syarat-syarat tertentu dengan mempetimbangkan karakteristik warga belajarkelompok sasaran. La Bella dalam sutarto, 2008:171 mengemukakan beberapa hal yang patut dipahami dalam merancang suatu program pembelajaranpemberdayaan masyarakat yang efektif dalam modus pendidikan nonformal, yaitu: 1 Pemahaman sumber-sumber cultural dan historika. Bahwa setiap masyaakat memiliki sistem nilai yang mewanai pendidikannya. Pemahaman tersebut penting dalam merancang pembelajaan pendidikan nonformal, 2 Pemahaman terhadap target populasi, yaitu petama, motivasi yang mendorong warga belajar dan penghargaan psiko-sosial- ekonomi yang memungkinkan untuk bertahan untuk belajar, kedua, kebiasaan- kebiasaan dan ekspektasi yang telah diperoleh sebelumnya, gaya proses-proses mental dan karakteristik belajar yang dipeoleh dari pengalaman belajar sebelumnya dan 3 pemahaman terhadap terhadap tuntunan administrasi dan pengelolaan sistem pembelajaran. Disamping itu, pelaksanaan program pembelajaranpemberdayaan masyarakat yang berhasil mengharuskan adanya keterlibatan pimpinan. Dengan memantau proses pembelajaranpemberdayaan masyarakat secara berkala dan memberikan balikan, pimpinan membantu upaya menjamin terlaksananya program pembelajaranpemberdayaan masyarakat secara lebih berkualitas. Keterlibatan menejemen organisasilembagamasyarakat sangat perlu untuk menyediakan biaya, fasilitas, dan berbagai sumber dukungan bagi kelancaran pelaksanaan program pembelajaranpemberdayaan masyarakat. Sedangkan Sudjana 1992:41-43 mengartikan dalam Sutarto, 2013:29-30 perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang dilakukan pada waktu yang datang. Kemudian dikemukakan tujuh indikator perencanaan yang baik, yaitu: 1 perencanaan merupakan model pengambilan keputusan secara ilmiah dalam memilih dan menerapkan tindakan untuk mencapai tujuan, 2 perencanaan berorientasi pada terjadinya perubahan dari keadaan masa sekrang kepada keadaan yang diinginkan di masa yang akan datang sebagaimana dirumuskan dalam tujuan yang akan dicapai, 3 perencanaan melibatkan orang ke dalam suatu proses untuk menentukan dan menemukan masa depan yang diinginkan, 4 perencanaan memberi arah bagaimana dan kapan tindakan akan diambil serta siapa yang terlibat di dalam tindakan itu, 5 perencanaan melibatkan perkiraan semua kegiatan yang akan dilalui, meliputi kemungkinan kebehasilan, sumber yang digunakan, factor pendukung dan penghambat, kemungkinan resiko dan lain-lain, 6 perencanaan behubungan dengan penentuan prioitas dan urutan tindakan yang akan dilakukan, dan prioritas ditetapkan berdasarkan kepentingan, relevansi, tujuan yang akan dicapai sumbe yang tesedia dan hambatan yang mungkin ditemui, dan 7 perencanaan sebagai titik awal dan arah kegiatan pengorganisasian, penggerakan pembinaan dan penilaian serta pengembangan.

2.3.5.2 Tahap Pelaksanaan