lingkungan untuk dinikmati wisata-agro, sebagai penghasil biofarmaka dan penghasil energi seperti bio-diesel.
Implementasi revitalisasi pertanian dalam program departemen pertanian, 2004-2009,
menyatakan sasaran
pembangunan pertanian
2005-2009 dikelompokan menjadi tiga yaitu:
1. PDB, Investasi, dan Kesempatan Kerja
2. Ketahanan Pangan
3. Nilai Tambah dan Daya Saing.
Dalam Penelitian ini hanya membahas mengenai sasaran pembangunan pertanian yang pertama sesuai dengan judul penelitian yaitu analisis dampak
investasi dan pertumbuhan di sektor pertanian terhadap tenaga kerja sektor pertanian.
5.1. Tantangan Sektor Pertanian
Indonesia menghadapi beberapa kelemahan internal antara lain sumberdaya kualitas manusia rendah, penguasaan ilmu dan pengetahuan yang
masih kurang, kesuburan lahan pertanian yang semakin menurun, manajemen penggunaan air yang lemah, sistem kelembagaaan petani yang rapuh, sistem
agribisnis belum kompak dan belum terintegrasi, modal pertanian sangat kurang dan kalau tersedia sangat mahal, industri pembenihan untuk berbagai komoditas
belum berkembang, sistem pemasaran tidak menjamin insentif yang layak bagi petani, manajemen pembangunan pertanian antara pusat dan daerah belum
terkoordinasi dan prioritas kebijakan nasional yang belum berpihak pada pertanian. Penyebab inefisiensi agribisnis adalah lahan usaha sempit, terlalu
banyak orang bekerja dalam jasa pemasaran sehingga biaya pemasaran tinggi, biaya modal yang dihadapi petani tinggi, manajemen petani berdasarkan
pengalaman sendiri yang tidak berkembang, penggunaan benih yang tidak produktif, sikap nasionalisme bagi penyelenggara negara masih tertutup oleh
sikap daerahisme, biaya penelitian yang sangat rendah sehingga penemuan teknologi tidak pernah tuntas, para petani enggan bekerjasama sehingga
kelembagaan tidak berkembang, organisasi pemerintahan belum terpadu dan sering tidak efektif bagi pembangunan pertanian.
Masalah yang dihadapi dari sisi eksternal adalah ancaman dari luar negeri atau globalisasi dalam berbagai bentuk seperti perdagangan bebas dunia dan
perdagangan gelap seperti penyeludupan dan impor barang legal dengan jenis barang yang dipalsukan. Perdagangan bebas yang diyakini dapat menciptakan
kemakmuran dunia, ternyata menjadi media untuk menghancurkan yang lemah. Harga dunia yang dapat berfungsi sebagai media efisiensi penggunaan
sumberdaya ternyata dapat diubah sesuai keinginan negara yang kaya dan kuat melalui subsidi para petani. Indonesia tidak lagi mungkin menggunakan harga
dunia sebagai menara bagi peningkatan daya saing. Penyelundupan hasil-hasil pertanian dari luar negeri terus berlangsung sebagai konsekuensi permintaan
dalam negeri yang tinggi, harga dunia yang lebih rendah dan kelemahan aparat dalam menindak penyeludunpan.
Untuk menghalangi kelemahan-kelemahan ini, Indonesia memang harus berjuang supaya perdagangan dapat berjalan adil. Perjuangan ini akan berat
mengingat negara-negara maju tidak mundur dari kebijakan pertanian di daerahnya. Negara-negara maju mempunyai prinsip bahwa hasil pertanian atau
pangan merupakan kebutuhan hayati yang tidak dapat digantikan oleh produk industri. Produksi pangan merupakan kunci kekuatan sebuah negara oleh karena
itu subsidi pertanian merupakan suatu hal yang layak dan perlu sangat diprioritaskan berapa besar biayanya.Kebijakan pertanian terutama subsidi pada
petani akan dapat menjamin insentif petani untuk berproduksi dan merubah sistem pertanian. Jika petani mendapat jaminan subsidi, mereka akan lebih
digerakkan kepada kemajuan. Jika pasar bebas dunia masih berlangsung tidak adil seperti yang sekarang maka Indonesia melakukan kerjasama secara intensif
dengan berbagai negara lain. Kerjasama ini akan dapat membantu kebuntuan globalisasi pasar bebas.
5.2. Peluang Sektor Pertanian