Pengaruh pma, pmdn dan tenaga kerja pada sektor pertanian terhadap PDB sektor pertanian di Indonesia tahun 1985-2009

(1)

PENGARUH PMA, PMDN DAN TENAGA KERJA PADA

SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDB SEKTOR

PERTANIAN DI INDONESIA

TAHUN 1985-2009

Oleh:

ELVA AYU MUTIA 107084000358

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Elva Ayu Mutia

2. Tempat & Tgl Lahir : Bekasi, 8 Januari 1989

3. Alamat : Ds. Duren Rt 16/05 No. 35 Kec.

Klari Kab. Karawang 41371

4. Telepon : 085691302296

5. Email : ayuelva@yahoo.co.id

6. Jenis Kelamin : Perempuan

7. Agama : Islam

II. PENDIDIKAN

1. TK Parkit Dharma Wanita : 1994-1995

2. SD Negeri Mekarsari 01 : 1995-2001

3. SMP Negeri 1 Cikampek : 2001-2004

4. SMA Negeri 1 Karawang : 2004-2007


(7)

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Yunadi Latif

2. Tempat & Tgl Lahir : Padang, 27 Juli 1954

3. Ibu : Zulfiati

4. Tempat & Tgl Lahir : Padang, 10 November 1957

5. Alamat : Ds. Duren Rt 16/05 No. 35 Kec.


(8)

ABSTRACT

This research is intended to gain the influence of Foreign Investment (FI) , Domestic Investment (DI) and increasing number of Labor to Gross Domestic Product (GDP) in the Agriculture Sector in Indonesia, from 1985 to 2009. Time series data of 1985-2009 are used in this research that is obtained from National Statistical Beurau Indonesia and using regression analysis "Ordinary Least Square" (OLS). The writer uses multiple regression method using Eviews 6.0.

The results of this research show that foreign investment and increasing number of labor significantly and positively influences the Gross Domestic Product (GDP) in Agriculture Sector. Meanwhile, the Domestic Investment has no significant effect on Gross Domestic Product (GDP) in Agriculture Sector because less competitive of its added value.

Keywords: Foreign Investment (FI) , Domestic Investment (DI), Employment and Gross Domestic Product (GDP) in Agriculture Sector


(9)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan peningkatan jumlah Tenaga Kerja pada Sektor Pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Sektor Pertanian di Indonesia Tahun 1985-2009. Penelitian ini menggunakan data

time series tahun 1985-2009 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan menggunakan analisis regresi “Ordinary Least Square” (OLS), penulis menggunakan metode regresi berganda dengan menggunakan Eviews 6.0.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) dan Tenaga Kerja Sektor Pertanian secara signifikan memberikan pengaruh positif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Sektor Pertanian. Sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tidak berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Sektor Pertanian.


(10)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh PMA, PMDN dan Tenaga Kerja Pada Sektor Pertanian Terhadap PDB Sektor Pertanian di Indonesia Tahun 1985-2009” dapat diselesaikan dalam waktu yang diharapkan. Adapun tujuan proposal skripsi ini adalah untuk memenuhi salah syarat untuk mendapatkan gelar sarjana.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang telah berperan memberikan bimbingan, bantuan, kerja sama, dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Melalui lembar halaman ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Papa dan Mama (Yunadi Latif dan Zulfiati) Untuk dorongan dan perhatian yang tidak pernah habis serta doa yang tidak pernah putus. Semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta.

3. Bapak Pheni Chalid SF, MA, Ph.D dan Ibu Fitri Amalia S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dalam memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dalam penyusunan skripsi ini serta baik hati.

4. Keluargaku tercinta, nita, nii, uda doni, uda yanto dan azzam keponakanku. Untuk perhatian, motivasi, bantuan dan doa yang tidak pernah habis.

5. Bapak dan Ibu Dosen, yang telah memberi bekal ilmu yang tidak ternilai harganya selama belajar di Jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta.


(11)

6. Sobat-sobat dan teman-teman : Ocha, Dyta, Ade, Mawaddah, Tyo, Mario, Arip, Eti dll, yang telah memberi semangat, bantuan dan doa kepada penulis.

7. Teman-teman kosan: Ka Iha, Tami, Mba Ani, Nita, dll, atas pengertian dan semua cerita indah yang tidak mungkin tergantikan.

8. Pak Tedy dan Bu Nonon yang telah banyak membantu dan memberi motivasi kepada penulis.

Akhirnya penulis hanya dapat mengharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan ketulusan semuanya dalam memberikan dukungan serta bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama ini, Amin.

Penulis


(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ...10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...14

A. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian ...14


(13)

2. Peranan Sektor Pertanian ...15

3. Investasi ...16

a. Penanaman Modal Asing (PMA) ...19

b. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ...21

4. Tenaga Kerja ...23

5. Produk Domestik Bruto ...26

6. Metode Penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) ...28

7. Pengaruh Investasi Terhadap PDB ...31

8. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap PDB ...32

B. Penelitian Terdahulu ...34

C. Kerangka Pemikiran ...40

D. Hipotesis ...42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...44

A. Ruang Lingkup Penelitian ...44

B. Metode Pengumpulan Data ...44

C. Metode Analisis ...44

D. Operasional Variabel Penelitian ...45

1. Uji Linieritas ...48

2. Uji Normalitas ...48

3. Uji Regresi ...49


(14)

a. Uji Multikolinieritas...49

b. Uji Heterokedastis...50

c. Uji Autokorelasi ...51

5. Uji Statistik...52

a. Koefisien Determinasi yang Disesuaikan ...52

b. Pengujian Secara Parsial / Individu (Uji-t) ...53

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...54

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...54

1. Perkembangan PDB Sektor Pertanian di Indonesia ...54

2. Perkembangan Penanaman Modal Sektor Pertanian di Indonesia ...56

3. Perkembangan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Indonesia ...60

B. Analisis dan Pembahasan ...62

1. Uji Linieritas ...62

2. Uji Normalitas ...63

3. Uji Regresi ...64

4. Uji Asumsi Klasik ...66

a. Multikolinieritas ...66

b. Heterokedastis ...67

c. Autokorelasi ...67

5. Uji Statistik ...68

a. Pengujian Secara Parsial / Individu (Uji-t) ...68

b. Koefisien Determinasi yang Disesuaikan ...72


(15)

7. Pengaruh PMDN terhadap PDB Pada Sektor Pertanian ...74

8. Pengaruh Tenaga Kerja terhadap PDB Pada Sektor Pertanian ...75

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ...77

A. Kesimpulan ...77

B. Implikasi ...78

DAFTAR PUSTAKA ...80


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Persentase Kontribusi Sektor Terhadap PDB Nasional Tahun 2005-2006 7

1.2 Persentase Tenaga Kerja Pertanian Terhadap

Angkatan Kerja Nasional Tahun 2001-2006 7

1.3 PMA dan PMDN Sektor Pertanian Tahun 2005-2007

9

2.1 Penelitian Terdahulu 39

3.1 Operasional Variabel 47

4.1 Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian (dalan Rp

Milyar) 54

4.2 Kontribusi PMA dan PMDN Sektor Pertanian Terhadap PDB Sektor Pertanian (dalam Rp Milyar)

57

4.3 Perkembangan Tenaga Kerja Sektor Pertanian


(17)

4.4 Hasil Uji Linieritas 63

4.5 Hasil Uji Regresi OLS 65

4.6 Correlation Matrix 66

4.7 Hasil Uji White Heterokedasticity Test 67

4.8 Hasil Regresi LM Test 67


(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor 2.1

Keterangan Klasifikasi Tenaga Kerja

Halaman 23

2.2 Kerangka Pemikiran 42

4.1 Perkembangan PDB Sektor Pertanian 56 4.2 Perkembangan PMA dan PMDN Sektor

Pertanian

59

4.3 Perkembangan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

61


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Data 83

2 Uji Linieritas Data 84

3 Uji Normalitas Data 85

4 Hasil Uji OLS 86

5 Uji Multikolinieritas 87

6 Uji Heterokedastisitas 88

7 8

Uji Autokolerasi

Uji Autokorelasi (First Difference)

89 90


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena penduduk bertambah terus menerus dan berarti kebutuhan ekonomi juga terus bertambah, maka di butuhkan penambahan pendapatan setiap tahunnya. Pembangunan mencakup pendidikan dan kesempatan kerja yang lebih setara, kesetaraan gender yang lebih besar, kesehatan dan nutrisi yang lebih baik, serta kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera. Dengan meningkatnya pendapatan per kapita, sebagai aspek tersebut akan membaik pada tingkatan yang beragam (Thomas dkk, 2000 : 22).

Untuk mempercepat petumbuhan ekonomi diperlukan usaha, ketekunan dan perjuangan yang tidak ringan serta kerja sama antara semua pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta. Pembangunan ekonomi dengan tujuan utama yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan penduduk menjadi tolok ukur kemapanan suatu Negara. Bagi Negara berkembang mempercepat pertumbuhan ekonomi merupakan sasaran yang harus tercapai agar dapat mensejajarkan diri dengan negara-negara maju.

Stok modal atau investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat pendapatan nasional. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,


(21)

meningkatkan pendapatan nasional dan taraf kemakmuran (Sukirno, 2000 : 367). Adanya investasi-investasi baru memungkinkan terciptanya barang modal baru sehingga akan menyerap faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan kerja baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga yang pada gilirannya akan mengurangi pengangguran. Dengan demikian terjadi penambahan output dan pendapatan baru pada faktor produksi tersebut akan menambah output nasional sehingga akan terjadi pertumbuhan ekonomi. Kekurangan modal dalam proses ekonomi di Negara berkembang menyebabkan Negara tersebut tetap miskin. Di mana kekurangan modal ini disebabkan oleh rendahnya investasi, sedang rendahnya investasi disebabkan oleh rendahnya tingkat tabungan. Rendahnya tingkat tabungan disebabkan oleh karena rendahnya tingkat pendapatan, sedang rendahnya tingkat pendapatan dikarenakan tingkat produktivitas yang rendah dari tenaga kerja, sumber daya dan modal.

Melihat kondisi Indonesia yang sedemikian rupa, maka peningkatan modal sangat berperan penting untuk meningkatkan perekonomian. Oleh karenanya pemerintah dan swasta berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penghimpunan dana yang diarahkan pada kegiatan ekonomi produktif yaitu dengan menggenjot penanaman modal, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA). Kebijakan perluasan kesempatan kerja merupakan suatu kebijakan penting dalam pelaksanaan pembangunan karena salah satu tolak ukur untuk menilai keberhasilan ekonomi suatu negara atau bangsa adalah kesempatan kerja yang diciptakan oleh adanya pembangunan ekonomi. Kesempatan kerja itu merupakan aspek sosial ekonomi


(22)

yang terpojok. Hal tersebut mempengaruhi produktivitas sosial terpuruk. Kebijakan-kebijakan dan program-program pembangunan perlu diarahkan untuk perluasan kesempatan kerja ( Tjokromidjojo, 1994:62 ).

Suatu perekonomian yang berkembang dengan pesat bukan jaminan yang paling baik terhadap ciri suatu negara itu makmur bila tidak diikuti perluasan kesempatan kerja guna menampung tenaga baru yang setiap tahun memasuki dunia kerja. Dengan demikian antara pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional berkaitan erat dengan perluasan kesempatan kerja karena faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang penting artinya bagi pertumbuhan ekonomi, selain dipengaruhi oleh modal, alam dan teknologi. Oleh karena itu pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja agar angkatan kerja yang ada dapat diserap. Dalam peningkatan kenaikan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pemerintah juga ikut andil dalam pertumbuhan perekonomian itu. Untuk mengukur maju tidaknya perekonomian daerah sebagai hasil dari program pembangunan daerah yaitu dengan mengamati seberapa besar laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai daerah tersebut yang tercermin dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB).

Teori pembangunan ekonomi yang dikemukakan oleh Rostow tentang pertanian yaitu posisi pertanian sangat memegang peranan penting pada tahapan pertama pertumbuhan ekonomi Rostow (masyarakat taradisional), tetapi semakin berkembang ke tahap selanjutnya, posisi pertanian dan perannya semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh munculnya pemikiran-pemikiran masyarakat yang baru yang terjadi, seperti:


(23)

a. Penilaian yang berdasarkan spesialisasi, tidak hanya di bidang pertanian.

b. Transformasi dari sektor pertanian ke sector lain.

c. Munculnya jiwa kewirausahaan yang bergerak bukan hanya dalam bidang pertanian.

d. Lebih efektif dan efisien dalam bekerja, mengakibatkan tenaga kerja di pertanian berkurang karena penggunaan teknologi. Akibatnya perkerja pindah ke sector lain, seperti industri nonpertanian.

Di Indonesia, pertanian yang tumbuh memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Sejarah menunjukkan bahwa pembangunan pertanian merupakan prasyarat untuk adanya kemajuan dalam tahapan-tahapan pembangunan selanjutnya. Karena pertanian memiliki keterkaitan dengan berbagai aspek dalam perekonomian di Indonesia, maka pembangunan pertanian merupakan penentu utama dalam pertumbuhan ekonomi pedesaan, termasuk di dalamnya non-pertanian di pedesaan. Dengan demikian, pembangunan pertanian menjadi bagian yang esensial bagi upaya-upaya pengurangan kemiskinan di pedesaan maupun di perkotaan. Indonesia sebagai negara agraris tidak boleh meninggalkan potensi pertaniannya, tetapi dengan merubah pola pikir primitive menjadi modern melalui pendidikan dan kebijakan pemerintah, maka posisi pertanian dapat memegang peranan penting lagi.

Sektor pertanian yang handal merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industry dan jasa. Pengamatan empiris menunjukkan bahwa sebagian besar


(24)

negara hanya dapat mencapai tahapan tinggal landas menuju pembangunan ekonomi berkelanjutan yang digerakkan oleh sektor industri dan jasa setelah didahului oleh kemajuan di sektor pertanian. Walaupun Negara yang telah mencapai pertumbuhan tinggi merupakan Negara industri, perkembangan ke arah itu hanya dimungkinkan oleh adanya perkembangan di Sektor Pertanian dan pertambangan. Kenaikan produktivitas sektor pertanian dan pertambangan merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk melepaskan sesuatu masyarakat dari belenggu ketradisionalan dan keterbelakangannya. (Sukirno, 2006:171).

Teori pembangunan ekonomi menurut Lewis tentang pertanian yaitu posisi pertanian dalam teori pembangunan ekonomi lewis berubah dari penting menjadi kurang penting akibat perubahan struktur sosial. Semakin berkembangnya zaman membuat kebanyakan masyarakat berpikir bahwa pertanian kurang dapat membuat hidup ekonomi perkapita baik. Akibatnya terjadi peralihan tenaga kerja dari sektor pertanian “tradisional” ke sektor industri “modern”. Hal ini diasumsikan bahwa pendapatan di perkotaan tempat industri lebih tinggi daripada pendapatan pertanian di pedesaan. Kebanyakan masyarakat sudah tidak terpaku pada sektor pertanian, dengan asumsi bahwa banyak orang yang mencari kerja ke lapangan kerja baru juga menjadi dampak lain dalam teori ini.

Sumbangan sektor pertanian terhadap ekonomi memang cenderung turun, sesuai dengan semakin meningkat dan terdiversifikasinya perekonomian Indonesia. Namun yang perlu diamati juga adalah peranan pertanian dalam menyerap angkatan kerja. Pangsa sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja


(25)

ternyata masih yang paling besar. Dari kenyataan itu dapat dilihat bahwa ada ketimpangan dalam struktur ekonomi Indonesia, di mana sektor yang sudah mulai menyusut peranannya dalam menyumbang ekonomi ternyata harus tetap menampung jumlah tenaga kerja yang jauh lebih banyak daripada yang sewajarnya terjadi.

Pembangunan yang berlangsung selama ini ternyata memang belum berhasil mengangkat petani dan pertanian kepada posisi yang seharusnya. Kesenjangan kesejahteraan petani dibandingkan dengan pekerja di sektor lainnya memang semakin melebar. Produktivitas usahatani dan kualitas produk tidak menunjukkan perbaikan yang berarti. Produk-produk pertanian semakin berkurang daya saingnya dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Keterpurukan dan tidak berkembangnya sektor pertanian ini memiliki dampak luas dan dalam bagi pembangunan ekonomi dan pembangunan Indonesia secara keseluruhan. Tertinggalnya sektor pertanian mengakibatkan pembangunan ekonomi dan pembangunan negara pada umumnya tidak memiliki landasan yang kokoh dan mudah runtuh saat terjadi perubahan keadaan.


(26)

Tabel 1.1 Prosentase Kontribusi Sektor Terhadap PDB Nasional Tahun 2005-2006

Lapangan Usaha

2005 2006 Laju

Pertumbuhan Triwulan

I Triwulan II Triwulan I Triwulan II Pertanian,

ternak, hutan dan ikan

14,5 13,9 13,5 13,3 4,5

Pertambangan

dan Penggalian 9,2 10,1 10,2 10,5 4,5

Industri

Pengolahan 27,8 27,9 28,8 28,9 3,1

Listrik, Gas

dan Air Bersih 0,9 0,9 0,9 0,9 5,7

Konstruksi 6,3 6,3 6,4 6,5 7,7

Perdagangan, Hotel dan Restoran

16,2 16,1 15,0 14,9 4,7

Pengangkutan dan

Komunikasi

6,4 6,5 7,0 7,0 12,2

Keuangan, Real Estate dan Jasa

Perusahaan

8,5 8,4 8,3 8,2 5,2

Jasa-jasa 10,2 10,0 9,8 9,8 5,7

PDB 100,0 100,0 100,0 100,0 4,9

PDB Tanpa

Migas 90,5 89,4 88,6 87,7 5,5

Tabel 1.2 Persentase Tenaga Kerja Pertanian Terhadap Angkatan Kerja Nasional Tahun 2001-2006

Tahun Angkatan Kerja

Nasional (Juta Orang) Tenaga Kerja Pertanian (Juta Orang) Persentase (%)

2001 89,7 39,7 44,3

2002 91,7 40,6 44,3

2003 92,8 43,0 46,4

2004 93,7 40,6 43,3

2005 94,9 41,8 44,0

2006 95,2 42,3 44,5


(27)

Sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja tertinggi, yaitu sebesar 44,5 persen pada tahun 2006 (BPS). Namun demikian, kontribusi sektor pertanian dalam Produk Domestik Bruto (PDB) hanya sebesar 13,3 persen. Dengan tidak seimbangnya kontribusi PDB dan jumlah tenaga kerja yang diserap, maka tingkat produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian adalah yang terendah. Bandingkan dengan sektor industri yang menyumbang 28,9 persen terhadap PDB nasional, namun hanya menyerap tenaga kerja sebesar 12,1 persen. Sebagai akibatnya, kesejahteraan rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian akan lebih rendah dibanding yang bekerja di sektor industri.

Terlepas permasalahan di atas, rendahnya produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dari sisi tenaga kerja, dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas manajemen usahatani. Rendahnya tingkat inovasi dan penerapan teknologi telah mengakibatkan produktivitas lahan sangat terbatas peningkatannya atau bahkan cenderung turun pada beberapa komoditas.

Pembangunan ekonomi mempunyai arti pengolahan kekuatan ekonomi potensial melalui penanaman modal, penggunaan teknologi tepat guna, peningkatan kemampuan berorganisasi dan manajemen sehingga membawa manfaat bagi daerah serta dapat menjamin kelangsungan pembangunan. Investasi merupakan salah satu mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka meningkatkan laju investasi, pemerintah pertamakali harus menerapkan


(28)

kebijaksanaan investasi di sektor-sektor publik, sehingga dapat mendorong investasi di sektor swasta.

Peningkatan peran serta dalam pembangunan ekonomi dengan penyediaan porsi investasi lebih besar kepada swasta. Sasaran investasi sektor swasta pada dasarnya dipisahkan menjadi 2 (dua) yakni melalui PMA/PMDN serta investasi tanpa fasilitas PMA/PMDN (non PMA/PMDN). Investasi yang dilakukan oleh swasta tersebut merupakan wujud tanggung jawab masyarakat dalam pembangunan secara umum dan pembangunan ekonomi secara khusus (Rustiono, 2008:77).

Tabel 1.3

PMA dan PMDN Sektor Pertanian Tahun 2005-2007

Tahun

PMDN

(dalam Milyar Rupiah)

PMA (dalam US$ juta) Proyek Investasi Proyek Investasi

2005 18 4338,7 27 462,0

2006 24 8712,5 60 845,2

2007 19 3674,0 23 264,8

Sumber: BPS 2009

Dari tabel 1.3 dapat dilihat Penanaman Modal Asing (PMA) Sektor Pertanian maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Sektor Pertanian mengalami fluktuasi dimana pada tahun 2005 PMDN pada Sektor Pertanian


(29)

terdapat 18 proyek dengan investasi sebesar Rp 4.338.700.000.000,- dan mengalami kenaikkan di tahun 2006 dengan proyek sebanyak 24 dan investasi sebesar Rp 8.712.500.000.000,- tetapi pada tahun 2007 PMDN Sektor Pertanian

mengalami penurunan dengan jumlah 19 proyek dan investasi sebesar Rp 367.400.000.000,-

Sedangkan untuk PMA pada tahun 2005 terdapat 27 proyek dengan investasi US$ 462.000.000,- dan pada tahun 2006 mengalami kenaikkan dengan 60 proyek dan investasi sebesar US$ 845.200.000,- tetapi pada tahun 2007 PMA mengalami penurunan dengan 23 proyek dan investasi sebesar US$ 264.800.000,-

Berdasarkan tersebut di atas maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dalam skripsi yang mengambil judul “Analisis Pengaruh PMA, PMDN, Tenaga Kerja Sektor Pertanian, Terhadap PDB Sektor Pertanian di Indonesia Tahun 1985-2009”.

B. Perumusan Masalah

Pertumbuhan ekonomi masih menjadi indikator untuk menilai keberhasilan suatu negara. Adanya investasi-investasi baru memungkinkan terciptanya barang modal baru sehingga akan menyerap faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan kerja baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga kerja yang pada gilirannya akan mengurangi pengangguran. Peningkatan modal sangat berperan penting untuk meningkatkan perekonomian. Oleh karenanya pemerintah dan swasta berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penghimpunan dana yang diarahkan pada kegiatan ekonomi produktif


(30)

yaitu dengan menggenjot penanaman modal, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA).

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya Produk Domestik Bruto (PDB) dari tahun ke tahun dari beberapa sektor yang memberikan kontribusi terhadap PDB. Terdapat 9 sektor yang memberikan kontribusi terhadap PDB dimana sektor yang paling besar memberikan kontribusi terhadap PDB yaitu sektor industri pengolahan, kemudian sektor perdagangan, dan disusul sektor pertanian. Di Indonesia, pertanian yang tumbuh memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Sejarah menunjukkan bahwa pembangunan pertanian merupakan prasyarat untuk adanya kemajuan dalam tahapan-tahapan pembangunan selanjutnya. Karena pertanian memiliki keterkaitan dengan berbagai aspek dalam perekonomian di Indonesia, maka pembangunan pertanian merupakan penentu utama dalam pertumbuhan ekonomi pedesaan, termasuk di dalamnya non-pertanian di pedesaan.

Sektor pertanian memiliki peran yang penting dalam perekonomian Indonesia karena secara potensial mampu memberikan kontribusi yang besar baik untuk pertumbuhan PDB maupun penyerapan tenaga kerja, karena sektor pertanian merupakan sektor padat karya. Proses pertumbuhan PDB juga disertai pertumbuhan sektor pertanian yang meningkat dengan cepat bersamaan dan bahkan mendahului pertumbuhan PDB. Kenaikkan pendapatan di sektor pertanian dapat pula menjadi sumber biaya pengeluaran pemerintah, yaitu dengan mengenakan pajak sektor pertanian. Akhirnya, sumbangan lain dari kemajuan sektor pertanian terhadap pembangunan adalah untuk menciptakan tabungan yang


(31)

dapat digunakan oleh sektor lain, terutama sektor industri, sehingga mempertinggi tingkat penanaman modal.

Berdasarkan uraian diatas dapat diduga beberapa masalah yang akan diteliti:

 Seberapa besar pengaruh Penanaman Modal Asing Sektor Pertanian berpengaruh secara signifikan terhadap Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian periode 1985-2009?

 Seberapa besar pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri Sektor Pertanian berpengaruh secara signifikan terhadap Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian periode 1985-2009?

 Seberapa besar pengaruh jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian berpengaruh secara signifikan terhadap Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian periode 1985-2009?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Didapatkan satu pola hubungan pengaruh Penanaman Modal Asing Sektor Pertanian terhadap PDB Sektor Pertanian di Indonesia tahun 1985-2009.


(32)

b. Didapatkan satu pola hubungan pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri Sektor Pertanian terhadap PDB Sektor Pertanian di Indonesia tahun 1985-2009.

c. Didapatkan satu pola hubungan pengaruh Tenaga Kerja Sektor Pertanian terhadap PDB Sektor Pertanian di Indonesia tahun 1985-2009.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut: a. Diharapkan pemerintah untuk meningkatkan investasi

sehingga pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan meningkat.

b. Sebagai masukan bagi pemerintah Indonesia dalam usaha meningkatkan kualitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Indonesia.

c. Sebagai bahan bacaan, referensi maupun penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa ataupun pihak lain yang relatif terhadap masalah PDB.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor Pertanian

Agar pertanian dapat berkontribusi dalam perekonomian nasional, menghadapi dinamika globalisasi dan perdagangan bebas diperlukan suatu perencanaan nasional dengan pemilihan atas dasar prioritas dan sasaran dari program pembangunan pertanian. Salah satu aspek yang cukup menentukan keberhasilan pembangunan adalah penyebaran investasi yang sesuai dengan lokasi dan kondisi masyarakat.

Investasi yang ditanamkan pada sektor pertanian diharapkan mampu mendorong kenaikan output dan permintaan input sehingga berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja yang selanjutnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan mempercepat pemulihan ekonomi. Sektor pertanian merupakan sektor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Tenaga kerja dipandang sebagai suatu faktor produksi yang mampu untuk meningkatkan daya guna faktor produksi lainnya (mengolah tanah, memanfaatkan modal, dsb) sehingga tenaga kerja dapat dipandang sebagai suatu investasi.

1. Teori Rostow Mengenai Penanaman Modal di Sektor Pertanian

Rostow menekankan pula bahwa kenaikkan tingkat penanaman modal hanya mungkin tercipta apabila terjadi perubahan dalam struktur kegiatan ekonomi. Kemajuan-kemajuan di Sektor Pertanian, Pertambangan,


(34)

dan Prasarana harus terjadi bersama-sama dengan proses peningkatan penanaman modal. Pembangunan ekonomi hanya dimungkinkan oleh adanya kenaikkan produktivitas di Sektor Pertanian dan perkembangan di sektor pertambangan. Hal ini berarti bahwa walaupun Negara yang telah mencapai pertumbuhan tinggi merupakan Negara industri, perkembangan ke arah itu hanya dimungkinkan oleh adanya perkembangan di Sektor Pertanian dan pertambangan. Kenaikan produktivitas sektor pertanian dan pertambangan merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk melepaskan sesuatu masyarakat dari belenggu ketradisionalan dan keterbelakangannya. (Sukirno, 2006:171)

2. Peranan Sektor Pertanian

Rostow mengemukakan beberapa sumbangan sektor pertanian yang menyebabkan peranannya penting dalam masa peralihan mencapai tahap lepas landas. Kemajuan pertanian diperlukan untuk menjamin persediaan bahan makanan bagi penduduk yang bertambah dan agar penduduk kota yang bertambah dengan cepat sebagai akibat dari industrialisasi dapat memperoleh bahan makanan yang cukup. Kesanggupan sektor pertanian untuk menyediakan bahan makan yang cukup bukan saja menghindarkan bahaya kelaparan, akan tetapi juga dapat mengarahkan penggunaan devisa untuk mengimpor barang-barang lain yang lebih berguna untuk pembangunan. Selanjutnya, perkembangan di sektor pertanian dapat pula menunjang perkembangan di sektor industri. Kenaikan produktivitas di sektor pertanian akan memperluas pasar untuk berbagai kegiatan industri. Kenaikan


(35)

pendapatan petani akan memperluas pasar industri barang-barang konsumsi, dan kenaikan produktivitas pertanian akan memperluas pasar untuk industri-industri penghasil input pertanian modern seperti mesin pertanian dan pupuk kimia.(Sukirno:171-172).

3. Investasi

Investasi adalah pengeluaran pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dimasa yang akan datang. (Sukirno, 2000: 271). Investasi ini memiliki 3 (tiga) peran : 1) merupakan salah satu pengeluaran agregat, dimana peningkatan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. 2) Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi di masa depan dan perkembangan ini menstimulir pertambahan produksi nasional dan kesempatan kerja. 3) Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi, sehingga akan memberikan kenaikan produktivitas dan pendapatan perkapita masyarakat.

Investasi merupakan salah satu faktor yang krusial bagi kelangsungan proses pembangunan atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan-kegiatan produksi di semua sektor ekonomi. Untuk keperluan tersebut maka


(36)

dibangun pabrik-pabrik, perkantoran, alat-alat produksi dan infrastruktur yang dibiayai melalui investasi baik berasal dari pemerintah maupun swasta. Korelasi positif antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi diuraikan secara sederhana namun jelas di dalam model pertumbuhan ekonomi Harrod- Domar. Teori Harord Domar (dikemukakan oleh Evsey Domar dan R.F. Harrod) mengemukakan model pertumbuhan ekonomi yang merupakan pengembangan dari teori keynes. Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa : 1) perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barangbarang modal yang ada di masyarakat digunakan secara penuh. 2) Dalam perekonomian terdiri dari dua sektor, yaitu sektor rumah tangga dan perusahaan, berarti sektor pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada. 3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original (nol). 4) Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap, demikian jugarasio antara modal dan output (Capital Output Ratio) dan ratio penambahan modal-output (Incremental Capital Output Ratio). Investasi dimaksud adalah investasi netto, yaitu perubahan/penambahan stok barang modal, atau :

It = ΔKt It = Kt – Kt-1


(37)

ICOR adalah kebalikan dari rasio pertumbuhan output terhadap pertumbuhan investasi, yang pada intinya menunjukkan hubungan antara penambahan stok barang modal dan pertumbuhan output, atau melihat seberapa besar peningkatan investasi yang diperlukan untuk mendapatkan laju pertumbuhan ekonomi tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Y = y.K 1/y = K.Y

Keterangan :

y = rasio output – kapital

1/y = rasio kapital-output (COR)

ICOR = (ΔK/Y) / (ΔY/Y) atau ICOR = ΔK/ ΔY

Harrod Domar menganalisis tentang syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang dengan mantap (steady growth). Menurut Harrod Domar investasi memberikan peranan kunci dalam prosers pertumbuhan yang disebabkan karena :

1. Investasi dapat menciptakan pendapatan yang merupakan dampak dari penawaran

2. Investasi dapat memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stock modal yang merupakan dampak dari penawaran.


(38)

Δ Y = .ΔI Δ c = Δ Y

Dengan demikian :

= . ΔI

=

Dari persamaan model di atas Harrod Domar mencoba menjelaskan bahwa tambahan modal dalam suatu periode t menjadi sumber dasar bagi bertambahnya hasil produksi di periode tertentu

(t + 1). Investasi pada saat ini meningkatkan kemampuan produksi dan menambah pendapatan di masa datang.

a. Penanaman Modal Asing (PMA)

Yang dimaksud dengan penanaman modal asing (PMA) berdasarkan Undang-undang No.l Tahun 1967 jo.No.ll Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing adalah penanaman modal asing secara langsung vang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung, menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.


(39)

Pengertian modal asing antara lain:

a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan pcrsetujuan pemerinlah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

b. Alat-alat unluk perusahaan. termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan. yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia. c. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan

Undang-undang No.l Tahun 1967 jo.No.ll Tahun 1970 diperkenankan ditransfer, telapi dipergtmakan untuk membiayai perusahaan Indonesia.

Penanaman Modal Asing dapat dilakukan dalam bentuk:

a. Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment, FDI), dalam arti seluruh modalnya dimiliki oleh warga Negara dan atau badan hukum asing. dengan ketentuan dalam jangka waklu paling lama 15 tahun sejak produksi komersial, sebagian saham asing harus dijual kepada warga Negara dan atau badan hukum Indonesia melalui pemilikan langsung atau pasar modal.


(40)

b. Penanaman Modal Asing Tidak Langsung (Foreign Indirect Investment, FII) adalah usaha patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki olch warga Negara atau badan hukum Indonesia, dengan ketentuan peserta Indonesia harus memiliki paling sedikit 5% dari modal disetor sejak pendirian perusahaan penanaman modal asing. ketentuan usaha patungan ini bersifat wajib bagi kcgiatan investasi yang diiakukan dalam sembilan sektor publik, yaitu pelatihan, produksi dan transmisi serta distribusi tenaga listrik untuk umum, telekomunikasi. pelayaran, penerbangan. air minum, kereta api umum. pembangkitan tenaga atom, dan massa media.

b. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Yang dimaksud dengan penanaman modal daiam negeri (PMDN) berdasarkan Undang-undang No.6 Tahun 1968 jo.No.12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri adalah penanaman modal dalam negeri secara langsung yang diiakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung. menanggung resiko dari penanaman modal lersebut.

Pengertian dari modal dalam negeri adalah bagian dari pada kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak dan


(41)

benda- benda, baik yang dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional atau swasia asing yang berdomisili di Indonesia, vang disisihkan disediakan guna menjalankan sesuatu usaha sepanjang modal lersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan pasal 2 Undang-undang no.1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing.

Penanaman modal daiam negeri dapat diiakukan dalam bentuk: a. Penanaman Modal Dalam Negeri Langsung (Domestic

Direct investment. DDI), yakni penanaman modal oleh pemiltknya sendiri.

b. Penanaman Modal Dalam Negeri Tidak Langsung

(Domestic Indirect Investment. DII), yakni mclalui pcmbelian obligasi- obligasi, surat-surat kertas perbendaharaan negara, emisi-emisi

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal atau perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dimasa yang akan datang. (Sukirno, 2006: 314).

Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah: 1. Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh.


(42)

2. Suku bunga.

3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa yang akan datang.

4. Kemajuan teknologi.

5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.

6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan. Peranan investasi terhadap kapasitas produksi nasional memang sangat besar, karena investasi merupakan penggerak perekonomian, baik untuk penambahan faktor produksi maupun berupa peningkatan kualitas faktor produksi, investasi ini nantinya akan memperbesar pengeluaran masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan bekerja

multiplier effect.

4. Tenaga Kerja

Gambar 2.1 Klasifikasi Tenaga Kerja

Penduduk

Penduduk Usia Kerja

Angkatan Kerja

Menganggur Bekerja

Bukan Angkatan Kerja

Sekolah PendapatanMengurus PendapatanPenerima Penduduk

Diluar Usia Kerja


(43)

Konsep angkatan kerja yang digunakan di Indonesia dalam pengumpulan data ketenagakerjaan adalah labor force apppoach yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk menjadi dua kelompok, yaitu penduduk usia kerja (Tenaga kerja) dan penduduk bukan usia kerja (bukan tenaga kerja). Selanjutnya penduduk usia kerja dibedakan pula menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukan, yaitu kelompok angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (BPS, 1998). Berkaitan dengan konsep tersebut, penduduk yang digolongkan pada kelompok angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yaitu 15 tahun ke atas yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Penduduk yang digolongkan bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lain.

Secara ringkas, tenaga kerja terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang terlibat atau masih berusaha uantuk terlibat dalam kegiatan produktif yang menghasilkan barang dan jasa. Menurut (Suparmoko, 2002: 114) angkatan kerja adalah penduduk yang belum bekerja namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Angkatan kerja terdiri atas golongan yang bekerja, dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan (Simanjuntak. 1985: 3).


(44)

Sedangkan yang dimaksud dengan bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih sekolah. golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan (Simanjuntak, 1985: 3). Jika yang digunakan sebagai satuan hitung tenaga kerja adalah orang, maka disini dianggap bahwa semua orang mempunyai kemampuan dan produktifitas kerja yang sama dan lama waktu kerja yang dianggap sama Penggunaan tenaga kerja hanya bisa diwujudkan kalau tersedia dua unsur pokok, yang pertama adalah adanya kesempatan kerja yang cukup banyak, yang produktif dan memberikan imbalan yang baik. Dan yang kedua, adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan semangat kerja yang cukup tinggi.

Analisis angkatan kerja dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian merupakan hal yang menarik untuk dilakukan karena tingkat dan pola partisipasi angkatan kerja cenderung bergantung pada ketersediaan kesempatan kerja dan perbedaan pada tuntutan memperoleh pendapatan antar kelompok penduduk. Misalnya, partisipasi perempuan dalam angkatan kerja cenderung berbeda antar kelompok umur, menurut status perkawinan dan perbedaan tingkat pendidikan. Jadi, dibandingkan dengan laki-laki, tingkat partisipasi perempuan cenderung lebih rendah, tidak hanya karena peran ganda mereka dalam rumahtangga di sebagian besar Negara berkembang, tetapi juga berkaitan dengan komitmen perempuan untuk berpartisipasi dalam angkatan kerja selama kehidupannya.


(45)

Perempuan cenderung keluar dari pasar kerja ketika mereka memasuki masa perkawinan, melahirkan dan membesarkan anak, dan kemudian kemungkinan mereka akan kembali ke dunia kerja ketika anak-anak sudah cukup besar. Meningkatnya pencapaian tingkat pendidikan perempuan juga biasanya dikiuti oleh meningkatnya tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja. Selanjutnya perbedaan besaran angkatan kerja juga bervariasi antar desa dan kota yang salah satunya disebabkan adanya perbedaan kesempatan memperoleh pendapatan.

5. Produk Domestik Bruto

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Perkembangan ekonomi yang berlaku dari waktu ke waktu dan menyebabkan pendapatan nasional rill semakin berkembang. Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukan prestasi kenaikan pendapatan nasional rill pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan pendapatan nasional rill pada tahun sebelumnya (Sukirno, 2006:10).

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP (Gross National Product) tanpa memandang bahwa kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang apakah perubahan dalam struktur ekonominya (Suryana,2000:31). PDB diyakini sebagai indikator


(46)

ekonomi terbaik dalam menilai perkembangan ekonomi suatu negara. Perhitungan pendapatan nasional ini mempunyai ukuran makro utama tentang kondisi suatu negara. Pada umumnya perbandingan kondisi antar negara dapat dilihat dari pendapatan nasionalnya sebagai gambaran, Bank Dunia menentukan apakah suatu negara berada dalam kelompok negara maju atau berkembang melalui pengelompokan besarnya PDB, dan PDB suatu negara sama dengan total pengeluaran atas barang dan jasa dalam perekonomian (Herlambang, 2001:16). Menurut (Samuelson, 1992:112), PDB adalah jumlah output total yang dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. PDB mengukur nilai barang dan jasa yang di produksi di wilayah suatu negara tanpa membedakan kewarganegaraan pada suatu periode waktu tertentu. Dengan demikian warga negara yang bekerja di negara lain, pendapatannya tidak dimasukan ke dalam PDB. Sebagai gambaran PDB Indonesia baik oleh warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA) yang ada di Indonesia tetapi tidak diikuti sertakan produk WNI di luar negeri (Herlambang, 2001:22).

(Sukirno,1994:33) mendefinisikan PDB sebagai nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan warga negara asing.

Ada juga yang menyebutkan dimana PDB merupakan Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang di hasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu wilayah atau region dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah nilai produksi bruto


(47)

dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang dikeluarkan. PDB perkapita adalah total PDB di bagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun pada peeriode tertentu. Pendapatan perkapita adalah total PDB dikurangi dengan penyusutan dan pajak tidak langsung di bagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun pada periode tertentu.

Indeks Perkembangan menunjukkan tingkat perkembangan pendapatan atau perekonomian dari tahun ke tahun yang dibandingkan dengan tahun dasar. Indeks ini diperoleh dengan membagi nilai agregat pendapatan masing-masing tahun dengan nilai tahun dasar dikalikan 100 persen.

Perumusannya adalah sebagai berikut: = × 100% IP = Indeks Perkembangan

i = Sektor 1, Sektor 2, …, Sektor 9 t = Tahun t

o = Tahun dasar

6. Metode Penghitungan Produk Domestik Bruto

Metode yang di lakukan oleh para pakar Ekonomi untuk menghitung besar Produk Domestik Bruto dengan beberapa pendekatan (Basri, 2002: 38) yakni, dalam hal ini, besar daari PDB ialah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang di hasilkan oleh berbagai unit produksi dalam wilayah region suatu negara dalam jangka setahun. Jadi, Produk


(48)

Domestik Bruto merupakan jumlah nilai seluruh barang dan jasa pada akhir tahun di suatu daerah atau region.

Dalam pendekatan ini, PDB ialah sejumlah balas jasa yang di terima oleh faktor-faktor produksui yang turut serta dalam proses produksi di wilayah suatu daerah regional dalam jangka setahun. Dalam pendekatan ini, PDB ialah jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga dan terdapat tiga macam pendekatan yaitu:

a) Pendekatan Produksi

Pendekatan produksi dilakukan bila tersedia data produksi dari masing-masing sektor. Nilai tambah (value added) barang dan jasa yang diproduksi dihitung dengan cara mencari selisih nilai produksi dengan biaya antara. Nilai tambah tersebut akan sama dengan balas jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi. Pendekatan ini umumnya digunakan terhadap kegiatan-kegiatan produksi yang berbentuk barang/komoditi seperti sektor pertanian, pertambangan, penggalian dan industri.

b) Pendekatan Pendapatan

Perkiraan nilai tambah dengan pendekatan pendapatan adalah dengan cara menjumlahkan semua balas jasa faktor-faktor produksi (upah/gaji, surplus usaha) termasuk juga penyusutan dan pajak tak


(49)

langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi). Didalam surplus usaha termasuk bunga modal neto (selisih bunga yang diterima dengan bunga yang dibayarkan), sewa tanah dan keuntungan.

Didalam sektor-sektor yang tidak mencari untung termasuk sektor pemerintahan, surplus usahanya tidak diperhitungkan, karena outputnya berupa pelayanan kepada masyarakat yang produksinya jasa (sektor pemerintahan). Hal tersebut dilakukan karena tidak tersedianya/kurang lengkapnya data produksi dan biaya antara.

c) Pendekatan Pengeluaran

Perkiraan nilai tambah berdasarkan pendekatan pengeluaran adalah dengan cara menghitung penggunaan akhir dari barang-barang dan jasa yang diproduksinya. Secara makro penggunaan akhir dari barang/jasa tersebut digunakan untuk:

a. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga

b. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta yang tidak mencari untung (Lembaga Nirlaba)

c. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah d. Pembentukan Modal Tetap Bruto e. Perubahan stok


(50)

7. Pengaruh Investasi Terhadap PDB

Terdapat keterkaitan yang erat antara pertumbuhan ekonomi atau diproyeksikan dalam pendapatan nasional dan investasi. Hubungan keduanya menjadi suatu sorotan para ekonom, baik dari kalangan Klasik maupun Neo Klasik. Teori pendapatan nasional Keynesian yang menggunakan pendekatan pengeluaran agregatif dimana besarnya pendapatan nasional suatu negara diukur dari komponen-konponen expenditure para pelaku ekonominya lewat anggaran-anggarannya yaitu; sektor rumah tangga (C), perilaku usaha dan dunia usaha tercermin lewat komponen investasi yang ditanam (I), pemerintah melalui anggaran belanjanya (G) dan sektor perdagangan internasional yang tercermin lewat nilai ekspor / impor netto-nya.

Dalam kebanyakan analisa mengenai penentuan pendapatan nasional pada umumnya variabel investasi yang dilakukan oleh pengusaha berbentuk investasi autonomi (besaran / nilai tertentu investasi yang selalu sama pada berbagai tingkat pendapatan nasional). Tetapi adakalanya tingkat pendapatan nasional sangat besar pengaruhnya pada tingkat investasi yang dilakukan (Isa Salim, 2006:42). Secara teoritis, dapat dikatakan bahwa pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi itu akan memperbesar permintaan atas barang-barang dan jasa. Maka keuntungan yang dicapai oleh sektor usaha dapat mencapai targetnya, dengan demikian pada


(51)

akhirnya akan mendorong dilakukan investasi-investasi baru pada sektor usaha. Dengan demikian, apabila nilai pendapatan nasional semakin bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula. Dan sebaliknya semakin rendah nilai pendapatan nasional, maka nilai permintaan investasinya akan semakin rendah pula. Pengembangan yang dilakukan para ekonom Neo Klasik pada teori Keynes ini terlihat pada formulasi yang dikembangkannya pada model akselerator investasi. Dijelaskan bahwa laju investasi adalah sebanding dengan perubahan output dalam perekonomian.

8. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap PDB

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor dinamika dalam perkembangan ekonomi jangka panjang bersamaan dengan ilmu pengetahuan, tekhnologi, sumber daya alam dan kapasitas produksi. Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja dianggap sebagai faktor positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi.

Menurut Nicholson W (1991) bahwa suatu fungsi produksi pada suatu barang atau jasa tertentu (q) adalah q = f (K,L) dimana K

merupakan modal dan L adalah tenaga kerja memperlihatkan jumlah maksimum sebuah barang / jasa yang dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif antara K dan L, maka apabila salah satu masukan ditambah satu unit tambahan dan masukan lainnya


(52)

dianggap tetap akan menyebabkan tambahan keluaran yang dapat diproduksi. Tambahan keluaran yang diproduksi inilah yang disebut dengan produk fisik marginal (marginal physical product). Selanjutnya dikatakan bahwa apabila jumlah tenaga kerja ditambah terus menerus sedang faktor produksi lain dipertahankan konstan, maka pada awalnya akan menunjukan peningkatan output, namun pada suatu tingkat tertentu akan memperlihatkan penurunan output serta setelah mencapai tingkat keluaran maksimum setiap penambahan tenaga kerja akan mengurangi keluaran.

Menurut (Todaro,2000:86), pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meskipun demikian, hal tersebut masih dipertanyakan, apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat benar-benar akan memberikan dampak positif atau negatif dari pertumbuhan ekonominya.

Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tenaga kerja dan akumulasi modal, dan tersedianya input dan faktor produksi penunjang, seperti kecakapan manajerial dan administrasi.


(53)

B. Penelitian Terdahulu

1. Rachmini Saparita, Burhan Arif, Ronnie S. Natawidjaja dan Amru Hydari Nazif(2006)(Peranan Investasi Dalam Pembangunan Pertanian, 2004) peningkatan investasi di sektor pertanian baik melalui peningkatan sarana transportasi, infrastruktur pedesaan yang berimbang dengan sektor nonpertanian atau pun melalui peningkatan adopsi teknologi dapat merupakan alternatif solusi menuju peningkatan pendapatan, meskipun hasil simulasi model computer yang telah teruji kesahihannya menunjukkan bahwa peran investasi pertanian belum cukup kuat dalam mendorong peningkatan per kapita masyarakat di sektor pertanian yang sepadan dengan pendapatan per kapita masyarakat di sektor nonpertanian. Program peningkatan adopsi teknologi dan penyesuaian harga pertanian merupakan alternative kebijakan yang efektif yang dapat menjadi sarana menuju pembangunan berkeadilan.

2. Makmun dan Akhsan Yasin (2003) (Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDB sektor pertanian 1980-2002). Sektor pertanian ternyata mampu bertahan pada masa krisis, namun demikian dalam perkembangannya menunjukkan adanya kecenderungan penurunan kontribusi relatif sektor pertanian terhadap PDB pada masa sebelum krisis. Keadaan ini merupakan salah satu ciri transformasi srtuktural yang telah terjadi pada


(54)

perekonomian Indonesia di mana peran relatif sektor pertanian dan sumbangannya pada PDB serta penyerapan tenaga kerja semakin menurun. Investasi yang ditanamkan pada sektor pertanian diharapkan mampu mendorong kenaikan output dan permintaan input sehingga berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja yang selanjutnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan mempercepat pemulihan ekonomi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa investasi secara umum berdampak positif terhadap pertumbuhan PDB dalam periode 1980-2002, namun apabila dibreakdown pengaruh investasi yang bersumber dari PMA tidak signifikan. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa krisis ekonomi pada pertengahan 1997 ternyata berdampak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan sektor pertanian. Koefisien tenaga kerja tidak berdampak signifikan bahkan negatif terhadap PDB sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja sangat rendah, sehingga penambahan jumlah tenaga kerja tidak berdampak pada peningkatan produksi. Hal ini sejalan pula dengan tingkat efisiensi (return on scale) menurun. Ini berarti pula bahwa penambahan output di sektor pertanian hanya dilakukan dengan cara memasukkan faktor teknologi dan mengurangi pekerja.

Dalam rangka mendorong pertumbuhan sektor pertanian perlu dilakukan terobosan dalam bentuk: a) meyediakan prasarana


(55)

dasar baik itu sifatnya “Directly Productive Activity“ (DPA) maupun Social Overhead Capital (SOC), b) penanganan secara simultan baik terhadap penciptaan prasarana maupun perbaikan kualitas tenaga kerja dan peningkatan investasi pada sektor pertanian, dan c) pemanfaatan sumber daya alam dapat dioptimalkan dengan mengembangkan faktor teknologi industri yang berorientasi pada pertanian serta tenaga kerja yang terampil dan unggul.

3. Dessy Adriani (2001) Peningkatan angkatan kerja di Indonesia lebih dipengaruhi oleh pertambahan penduduk usia produktif di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Upah bukan merupakan faktor utama yang mendorong penduduk untuk masuk ke pasar kerja. Migrasi desa-kota merupakan peubah yang juga berpengaruh nyata terhadap penurunan jumlah angkatan kerja pedesaan. Pendapatan nasional sektoral, Program Padat Karya di perkotaan dan Pembangunan Prasarana Desa Tertinggal di wilayah pedesaan berpengaruh terhadap peningkatan kesempatan kerja. Penggunaan mesin industri dan traktor akan mengurangi kesempatan kerja. Upah sektoral riel dipengaruhi secara nyata oleh Upah Minimum Regional Sektoral Riel (UMRS) dan inflasi. Upah sektoral riel, konsumsi kalori dan Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan merupakan faktor utama yang menentukan produktifitas pekerja.


(56)

4. Deddy Rustiono (2008) (Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Tengah) Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa PDRB Propinsi Jawa Tengah sangat fluktuatif dan nilainya jauh tertinggal dibandingkan dengan propinsi lain di Pulau Jawa dalam periode pengamatan yang sama. Penelitian ini menggunakan data runtut waktu tahun 1985-2006 dan menggunakan analisa regresi “Ordinary Least Square” (OLS) dengan bantuan perangkat lunak SPSS 11.5 Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa angkatan kerja, investasi swasta (PMA dan PMDN) dan belanja pemerintah daerah memberi dampak positif terhadap perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah. Krisis ekonomi menyebabkan perbedaan yang nyata kondisi antara sebelum dan sesudah krisis dan memberi arah yang negatif. Sebagai upaya meningkatkan PDRB Propinsi Jawa Tengah maka diperlukan kebijakan mendorong minat berinvestasi di daerah. Pengembangan usaha sebaiknya diarahkan pada kegiatan yang bersifat padat karya agar mampu menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin. Pada akhirnya peran pemerintah daerah melalui pengeluaran pemerintah yang dapat merangsang peningkatan variabel investasi dan penyerapan angkatan kerja diharapkan mampu meningkatkan kegiatan ekonomi daerah guna


(57)

tercapainya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat.

5. Patrick E. McNellis (Foreign Investment In Developing Country Agriculture – The Emerging Role Of Private Sector Finance, 2009) Patrick menuliskan bahwa menariknya potensi yang dimiliki dalam investasi pada sektor pertanian baik pada institusi pemerintah maupun institusi swasta. Menjelaskan mengena potensi investor swasta untuk berinvestasi dalam mengembangkan pertanian Negara, yang menggambarkan sifat dan kegiatan dari berbagai jenis institusi investor swasta. Disini dijelaskan bahwa minat investasi dalam pengembangan pertanian Negara telah meningkat, karena para investor mengeksploitasi peluang baik yang menguntungkan secara individu.

6. Imtiaz Ahmad dan Abdul Qayyum (Dynamic Modeling of Private Investment in Agricultural Sector of Pakistan, 2007) mengenai studi empiris tentang ketidakstabilan makroekonomi dan pengeluaran publik pada investasi swasta sektor pertanian didapat hasil bahwa pengeluaran pembangunan pubik meningkatkan investasi swasta di sektor pertanian. Ketidakstabilan makroekonomi dan ketidakpastian investasi swasta di sektor pertanian menciptakan ketidakpastian nilai mata uang dan masa depan lingkungan.


(58)

Sehingga dari uraian pada tinjauan pustaka yaitu berdasarkan teori dan hasil peneliti terdahulu maka akan dilakukan analisis pengaruh penanaman modal asing, penanaman modal dalam negeri, dan tenaga kerja sektor pertanian terhadap PDB sektor pertanian di Indonesia tahun 1985-2009.

Dimana PDB sektor pertanian merupakan variabel terikat, sedangkan penanaman modal asing, penanaman modal dalam negeri, dan Tenaga Kerja Sektor Pertanian merupakan variabel bebas.

NO PENELITI TAHUN PENELITIAN JUDUL VARIABEL METODE HASIL

1 Rachmini

saparita, Burhan Arif,

Ronnie S.

Natawidjaja,

dan Amru

Hydari Nazif

2004 Peranan Investasi Dalam

Pembangunan Pertanian

Investasi, tenaga kerja, pendapatan sektor pertanian

dan non

pertanian

Ordinary Least Square (OLS)

peran investasi pertanian belum cukup kuat dalam mendorong

peningkatan per kapita masyarakat di sektor pertanian

yang sepadan

dengan pendapatan

per kapita

masyarakat di sektor nonpertanian.

2 Makmun dan

Akhsan Yasin 1980-2002 Pengaruh Investasi dan

Tenaga Kerja

terhadap PDB Sektor Pertanian

Investasi, Tenaga Kerja, pertumbuhan ekonomi

Ordinary Least Square (OLS)

pengaruh investasi yang bersumber dari PMA tidak signifikan Koefisien tenaga kerja tidak berdampak signifikan bahkan negatif terhadap PDB sektor pertanian

3 Dessy Adriani 2001 Keragaan Pasar

Kerja Pertanian-Nonpertanian

Dan Migrasi

Desa-Kota:

Keragaan pasar kerja, migrasi, produktivitas tenaga kerja, upah

Two Stage Least Squares (2 SLS)

sebagian besar peubah penjelas di dalam persamaan berpengaruh


(59)

Telaah Periode

Krisis Ekonomi nyata peubah terhadap endogen

pada taraf nyata

4 Deddy

Rustiono 2008 Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga

Kerja, Dan

Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Di

Propinsi Jawa Tengah

Pertumbuhan ekonomi, Jawa Tengah, investasi swasta : realisasi PMA dan PMDN , angkatan kerja, belanja

pemerintah daerah, krisis ekonomi.

Ordinary Least Square (OLS)

angkatan kerja, investasi swasta (PMA dan PMDN)

dan belanja

pemerintah daerah memberi dampak positif terhadap perkembangan

PDRB Propinsi

Jawa Tengah.

5 Patrick E.

McNellis 2009 Foreign Investment In Developing Country

Agriculture – The Emerging Role Of Private Sector Finance Investasi, pendapatan sektor pertanian, tenaga kerja Regression model (ECM)

Tingginya potensi yang dimiliki dalam investasi pada sektor pertanian baik pada institusi pemerintah maupun institusi swasta.

6 Imtiaz Ahmad

dan Abdul

Qayyum

2007 Dynamic

Modeling of

Private

Investment in Agricultural Sector of Pakistan Investasi, pendapatan sektor pertanian, tenaga kerja Ordinary Least Square (OLS)

pengeluaran pembangunan pubik meningkatkan investasi swasta di sektor pertanian Sumber: Berbagai Jurnal

C. Kerangka Pemikiran

Dalam peningkatan kenaikan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pemerintah juga ikut andil dalam pertumbuhan perekonomian itu. Untuk mengukur maju tidaknya perekonomian daerah sebagai hasil dari program pembangunan daerah yaitu dengan mengamati seberapa besar laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai daerah tersebut yang tercermin dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB).


(60)

Sektor pertanian yang handal merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industry dan jasa. Pengamatan empiris menunjukkan bahwa sebagian besar negara hanya dapat mencapai tahapan tinggal landas menuju pembangunan ekonomi berkelanjutan yang digerakkan oleh sektor industri dan jasa setelah didahului oleh kemajuan di sektor pertanian.

Rendahnya produktivitas disebabkan oleh keterbelakangan penduduk dan belum dimanfaatkannya sumber daya alam yang ada serta kurangnya modal. Selain kekurangan modal, Indonesia juga mengalami tekanan penduduk yang berjumlah lebih dari 200 juta jiwa (Biro Pusat Statistik Indonesia, 2002). Jumlah serta pertumbuhan penduduk yang sangat besar tesebut ternyata belum diimbangi oleh kegiatan ekonomi yang tersedia sehingga menciptakan permasalahan sosial ekonomi yang serius yaitu pengangguran Dengan adanya penanaman modal dalam asing dan penanaman modal dalam negeri dapat membantu pertumbuhan perekonomian masyarakat.

Dari uraian pada tinjauan pustaka yaitu teori dan hasil analisis peneliti terdahulu maka dalam penelitian yang mengambil kasus di Indonesia dengan variabel-variabelnya Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian Indonesia yang dipengaruhi oleh penanaman modal asing (PMA), penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan Tenaga Kerja Sektor Pertanian.

Y = f (X1, X2, X3)……….(2.1)

Dimana Y adalah PDB sektor pertanian, X1 adalah PMA sektor

pertanian, X2 adalah PMDN sektor pertanian dan X3 adalah Tenaga Kerja


(61)

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Investasi

Penanaman Modal Asing (PMA) X1

Sektor Pertanian

Penanaman Modal Dalam Negeri PDB Sektor (PMDN) X2 Pertanian (Y)

Sektor Pertanian

Tenaga Kerja X3

Sektor Pertanian

D. Hipotesis

Stok modal atau investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat pendapatan nasional. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan taraf kemakmuran (Sukirno, 2000 : 367). Menurut Akhsan dan Makmun (2002: 175) PMA Sektor Pertanian tidak signifikan mempengaruhi PDB Sektor Pertanian, sedangkan PMDN Sektor Pertanian dan Tenaga Kerja Sektor Pertanian signifikan mempengaruhi PDB Sektor Pertanian. Sedangkan menurut Deddy Rustiono (2008: 67) Investasi dan tenaga kerja pada Sektor Pertanian signifikan mempengaruhi PDB Sektor Pertanian.


(62)

Maka dari teori dan penelitian terdahulu, dapat dituliskan hipotesa sebagai barikut:

1. Diduga bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) Sektor Pertanian berpengaruh secara signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Sektor Pertanian di Indonesia periode 1985-2009.

2. Diduga bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Sektor Pertanian berpengaruh secara signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Sektor Pertanian di Indonesia periode 1985-2009.

3. Diduga bahwa Peningkatan Tenaga Kerja (TK) Sektor Pertanian berpengaruh secara signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Sektor Pertanian di Indonesia periode 1985-200


(63)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih fokus, maka batasan penelitian ini meliputi variabel investasi PMA Sektor Pertanian, variabel investasi PMDN Sektor Pertanian, variabel Tenaga Kerja Sektor Pertanian, serta variabel PDB di Indonesia selama periode 1985 sampai 2009.

B. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dan dikumpulkan yang bersumber dari data sekunder yaitu mengumpulkan data dari laporan-laporan yang dibuat oleh instansi-instansi daerah maupun pemerintah pusat.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan menggunakan data time series dari tahun 1985-2009, data tersebut diperoleh dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Pertanian, serta buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.

C. Metode Analisis

Data pada urut waktu (time series) akan digunakan untuk menganalisa pengaruh masing-masing variabel. Dalam penelitian ini untuk


(64)

menganalisis seberapa besar pengaruh penanaman modal asing, penanaman modal dalam negeri, tenaga kerja sektor pertanian, terhadap PDB menggunakan metode Regresi Linier berganda dengan metode OLS

(Ordinary Least Square), dari persamaan 2.1 maka dapat diformulasikan sebagai berikut:

PDB = β0 + β1PMA + β2 PMDN + β3TK + et………..(2.2)

Keterangan :

PDB = Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian PMA = Penanaman Modal Asing (PMA) sektor pertanian PMDN = Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sektor

pertanian

TK = Tenaga Kerja (TK) sektor pertanian β0 = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien Variabel independen

et = Error Term

D. Operasional Variabel Penelitian

PDB Sektor Pertanian adalah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang di hasilkan oleh unit-unit produksi sektor pertanian di dalam suatu negara dalam suatu periode tertentu, biasanya


(65)

satu tahun. PDB diyakini sebagai indikator ekonomi terbaik dalam menilai perkembangan ekonomi suatu negara.

Penanaman Modal Asing (PMA) adalah penanaman modal asing secara langsung vang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung, menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. Menurut hasil analisis Novita (2007:47) PMA, PMDN dan jumlah Tenaga Kerja berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB, sehingga PMA merupakan variabel bebas yang mempengaruhi PDRB.

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah penanaman modal dalam negeri secara langsung yang diiakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung. menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. Menurut hasil analisis Novita (2007:47) PMA, PMDN dan jumlah Tenaga Kerja berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB, sehingga PMDN merupakan variabel bebas yang mempengaruhi PDRB.

Tenaga Kerja adalah penduduk pada usia kerja yaitu antara 15-64 tahun. Penduduk dalam usia kerja ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. (Suparmoko, 2002: 114).


(66)

Tabel 3.1 Operasional Variabel Jenis

Variabel Variabel Definisi variabel Satuan Sumber Variabel

Terikat PDB Sektor Pertanian (Y)

Nilai barang dan jasa akhir yang di hasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu Negara di sektor pertanian. Data diambil dari data PDB Sektor pertanian Indonesia tahun 1985-2009. Dalam milyar Rupiah BPS Variabel

Bebas Penanaman Modal Asing Sektor Pertanian (X1)

Penanaman Modal Asing adalah penanaman modal asing secara langsung vang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung, menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. Dan kontribusi terhadap PDB sektor pertanian Indonesia dari tahun 1985-2009.

Dalam milyar Rupiah

BPS

Variabel

Bebas Penanaman Modal Dalam Negeri Sektor Pertanian (X2)

Penanaman Modal Dalam Negeri adalah penanaman modal dalam negeri secara langsung yang diiakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung. menanggung resiko dari penanaman modal lersebut. Dan besarnya kontribusi terhadap PDB sektor pertanian Indonesia dari tahun 1985-2009. Dalam milyar Rupiah BPS Variabel Bebas Tenaga Kerja Sektor Pertanian (X3)

Tenaga Kerja Sektor Pertanian

(manpower) adalah seluruh

penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa.

Orang BPS dan Pusdatin


(67)

1. Uji Linieritas

Agar spesifikasi model linear dalam penelitian ini benar, maka sebelumnya diuji dulu dengan uji linearitas. Uji linearitas dalam penelitian ini menggunakan uji Ramsey. Hasil dari uji Ramsey pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa model yang benar, spesifikasinya dalam bentuk linier yaitu persamaan dalam bentuk linier:

PDB=β0+β1PMDN+β2PMA+β3TK+ε

dimana hal ini jika dengan nilai F hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai F tabel dan Prob. Chi Square sebesar lebih besar dari α=5%, ini menunjukkan bahwa model sudah linier (Widarjono,2009:172).

2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk memeriksa apakah error term

mendekati distribusi normal. Dalam uji normalitas terdapat dua metode yang bias digunakan untuk mendeteksinya, yaitu melalui histogram dan uji yang dikembangkan oleh Jarque-Bera. Jika nilai probabilitas dari statistik JB besar atau tidak signifikan maka hipotesis diterima bahwa residual mempunyai distribusi normal begitupun sebaliknya (Widarjono, 2009:49-50).


(68)

3. Uji Regresi

Untuk mengetahui pengaruh dari variabel PMDN, PMA, dan Tenaga Kerja sektor pertanian terhadap PDB sektor pertanian di Indonesia, dilakukan dengan menggunakan Uji regresi. Dapat dilakukan regresi dengan metode OLS. Dari hasil regresi dapat diketahui variabel-variabel yang memberikan pengaruh positif maupun negatif dilihat dari nilai koefisien masing-masing variabel baik secara signifikan maupun tidak signifikan. Variabel independen berpengaruh atau tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen dapat diketahui dari nilai probabilitas masing-masing variabel independen, apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari α = 5%, maka tidak berpengaruh secara signifikan dan sebaliknya. Setelah mendapatkan hasil uji regresi maka akan dilakukan uji asumsi klasik. pengujian asumsi klasik dilakukan agar model yang diusulkan menghasilkan asumsi terbaik yang tidak bias atau BLUE (Best Linear Unbiased Estimate). Uji asumsi klasik ini meliputi uji multikolinearitas, uji heteroskedastis dan uji autokorelasi.

4. Uji Asumsi Klasik a. Multikolinieritas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan di antara dua atau lebih variabel independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial


(69)

antar variabel independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antar variabel independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas atau tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar variabel independen.

Pada Uji Multikolinieritas dapat dikatakan terdapat multikolinieritas apabila koefisien korelasi antar variabel independen lebih dari 0,8. Sebaliknya, jika koefisien korelasi antar variabel independen kurang dari 0.8 maka tidak terdapat multikolinieritas. (Nachrowi, 2006:102).

b. Heterokedastis

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan satu ke pengamatan lain. Jika varians dari residual pengamatan satu ke residual ke pengamatan yang lain tetap, maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Heterokedastisitas dapat diketahui dengan menggunakan metode uji white. Uji ini mengasumsikan bahwa varian error merupakan fungsi yang mempunyai hubungan dengan variabel bebas, kuadrat masing-masing variabel bebas dan interaksi antar variabel bebas. Dimana keputusan ada tidaknya


(70)

heteroskedastisitas bisa dilihat dari besar kecilnya nilai Obs* R square.

H0 : Tidak ada heteroskedastisitas

H1 : Ada Heteroskedastisitas

Kriteria Uji White adalah:

Obs* R square > χ2 tabel = H

0 ditolak maka tidak

signifikan

Obs* R square < χ2 tabel = H

0 diterima maka signifikan

Jika menggunakan Probabilitas Chi-square, adalah:

Prob Chi-square < 0.05 = H0 ditolak maka tidak

signifikan

Prob Chi-square > 0.05 = H0 diterima maka tidak

signifikan

c. Autokorelasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan asumsi metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi antar satu variabel gangguan dengan variabel gangguan yang lain. Sedangkan salah satu asumsi penting metode OLS berkaitan dengan variabel gangguan adalah tidak adanya hubungan antara variabel gangguan satu dengan variabel gangguan


(71)

yang lain. Untuk mendeteksinya apabila chi-square hitung lebih besar dari nilai kritis chi-square pada derajat kepercayaan tertentu, maka H0 ditolak berarti adanya masalah autokorelasi dalam model.

Dan sebaliknya apabila chi-square hitung lebih kecil dari nilai kritis

chi-square pada derajat kepercayaan tertentu, maka H0 diterima

berarti tidak ada masalah autokorelasi dalam model.

Penentuan ada tidaknya masalah autokorelasi juga bisa dilihat dari nilai probabilitas chi-square. Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai α = 5% maka tidak ada autokorelasi. Sebaliknya Jika nilai probabilitas lebih kecil dari nilai α = 5% maka terdapat autokorelasi (Widarjono,2009:147-148).

5. Uji Statistik

a. Koefisien Determinasi yang Disesuaikan (Adj R2)

Di dalam regresi berganda juga menggunakan koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar proporsi variasi variabel dependen dijelaskan oleh semua variabel independen. Formula untuk menghitung koefisien determinasi (R2) regresi

berganda sama dengan regresi sederhana, yaitu:

R2 = SSE/SST atau R 2 = 1 - SSR/SST Keterangan:


(72)

SSR = Sum of Square Regression, atau jumlah kuadrat regresi, yaitu merupakan total variasi yang dapat dijelaskan oleh garis regresi.

SST = Sum of Square Total, atau jumlah kuadrat total, yaitu merupakan total variasi Y.

SSE = Sum of Square Error, atau jumlah kuadrat error, yaitu merupakan total variasi yang tidak dapat dijelaskan oleh garis regresi.

b. Pengujian Secara Parsial / Individu (Uji – t) :

Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen digunakan uji secara parsial (uji – t). Pengujian parsial dari setiap variabel independen menunjukan pengaruh dari ketiga variabel independen, yakni PMDN, PMA dan Tenaga Kerja sekto pertanian secara individual tehadap variabel dependen, yakni PDB sektor pertanian.

Pengujian satu sisi:

 Jika t hitung lebih kecil dari t tabel maka H0 diterima berarti

variabel independen secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

 Jika t hitung lebih besar dari t tabel maka H0 ditolak berarti

variabel independen secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.


(1)

HASIL REGRESI UJI LINIERITAS DENGAN

RAMSEY RESET TEST

Ramsey RESET Test:

F-statistic 1.430628 Prob. F(1,20) 0.2457 Log likelihood ratio 1.727221 Prob. Chi-Square(1) 0.1888 Test Equation:

Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 07/24/11 Time: 09:22 Sample: 1985 2009

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -341423.5 261972.0 -1.303282 0.2073 PMA 16.70698 11.95905 1.397016 0.1777 PMDN 1.162393 0.962822 1.207276 0.2414 TK 0.013854 0.009737 1.422907 0.1702 FITTED^2 -4.36E-05 3.64E-05 -1.196089 0.2457 R-squared 0.444669 Mean dependent var 64016.84 Adjusted R-squared 0.333603 S.D. dependent var 11515.58 S.E. of regression 9400.531 Akaike info criterion 21.31178 Sum squared resid 1.77E+09 Schwarz criterion 21.55555 Log likelihood -261.3972 Hannan-Quinn criter. 21.37939 F-statistic 4.003644 Durbin-Watson stat 0.484266 Prob(F-statistic) 0.015193


(2)

HASIL REGRESI NORMALITAS DENGAN

HISTOGRAM-NORMALITY TEST

0 1 2 3 4 5 6 7 8

-10000 0 10000 20000

Series: Residuals Sample 1985 2009 Observations 25 Mean -4.95e-12 Median 334.3445 Maximum 20360.78 Minimum -14327.01 Std. Dev. 8883.093 Skewness 0.513790 Kurtosis 2.836485 Jarque-Bera 1.127768 Probability 0.568995


(3)

HASIL REGRESI MULTIKOLINIARITAS

PMA

PMDN

TK

PMA

1.000000

0.154879

0.056679

PMDN

0.154879

1.000000

-0.519939


(4)

HASIL REGRASI HETEROKEDASTIS DENGAN

WHITE TEST

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.566600 Prob. F(9,15) 0.8039 Obs*R-squared 6.342725 Prob. Chi-Square(9) 0.7052 Scaled explained SS 4.109527 Prob. Chi-Square(9) 0.9041 Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/26/11 Time: 12:31 Sample: 1985 2009

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.15E+09 6.67E+09 0.172940 0.8650 PMDN 133961.5 203652.1 0.657796 0.5206 PMDN^2 -0.513271 2.038225 -0.251823 0.8046 PMDN*PMA 3.082878 7.698685 0.400442 0.6945 PMDN*TK -0.003587 0.005140 -0.697804 0.4960 PMA -12391.27 497291.3 -0.024918 0.9804 PMA^2 6.387495 5.824376 1.096683 0.2901 PMA*TK -0.001107 0.012228 -0.090570 0.9290 TK -91.04406 345.0002 -0.263896 0.7955 TK^2 1.66E-06 4.45E-06 0.372305 0.7149 R-squared 0.253709 Mean dependent var 75752971 Adjusted R-squared -0.194066 S.D. dependent var 1.05E+08 S.E. of regression 1.14E+08 Akaike info criterion 40.23907 Sum squared resid 1.97E+17 Schwarz criterion 40.72662 Log likelihood -492.9883 Hannan-Quinn criter. 40.37429 F-statistic 0.566600 Durbin-Watson stat 0.530739 Prob(F-statistic) 0.803946


(5)

HASIL REGRESI AUTOKORELASI DENGAN

SERIAL CORRELATION LM TEST

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 19.62623 Prob. F(2,19) 0.0000 Obs*R-squared 16.84584 Prob. Chi-Square(2) 0.0002 Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 07/26/11 Time: 12:32 Sample: 1985 2009

Included observations: 25

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -11781.96 23822.77 -0.494567 0.6266 PMDN 0.019547 0.358703 0.054492 0.9571 PMA -1.179484 0.641883 -1.837537 0.0818 TK 0.000403 0.000588 0.684817 0.5017 RESID(-1) 0.522690 0.190884 2.738263 0.0131 RESID(-2) 0.689749 0.215521 3.200373 0.0047 R-squared 0.673833 Mean dependent var -4.95E-12 Adjusted R-squared 0.588000 S.D. dependent var 8883.093 S.E. of regression 5701.810 Akaike info criterion 20.34052 Sum squared resid 6.18E+08 Schwarz criterion 20.63305 Log likelihood -248.2565 Hannan-Quinn criter. 20.42165 F-statistic 7.850491 Durbin-Watson stat 1.534771 Prob(F-statistic) 0.000374


(6)

HASIL REGRESI AUTOKORELASI DENGAN

SERIAL CORRELATION LM TEST ( FIRST DIFFERENCE)

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.090278 Prob. F(2,18) 0.3573 Obs*R-squared 2.593256 Prob. Chi-Square(2) 0.2735 Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 07/26/11 Time: 12:33 Sample: 1986 2009

Included observations: 24

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 15.07089 235.9271 0.063879 0.9498 D(PMDN) -0.023518 0.079895 -0.294368 0.7718 D(PMA) 0.051738 0.141476 0.365705 0.7188 D(TK) -3.23E-05 0.000140 -0.230776 0.8201 RESID(-1) 0.373878 0.253650 1.473992 0.1578 RESID(-2) -0.123156 0.303772 -0.405423 0.6899 R-squared 0.108052 Mean dependent var -3.60E-13 Adjusted R-squared -0.139711 S.D. dependent var 1054.059 S.E. of regression 1125.284 Akaike info criterion 17.10178 Sum squared resid 22792758 Schwarz criterion 17.39629 Log likelihood -199.2213 Hannan-Quinn criter. 17.17991 F-statistic 0.436111 Durbin-Watson stat 1.803758 Prob(F-statistic) 0.817506