Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kurang mempengaruhi aliran modal di Indonesia, seharusnya dengan adanya kebijakan tersebut dapat menurunkan
jumlah capital inflow tetapi yang terjadi sebaliknya. Hal ini dikarenakan kebijakan tersebut kenyataannya belum berjalan secara efektif dan sanksinya
kurang tegas. Nilai koefisien dummy krisis sebesar -1.803 menunjukkan bahwa krisis
ekonomi tahun 1997 menyebabkan capital inflow menurun sebesar 1.803 persen. Berdasarkan data, terlihat bahwa adanya penurunan jumlah capital
inflow . Krisis yang terjadi menyebabkan minat investor untuk menanamkan
modalnya menurun, hal ini menyebabkan penurunan jumlah aliran modal dari luar negeri.
Uji serentak terhadap variabel-variabel yang dianalisis dapat dilakukan dengan melihat probabilitas F-statistiknya Tabel 3 yaitu sebesar 0.0000, hal ini
menunjukkan bahwa persamaan capital inflow lulus uji-F karena nilai probabilitasnya lebih kecil dari 10 persen. Keadan ini dapat diartikan bahwa
varibel-variabel eksogen secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen.
6.3. Hasil Estimasi Persamaan Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4. didapatkan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 93 persen, artinya bahwa persamaan tersebut dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel independent sebesar 93 persen,
sisanya sebesar 7 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Persamaan
ini menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh jumlah capital inflow sebelumnya, GDP sebelumnya, pengeluaran pemerintah,
jumlah penanaman modal dalam negeri PMDN sebelumnya, tingkat inflasi, dan tingkat upah riil. Persamaan pertumbuhan ekonomi juga mengandung
variabel dummy krisis.. Tabel 4. Hasil Estimasi Output Persamaan Pertumbuhan Ekonomi
Variabel Koefisien Std.Error
t-value Prob
C -7.254 2.437
-2.976 0.0100
INF 0.007 0.004
1.751 0.5069
LOG_CIF-2 0.033 0.015
2.242 0.0417
LOG_GDP-1 1.729 0.041
7.170 0.0000
LOG_GOV -0.138 0.060
-2.324 0.0357
LOG_PMDN-1 -0.025 0.018
-1.440 0.1528
LOG_WRIIL -0.004 0.039
-0.103 0.1152
D2 -0.049 0.039
-1.268 0.0766
R-squared 0.92758
Durbin-Watson stat 2.689466
Adjusted R-squared 0.884138
Uji h -2.60
F-statistic 23.89278 ProbF-statistic 0.0000
Sumber : Lampiran 5 Dilihat dari nilai t-statistik, variabel GDP sebelumnya nyata pada taraf
1 persen, jumlah capital inflow sebelumnya dan pengeluaran pemerintah nyata pada taraf 5 persen, variabel dummy krisis nyata pada taraf 10 persen,
sedangkan variabel lain nyata pada taraf lebih besar dari 10 persen. Pertumbuhan ekonomi secara signifikan dipengaruhi jumlah GDP sebelumnya,
jumlah capital inflow sebelumnya, pengeluaran pemerintah dan dummy krisis, sedangkan variabel lain tidak signifikan karena nilai t-statistiknya lebih besar
dari taraf nyata yang digunakan 10 persen. Nilai masing-masing variabel eksogen didefinisikan sebagai elastisitas.
Nilai elastisitas GDP sebelumnya sebesar 1.729, hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan GDP sebelumnya sebesar 1 persen akan menyebabkan
peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1.729 persen. Artinya, GDP berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan hal ini sesuai
dengan kerangka teori di mana setiap adanya peningkatan GDP dapat mengakibatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Nilai elastisitas pengeluaran pemerintah sebesar -0.138, menunjukkan bahwa peningkatan pada pengeluaran pemerintah sebesar 1 persen dapat
mengakibatkan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.138 persen. Hal ini tidak sesuai dengan kerangka teori yang menyatakan bahwa pengeluaran
pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah bukan digunakan untuk memperbaiki infrastruktur dalam negeri
dikarenakan adanya penyalahgunaan pengeluaran sehingga menyebabkan pertumbuhan ekonomi terhambat dan menurun. Kondisi ini kurang
menguntungkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Nilai elastisitas jumlah capital inflow sebelumnya sebesar 0.033,
menunjukkan bahwa jika jumlah capital inflow meningkat sebesar 1 persen maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0.033 persen. Hal ini
sesuai dengan kerangka teori yang menyatakan bahwa jumlah capital inflow berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil estimasi persamaan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh peneliti dapat dikatakan sesuai dengan kerangka teori.
Pernyataan bahwa jumlah capital inflow berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi didukung oleh De gregorio 1992.
Nilai elastisitas tingkat inflasi sebesar 0.007, artinya setiap peningkatan tingkat inflasi sebesar 1 persen meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar
0.007 persen. Hal ini sesuai dengan kerangka teori yang menyatakan bahwa peningkatan tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi,
karena banyaknya produsen yang memanfaatkan kondisi inflasi dengan memperbesar keuntungan.
Nilai elastisitas Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN sebelumnya sebesar -0.025, artinya setiap peningkatan PMDN sebelumnya sebesar 1 persen
mengakibatkan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.025 persen. Hal ini tidak sesuai dengan kerangka teori yang menyatakan bahwa PMDN sebelumnya
berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini terjadi karena PMDN tidak meng-cover seluruh kebutuhan financial dalam negeri, secara tidak
langsung aliran modal dari luar negeri diperlukan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Tidak signifikannya PMDN terhadap pertumbuhan ekonomi dapat diartikan bahwa peningkatan PMDN tidak mempengaruhi pertumbuhan output,
karena setiap penambahan output membutuhkan tambahan faktor-faktor produksi. Salah satu faktor produksi tersebut adalah ketersediaan modal. Modal
yang dibutuhkan dalam menciptakan peningkatan output tidak hanya dapat diandalkan dari dalam negeri tetapi dibutuhkan juga modal dari luar negeri.
Nilai elastisitas upah riil sebesar -0.004, memberikan pengertian bahwa setiap peningkatan upah riil sebesar 1 persen maka dapat menurunkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0.004 persen. Peningkatan upah riil dapat
memperburuk pertumbuhan ekonomi melalui adanya peningkatan jumlah unemployment
. Tidak signifikannya upah riil terhadap pertumbuhan ekonomi dikarenakan kenaikan upah riil tidak mempengaruhi minat investor untuk
menanamkan modalnya. Hal ini terlihat dari nilai investasi yang selalu meningkat selama periode analisis.
Nilai elastisitas dummy krisis sebesar -0.049, menunjukkan bahwa krisis ekonomi tahun 1997 menyebabkan pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan menurun sebesar 0.049 persen. Hasil yang diperoleh sesuai dengan kerangka teori yang menyatakan bahwa adanya hubungan negatif antara dummy
krisis dengan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data yang ada, terlihat bahwa pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi mencapai titik terendah sebesar -13.2.
Uji serentak terhadap variabel-variabel yang dianalisis dapat dilakukan dengan melihat probabilitas F- statistik yaitu sebesar 0.0000 Tabel 4. Nilai
probabilitas F-statistik ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen. Artinya secara signifikan variabel-variabel eksogen berpengaruh nyata
terhadap variabel endogen.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN