VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAPITAL INFLOW
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
6.1. Hasil Pendugaan Model
Hasil analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi capital inflow dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi dibahas secara rinci dari setiap
persamaan. Pendugaan model menggunakan metode Two Stage Least Square
2SLS dengan Software Eviews 4.1.
Pengujian autokorelasi dilakukan dengan uji h karena kedua persamaan mengandung lag. Hasil estimasi pada persamaan capital inflow, didapatkan nilai
statistik uji h sebesar -1.53 dan nilai uji h sebesar 0.0630, sedangkan pada persamaan pertumbuhan ekonomi dihasilkan nilai statistik uji h sebesar -2.60
dan nilai uji h sebesar 0.0047. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil regresi persamaan pertumbuhan ekonomi dan capital inflow tidak mengandung
autokorelasi .
Masalah heteroskedastisitas lebih biasa muncul dalam data cross- section
dibandingkan dengan data time-series Gujarati,1995. Namun, dalam penelitian ini dilakukan pengujian tersebut menunjukkan bahwa pada persamaan
capital inflow tidak mengalami heteroskedastisitas karena nilai ObsR-squared
sebesar 0.16, berarti lebih besar dari
α=0.1
atau taraf nyata yang digunakan Lampiran 4. Pada persamaan pertumbuhan ekonomi nilai dari ObsR-
squared nya sebesar 0.19. Nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata yang
digunakan, sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas Lampiran 5.
6.2. Hasil Estimasi Persamaan Capital Inflow
Jumlah capital inflow di Indonesia dipengaruhi oleh jumlah capital inflow
tahun sebelumnya, jumlah Gross Domestic Produk GDP, jumlah Netto Domestic Asset
NDA sebelumnya, dan jumlah defisit Current Account CA sebelumnya, suku bunga riil, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar dan tingkat suku
bunga internasional Tbill. Dalam persamaan ini juga dimasukan variabel dummy krisis kebijakan D1 dan dummy krisis D2. Berdasarkan hasil analisis
didapatkan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 97 persen, artinya persamaan tersebut dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel independent sebesar
97 persen, sedangkan sisanya sebesar 3 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Estimasi Output Persamaan Capital inflow
Variabel Koefisien Std.Error
t-value Prob
Intersept Tbill
Rriil Xr
Defisit CA -1 NDA
Lag Capital inflow GDP
Dummy kebijakan Dummy krisis
-9.423 -0.135
-0.003 0.067
-0.012 -0.751
0.538 0.648
0.232 -1.803
11.337 0.064
0.008 0.797
0.037 0.377
0.069 0.966
0.444 0.981
-0.831 -2.109
-0.375 0.084
-0.324 -1.994
7.797 0.671
0.523 -1.837
0.4236 0.0501
0.8026 0.0055
0.0304 0.4160
0.0377 0.0533
0.7342 0.0329
R-squared 0.965996 Adj- R squared 0.938175
F stat 34.72165 Prob F stat 0.00000
Durbin- Watson 2.368523 Uji h -1.53
Sumber : Lampiran 4 Dilihat dari nilai t-statistik, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar nyata
pada taraf 1 persen, variabel defisit Current Account CA, jumlah capital inflow
sebelumnya dan dummy krisis nyata pada taraf 5 persen, untuk suku bunga internasional Tbill dan GDP nyata pada taraf 10 persen, sedangkan Rriil, NDA
dan dummy kebijakan nyata pada taraf lebih dari 30 persen. Dengan demikian, variabel yang berpengaruh signifikan pada jumlah capital inflow dengan taraf
nyata sebesar 10 persen adalah nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, variabel defisit current account sebelumnya, GDP, Tbill, dummy krisis dan jumlah
capital inflow sebelumnya, sedangkan variabel yang lainnya tidak signifikan.
Nilai koefisien masing-masing variabel eksogen didefinisikan sebagai elastisitas. Nilai defisit Current Account CA sebelumnya sebesar -0.012, hal
ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan defisit neraca berjalan pada tahun sebelumnya sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan jumlah capital
inflow sebesar 0.012 persen. Artinya, defisit neraca berjalan tahun sebelumnya
berhubungan negatif terhadap capital inflow, dan dinyatakan sesuai dengan kerangka teori di mana setiap peningkatan defisit neraca berjalan tahun
sebelumnya dapat mengakibatkan penurunan jumlah capital inflow di Indonesia. Hal ini terkait juga dengan adanya penurunan minat investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia karena tingkat pengembalian yang meragukan. Hasil yang diperoleh diperkuat juga dengan penelitian Tjahjono dan Susilawati
1998. Nilai koefisien variabel GDP sebesar 0.648, menunjukkan bahwa
peningkatan GDP sebesar 1 persen dapat mengakibatkan peningkatan jumlah capital inflow
sebesar 0.648 persen. Artinya, peningkatan GDP dapat meningkatkan minat investor karena GDP merupakan suatu ukuran pasar yang
dapat dilihat oleh pihak luar sehingga menghasilkan profit yang menjanjikan. Hasil estimasi menunjukkan adanya kesesuaian dengan kerangka teori yang
menyatakan bahwa GDP dapat menarik dana luar negeri sehingga capital inflow akan meningkat. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Siahaan 2005. Nilai koefisien variabel NDA tahun sebelumnya sebesar -0.751
menunjukkan bahwa setiap peningkatan NDA sebesar 1 persen dapat menurunkan jumlah capital inflow sebesar 0.751 persen. Peningkatan NDA
mempengaruhi jumlah pendanan dalam negeri, sehingga pemerintah dalam kondisi ini kurang membutuhkan tambahan modal dari luar. Hal ini sesuai
dengan kerangka teori yang menyatakan bahwa peningkatan NDA berpengaruh negatif terhadap jumlah capital inflow. Pernyataan tersebut didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Tjahjono dan Susilawati 1998. Nilai koefisien variabel suku bunga internasional T-bill sebesar -
0.135 menunjukkan bahwa peningkatan pada suku bunga AS sebesar 1 persen dapat menurunkan jumlah capital inflow sebesar 0.135 persen. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat suku bunga luar negeri yang lebih tinggi dibandingkan suku bunga dalam negeri secara nyata dapat berpengaruh positif
terhadap minat investor untuk menanamkan modalnya di luar negeri, sehingga dapat menurunkan jumlah capital inflow di Indonesia.
Koefisien pada variabel suku bunga riil sebesar -0.003. Artinya, jika terjadi peningkatan terhadap tingkat suku bunga riil sebesar 1 persen, maka
terjadi penurunan jumlah aliran modal yang masuk sebesar 0.003 persen.
Meskipun pengaruh yang terjadi dianggap kecil tetapi tetap mendorong penanam modal untuk menanamkan modal. Hasil yang diperoleh sesuai dengan
kerangka teori yang menyatakan bahwa hubungan antara suku bunga riil dengan jumlah investasi adalah negatif. Hal ini juga diperkuat oleh Mankiw 1992 yang
menyatakan bahwa tingkat suku bunga riil berpengaruh negatif terhadap jumlah penanaman modal asing.
Hasil estimasi pada persamaan capital inflow dapat terlihat dari koefisien nilai tukar yaitu sebesar 0.067 artinya setiap Rp terdepresiasi dapat
meningkatkan jumlah aliran modal yang masuk sebesar 0.067 persen. Peningkatan nilai tukar tersebut disebabkan adanya peningkatan ekspor di mana
negara lain menganggap harga barang dalam negeri lebih murah dibandingkan dengan luar negeri. Hal ini sesuai dengan kerangka teori yang menyatakan
bahwa nilai tukar Rupiah terhadap Dollar berpengaruh positif terhadap jumlah capital inflow
. Hasil yang diperoleh didukung oleh penelitian yang dilakukan Kurniati 1999.
Nilai koefisien variabel capital inflow sebelumnya sebesar 0.538. Artinya, jika jumlah aliran modal masuk meningkat sebesar 1 persen maka dapat
meningkatkan jumlah capital inflow tahun bersangkutan meningkat sebesar 0.538 persen. Peningkatan jumlah aliran modal ini dapat diseseuaikan dengan
pertumbuhan ekonomi yang mana dari tahun ke tahun semakin meningkat kebutuhan akan tambahan modalnya.
Koefesien dummy kebijakan sebesar 0.232 mengartikan bahwa setelah adanya kebijakan jumlah capital inflow meningkat sebesar 0.232 persen.
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kurang mempengaruhi aliran modal di Indonesia, seharusnya dengan adanya kebijakan tersebut dapat menurunkan
jumlah capital inflow tetapi yang terjadi sebaliknya. Hal ini dikarenakan kebijakan tersebut kenyataannya belum berjalan secara efektif dan sanksinya
kurang tegas. Nilai koefisien dummy krisis sebesar -1.803 menunjukkan bahwa krisis
ekonomi tahun 1997 menyebabkan capital inflow menurun sebesar 1.803 persen. Berdasarkan data, terlihat bahwa adanya penurunan jumlah capital
inflow . Krisis yang terjadi menyebabkan minat investor untuk menanamkan
modalnya menurun, hal ini menyebabkan penurunan jumlah aliran modal dari luar negeri.
Uji serentak terhadap variabel-variabel yang dianalisis dapat dilakukan dengan melihat probabilitas F-statistiknya Tabel 3 yaitu sebesar 0.0000, hal ini
menunjukkan bahwa persamaan capital inflow lulus uji-F karena nilai probabilitasnya lebih kecil dari 10 persen. Keadan ini dapat diartikan bahwa
varibel-variabel eksogen secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen.
6.3. Hasil Estimasi Persamaan Pertumbuhan Ekonomi