Dengan : α
1
, α
3
, α
4
0 dan α
2
0 sedangkan α
5
tergantung pada dummynya PDB = Pertumbuhan ekonomi
NDA = Aset domestik bersih CAB = Transaksi berjalan
R = Suku bunga Berdasarkan hasil uji regresi dengan menggunakan Ordinary Least
Square OLS dihasilkan koefisien offset sebesar 0.63. Hasil koefisien offset
tersebut menyimpulkan bahwa keefektifitasan sterilisasi melalui OPT menjadi berkurang.
2.5. Penelitian Terdahulu
Prasvita 1994, dalam skripsinya yang berjudul ”Kompleksitas Kebijakan Moneter dalam Perekonomian Terbuka suatu study empiris terhadap
Pertumbuhan ’Koefesien Offset’ dari Kebijakan Moneter di Indonesia”. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa setiap kontraksi kebijakan moneter akan
tereliminir dengan adanya pemasukan modal asing sebesar 70 persen dari jumlah 63.1. Sisanya sebesar 36.9 persen tidak dapat disterilisasi oleh kebijakan.
Dalam perekonomian yang semakin terbuka keindependenan dari kebijakan moneter dalam mengatasi aktivitas domestik telah terkontaminasi oleh adanya
arus modal masuk dari luar negeri. Kurniati 1999, meneliti dampak kebijakan arus modal terhadap
stabilitas nilai tukar di Indonesia dengan menggunakan metode Generalized
Autoregressive Conditional Heteroscedasticity GARCH. Periode analisisnya
diawali pada Tahun 1992:1 sampai 2000:6. Hasil yang diperoleh menjelaskan bahwa secara statistik. Pada kondisi tingkat perkembangan pasar keuangan di
Indonesia, kebijakan arus modal yang diperketat dapat digunakan untuk meredam volatilitas nilai tukar rupiah. Kondisi ini dapat dipertimbangkan untuk
menerapkan kebijakan-kebijakan arus modal yang dapat meningkatkan prudensial management
dalam sistem keuangan di Indonesia. Tjahjono dan Susilawati 1998 melakukan penelitian dengan
menggunakan metode VAR. Penelitiannya berjudul ”Kebijakan Pengendalian Aliran Modal Masuk di Indonesia”. Pengendalian Mo, M1 dan M2 yang
mengacu pada SBI dan SBPU. Periode analisisnya terbagi dua yaitu periode sebelum masuknya aliran modal 1984-1989 dan periode masuknya aliran
modal 1990-1996. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kenaikan PDB sebesar 1 persen dengan lag dua triwulan dapat mendorong kenaikan aliran
modal sebesar 4.75 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa investor sangat memperhatikan fundamental ekonomi dalam menanamkan modalnya.
Penurunan defisit Current Account CA dapat mendorong masuknya capital inflow
dalam jumlah yang sangat kecil, sedangkan untuk setiap perubahan uncover interest
differensial koefisiennya bernilai positif dan signifikan sebesar 95 persen pada tingkat kepercayaannya. Hal ini berarti setiap kenaikan suku
bunga dalam negeri, ceteris paribus akan mendorong peningkatan aliran modal masuk.
Adapun yang menbedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat dari periode pengamatan dan metode penelitian. Periode
pengamatan penulis adalah tahun 1992:4 sampai 2005:3. Perbedaan lain yang mendasar adalah metode penelitiannya, di mana penelitian terdahulu
menggunakan metode VAR dan OLS, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan Two Stage Least Square 2SLS dengan Software Eviews 4.1.
Pada penelitian ini terdapat dua model ekonometrika yang menggunakan variabel-variabel seperti suku bunga dalam negeri, tingkat suku
bunga Amerika Serikat, tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah per Dollar, upah riil Wriil, Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN, defisit Current Account
CA, Netto Asset Domestic NDA, dan pengeluaran pemerintah riil sebagai variabel independent. Pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai variabel
dependent terikat dan juga sebagai variabel independent bebas dalam
persamaan capital inflow di Indonesia. Dalam penelitian ini juga digunakan variabel dummy setelah krisis ekonomi dan dummy setelah kebijakan sterilisasi.
III. KERANGKA TEORI
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tercermin dari peningkatan menghasilkan barang dan jasa atau adanya peningkatan Gross Domestic Produk
GDP. Terdapat dua tantangan yang dihadapi suatu negara dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi yaitu tingkat tabungan dan investasi. Tingkat
investasi dapat didanai dari tingkat tabungan masyarakat melalui instrumen kredit yang ada pada bank maupun non bank Salim,1993.
PDB riil disebut juga dengan GDP riil tergantung pada dua hal, yaitu jumlah input atau faktor-faktor produksi dan kemampuan untuk mengubah input
menjadi output sebagaimana ditunjukkan dalam fungsi produksi. Faktor produksi adalah input yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa,
yaitu modal K dan tenaga kerja L. Permasalahan yang muncul adalah ketersedian modal yang dimiliki Indonesia terbatas sehingga harus ada campur
tangan dari modal asing berupa pinjaman luar negeri, penanaman modal dan bentuk pemberian cuma-cuma Hibah.
Tingkat suku bunga domestik berhubungan negatif dengan jumlah investasi di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan jika tingkat suku bunga riil
menjadi lebih tinggi, maka rumah tangga akan menabung dalam jumlah yang lebih besar daripada menanamkan modal, sehingga dapat dikatakan bahwa
tingkat suku bunga dalam negeri berhubungan negatif denagn jumlah capital inflow
di Indonesia. Peningkatan exchange-rate akan menimbulkan depresiasi, hal ini dapat
menyebabkan peningkatan barang ekspor dan mendorong tenaga kerja untuk