hebat, dan membuat tanaman mudah rusak karena dingin frost dan membeku Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud, 1991.
2. Fosfor P
Fosfor P berperan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, sebagai bahan dasar energi ATP dan ADP,
membantu asimilasi dan respirasi, mempercepat proses pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah Marsono, 2001.
Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud 1991, apabila terjadi kekurangan unsur P akan menghambat pertumbuhan
tanaman dan menyebabkan penurunan hasil tanaman.
3. Kalium K
Kalium K berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman, berperan membentuk antibodi
tanaman terhadap penyakit serta kekeringan Marsono, 2001. Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud 1991, kalium di dalam
tanaman dapat berfungsi untuk menguatkan batang sehingga tanaman tidak mudah rebah. Hasil tanaman dan kualitas gabah meningkat bila tanaman
cukup K, serta meningkatkan resistensi tanaman terhadap serangan penyakit, terutama terhadap penyakit yang disebabkan oleh cendawan.
Gejala yang nampak pertama kali dari kekurangan K dapat dilihat pada bagian daun. Selanjutnya, dalam jumlah yang terbatas biasanya diikuti
oleh melemahnya bagian batang tanaman yang mengakibatkan terjadinya kerebahan pada tanaman biji-bijian. Kekurangan K betul-betul dapat
mengurangi hasil dan menurunkan resistensi tanaman terhadap penyakit- penyakit tertentu, seperti Powldry-mildew kerusakan pada bagian batang
pada tanaman gandum, busuk akar dan Winter killed pada tanaman Alfalfa. Kekurangan K juga dapat mengakibatkan menurunnya kualitas tanaman
buah-buahan dan sayuran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud, 1991.
B. PEMUPUKAN PADI
Menurut Salim 1994, pupuk nitrogen N diberikan sepertiga dosis pada saat pemupukan dasar 1-10 hari sebelum tanam, pada saat anakan
maksimum sepertiga dosis, dan saat primordia bunga sepertiga dosis. Sedangkan apabila pupuk urea diberikan dalam bentuk briket diberikan
sekaligus pada saat sepuluh hari setelah tanam padi. Pupuk TSP dan KCl diberikan seluruhnya pada saat pemupukan dasar. Menurut Suriapermana, dkk
1994 dan Salim 1994, pupuk TSP dan KCl umumnya diberikan sebagai pupuk dasar. Sedangkan pupuk urea butiran diberikan tiga tahap, masing-
masing sepertiga bagian pada saat tanam pupuk dasar, saat anakan maksimum dan primordia bunga. Jika pupuk urea yang digunakan berbentuk
tablet, berikan seluruhnya pada umur 7-10 hari setelah tanam dengan cara membenamkan sampai kedalaman 5-10 cm.
Menurut Utomo 2003 disarankan agar petani melakukan pemupukan sesuai dosis anjuran setempat. Untuk sawah-sawah di Pulau Sumatera yang
tanahnya sebagian besar kurang subur, dosis yang digunakan lebih tinggi daripada dosis pemupukan di Pulau Jawa yang lebih subur. Contoh dosis yang
dianjurkan di Lampung Tengah untuk 1 ha sawah adalah 200 kg Urea, 150 kg TSP, dan 150 kg KCl.
Dosis pemupukan urea biasanya diberikan sepertiga bagian pada pemupukan pertama dan dua pertiga bagian pada pemupukan kedua. Pupuk
TSP dan KCl biasanya diberikan sekaligus bersamaan dengan pemupukan urea pertama. Pemupukan kedua dilakukan setelah tanaman berumur 6-7
minggu. Namun, petani sering juga mengaitkan waktu pemupukan kedua ini 1-2 hari sebelum penyiangan yang ketiga dengan alasan penyiangan dapat
membantu pembenaman pupuk. Sewaktu melakukan pemupukan sebaiknya saluran pemasukan dan pembuangan air ditutup terlebih dahulu. Petakan
sawah berada dalam kondisi macak-macak atau berair sedikit. Pupuk disebar merata pada permukaan tanah. Hati-hati sewaktu menyebar pupuk agar tidak
mengenai daun tanaman karena dapat mengakibatkan daun terbakar Utomo, 2003.
C. PEMUPUKAN BERIMBANG
Selama ini di masyarakat berkembang pengertian bahwa pemupukan berimbang adalah pemupukan yang menggunakan pupuk majemuk NPK.
Pengertian ini kurang tepat karena pemupukan berimbang adalah
menyediakan semua unsur hara yang cukup sehingga tanaman padi mencapai hasil tinggi dan bermutu serta meningkatkan pendapatan petani. Oleh karena
itu jenis dan dosis pupuk yang ditambahkan harus sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman. Dengan demikian jenis dan dosis
pupuk yang diberikan tidak dapat disamaratakan tetapi harus spesifik lokasi. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk tunggal seperti urea, SP-36, TSP
dan KCl, atau pupuk majemuk ditambah pupuk tunggal. Pemupukan berimbang adalah upaya pemenuhan kebutuhan hara
tanaman agar dapat mencapai hasil optimal tanpa kelebihankekurangan hara melalui pemberian pupuk dengan mempertimbangkan jumlah hara yang telah
tersedia di dalam tanah Makarim, 2005. Keuntungan utama dari penerapan pemupukan berimbang adalah petani dapat memupuk lebih efisien karena
jenis dan dosis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah. Apabila tanahnya subur, dimana kadar fosfor dan kaliumnya
cukup tinggi, maka sebenarnya tanaman cukup diberi Nitrogen N. Pemberian pupuk P dan K sedikit saja, untuk mencukupi hara P dan K yang terangkut
saat panen, yaitu sebesar 50 kg SP-36 dan 50 kg KCl per ha. Apabila pemberian pupuk P dan K pada tanah tersebut berlebihan, maka sisanya tidak
terpakai, sebagian besar hilang bersama air hujan atau air irigasi dan ini merupakan pemborosan. Namun sebaliknya jika tanah kekurangan fosfor dan
kalium maka tanaman harus dipupuk lengkap N, P, dan K sesuai dosis anjuran. Inilah sebenarnya pengertian pemupukan berimbang.
Menurut Makarim 2005, prinsip pemupukan berimbang itu sendiri melalui tahapan sebagai berikut :
1. Pertumbuhan tanaman dan tingkat hasil yang dicapai merupakan hasil
interaksi antara sifat varietas, lingkungan tumbuh, dan cara pengelolaannya.
2. Untuk tingkat hasil tertentu, tanaman memerlukan sejumlah hara dalam
jumlah dan perbandingan tertentu. 3. Untuk tingkat hasil yang lebih tinggi, tanaman memerlukan semua hara itu
dalam jumlah lebih banyak, dalam perbandingan yang tetap proporsional.
4. Tanpa pupuk, tanaman mendapatkan hara dari tanah, yang jumlahnya bergantung pada ketersediaan hara itu dalam tanah, serta kemampuan
tanaman untuk menyerapnya. 5. Selisih antara hara yang dibutuhkan tanaman butir 2 dan 3 dan hara yang
dapat diserap tanaman dari tanah butir 4, perlu dipenuhi melalui pemberian pupuk.
6. Sebagian hara dari pupuk hilang karena tercuci, terfiksasi, atau tidak terjangkau akar. Oleh karena itu jumlah pupuk yang diberikan butir 5
perlu dikali faktor efisiensi. Kondisi tanah dan bentuk pupuk sering menentukan besarnya kehilangan itu faktor efisiensi. Jadi pupuk yang
diberikan perlu lebih banyak daripada sekedar memenuhi selisih yang diuraikan dalam butir 5.
7. Jumlah pupuk N, P, K, dsb yang diberikan dengan cara yang diuraikan dalam butir 6, merupakan pemupukan berimbang.
D. SISTEM PAKAR