Karakteristik Gaya Musik Permainan Jubing Kristianto

Gamabar 158. Penggunaan Teknik Golpe Pada Bagian Perkembangan Lagu Dan pada bagian akhir lagu Rek Ayo Rek Penulis juga menemukan teknik golpe ini, yakni pada birama 141, seperti pada gambar 159 dibawah ini. Gambar 159. Penggunaan Teknik Golpe Pada Bagian Akhir Lagu

4.5 Karakteristik Gaya Musik Permainan Jubing Kristianto

Dalam menjelaskan karakteristik atau gaya musik yang diperkenalkan Jubing dalam aransemennya, penulis menggunakan pendekatan kepada deskripsi gaya musik. Seperti yang dikemukakan oleh Bruno Nettl dalam bukunya Theory and Methode in Ethnomusicology 1964:135 bahwa ada tiga pendekatan dalam mengidentifikasi dan mendeskripsikan suatu gaya musik. Ketiga kelompok tersebut adalah sistematik, intuitif, dan selektif. Dalam pendekatan sistematik menggambarkan musik adalah mengidentifikasi semua kemungkinan, atau banyak hal, untuk tujuan praktek. Sebuah kelompok yang dipilih dari aspek musik, dan untuk menggambarkan tiap-tiap aspek dalam sebuah komposisi individu, atau dalam sebuah bentuk komposisi musik yang mana, untuk satu alasan atau lebih, Universitas Sumatera Utara diasumsikan untuk memiliki sesuatu kebenaran yang umum dalam mendeskripsikan sebagai satu kesatuan yang utuh, seperti teori musik, melodi, ritem, meter, bentuk, dan harmoni atau polyfoni. Sementara pendekatan pada intuitif dalam menggambarkan style musik adalah suatu alternatif dari sistematik. Hal yang paling penting pada pendekatan ini adalah pada aspek lagu dari suatu musik atau gaya sebuah musik. Dan pada pendekatan selektif bukan pada sebuah lagu melainkan studi scale dan melodi dari sebuah kelompok musik. Setelah mempelajari komposisi dari aransemen Jubing Kristianto dalam permainan gitar tunggalnya, maka dapat disimpulkan bahwa gaya yang dia lakukan dalam menggarap lagu-lagu yang diaransemennya khususnya lagu-lagu etnik dalam penelitian ini adalah gaya bermain Flamenco yang dipadukan dengan jazz, hal ini terlihat jelas mulai dari pemakaian ritem, pola bas, dan teknik-teknik petikan seperti Rasgueado, Golpe dan Tambora menunjukkan bahwa hasil dari aransemen yang disajikannya merupakan pengaruh dari seni bermain gitar ala flamenco dengan jazz. Dalam lagu Bengawan Solo misalnya dia membuat pola- pola ritem yang ketukan lemah dibuat menjadi ketukan keras aksen. Dalam kasus lain sebuah istilah classical crossover style merupakan cirri khas gaya permainan Jubing. Istilah ini muncul dan digunakan bagi para musisi yang terpengaruh dari beberapa gaya dengan tujuan menjangkau audiens yang lebih luas. Istilah classical crossover ini baru muncul dalam media internet. Dapat kita lihat pengertiannya seperti kutipan dibawah ini. Simply put, Classical Crossover is a term used to describe artists that adopt strong classical influences in their music, but ultimately they have an Universitas Sumatera Utara accessible and popular sound or a marketable image to reach out to a wider audience. Jika kita telusuri latar belakang musik Jubing, dia merupakan seorang pembelajar gitar klasik, hal ini juga terlihat dari pengalaman-pengalaman beliau dalam mengikuti festival-festival gitar di dalam maupun luar negeri, dan menjuarai festival-festival tersebut. Tetapi jika diperhatikan dalam mengikuti festival gitar beliau sudah memperkenalkan lagu yang dibawakan sudah mewakili berbagai jenis musik, seperti kita lihat dalam aransemen-aransemennya pengaruh klasik, flamenco, jazz dan lagu etnik merupakan perpaduan yang menjadi gaya bermain musik Jubing Kristianto. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Aransemen gitar tunggal dalam penulisan ini merupakan manifestasi atau upaya kreatif dalam menata dan memperkaya sebuah melodi, lagu ataupun komposisi dalam musik. Pada prinsipnya aransemen dapat dilakukan pada instrumen musik apa saja dan juga dapat dilakukan pada suara manusia vocal dengan memperhatikan semua aspek-aspek yang menyangkut disiplin ilmu aransemen baik itu aspek wilayah nada ambitus, teori musik, ilmu harmoni, ritem maupun teknik-teknik yang dipakai dalam instrumen yang hendak disajikan. Dalam penelitian ini, lagu-lagu etnik pada gitar tunggal dengan studi kasus pada karya-karya Jubing Kristianto merupakan sebuah apresiasi terhadap kelestarian lagu-lagu etnik Indonesia yang hampir jarang disajikan dalam seni- seni pertunjukan. Dalam hal ini Jubing memberikan kontribusi yang sangat bermanfaat melalui tulisan ini mengenai aransemen lagu-lagu etnik yang diadaptasikan pada gitar tunggal. Pada kenyataannya Jubing mengaransemen beberapa lagu-lagu etnik Indonesia seperti Ayam Den Lapeh, Bengawan Solo, Rek Ayo Rek dan lain-lain seperti yang terlihat pada album gitar solo Jubing dan tidak hanya sebatas itu, dia juga membawakan hasil aransemennya melalui festival, seminar, workshop, hiburan dan juga mengaplikasikannya ke dapur rekaman dan sudah didengar sekaligus disaksikan oleh masyarakat Indonesia. Salah satu tujuan dalam penelitian ini adalah melestarikan lagu-lagu etnik Indonesia dan memberikan pemahaman bagi para pembaca khususnya yang Universitas Sumatera Utara