Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Musikal Aransemen Lagu Etnik Pada Gitar Tunggal, merupakan topik penelitian ini dengan studi kasus pada karya-karya Jubing Kristianto. Analisis musik adalah salah satu bagian terpenting dalam mengkaji fenomena- fenomena musikologi. Fenomena-fenomena ini amatlah kompleks dan mencakup kepada bagian-bagian yang memfokuskan kepada objek dimensi musikal itu sendiri. Fenomena ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi hingga dalam kajiannya merujuk pada aspek-aspek musik. Dalam buku N.H. Nainggolan 1998:4 unsur-unsur musik di dalam lagu mencakup irama, melodi, harmoni, bentuk, dan ekspresi. Jika kita mengamati lebih dalam bagian-bagian ini dapat dipilah kembali hingga unsur-unsur pembentuk musik tersebut dapat kita kenali dan kita pahami bagaimana semestinya ia berada dan berfungsi menurut objek penelitiannya. Misalnya irama, untuk menganalisis irama sangat perlu kita kaji apa itu irama, apa unsur-unsur irama dan bagaimana esensi dari irama itu sendiri dan bagaimana fungsi irama hingga membentuk suatu totalitas musik. Begitu juga halnya dengan melodi, harmoni, bentuk dan ekspresi. Tidak sampai pada batas itu, penulis juga menyoroti bahwa, bagaimana analisis musik itu sampai kepada apakah musik itu yang sesungguhnya, apakah musik dan apakah yang bukan musik, apakah bunyi-bunyi seperti suara burung, suara angin, suara air dan lain- lain apakah itu juga termasuk musik? Fenomena ini sangat kompleks, tetapi sampai kepada tahap-tahap dimana dunia akademis mewujudkannya bagaimana Universitas Sumatera Utara para ahli dan peneliti-peneliti mengabstraksikannnya menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari oleh setiap orang. Jika kita meninjau kembali dalam buku Muttaqin seni musik klasik 2008:87. Bahwa analisis musik mencakup aspek-aspek bunyi, garis para nada, skala nada, kunci, tempo, dinamika, timbre warna suara, dan bentuk musik. Dalam penyajian analisis musik disini sangat terpengaruh pada kerangka kajian analisis musik Eropa Barat. Dan pada kenyataannya kajian-kajian yang merujuk pada aspek musikologi banyak menggunakan teori-teori musik barat. Teori-teori ini banyak membantu para peneliti khususnya penelitian yang berorientasi pada kajian musikal. Contohnya dalam mengkaji sistem tonal ataupun sistem modal dalam sebuah lagu, teori transkripsi lagu, teori struktur mendengar musik, teori harmoni dan sebagainya. Analisis musikal dalam penelitian ini hanya memfokuskan kepada aspek- aspek yang terdiri dari analsis melodi, analisis transkripsi, analisis bentuk, analisis chord, dan analisis bentuk. Dan hal ini penulis lakukan guna menghindari analisis yang melebar dan tidak terfokus. Menurut hemat penulis bagian ini adalah bagian terpenting yang akan dilakukan dalam proses pengerjaannya. Mengingat bahwa dalam analisis lagu-lagu etnik ini menggunakan gitar sebagai mediatornya, amatlah penting penulis mengkaji aspek teknik-teknik permainan gitar di dalamnya. Dalam tahap ini penulis melakukan studi pustaka dan wawancara terhadap Jubing Kristianto sendiri sebagai informan dan sekaligus sebagai objek dalam penelitian ini. Dan pada bagian ini merupakan bagian yang terakhir dalam analisisnya. Universitas Sumatera Utara “Aransemen merupakan manifestasi atau upaya kreatif dalam menata dan memperkaya sebuah melodi, lagu ataupun komposisi ”. Demikian satu kutipan artikel dari seorang gitaris muda Jubing Kristianto yang cukup aktif mengisi kegiatan musik gitar tunggal di bumi Nusantara dalam artikelnya membuat aransemen gitar tunggal. Aransemen dapat dilakukan pada instrumen musik maupun vokal suara manusia. Aransemen merupakan sebuah metode atau cara untuk “memindahkan” ataupun mentransformasikan sebuah hasil karya seni khususnya karya musik etnik dalam penelitian ini ke dalam bentuk lain dari bentuk semula hingga menjadi sebuah hasil karya yang sesuai dengan keinginan arrangernya. Misalnya salah satu lagu etnik yang akan dikaji dalam penelitian ini, Ayam Den Lapeh, lagu ini pada dasarnya dinyanyikan oleh suara manusia atau bentuk musik vocal. Tetapi sekarang lagu ini bukan hanya dapat dinyanyikan oleh suara manusia, lagu ini sudah dapat dinyanyikan dan disampaikan oleh suara gitar, bahkan hanya dengan satu gitar. Dan hal ini sudah dilakukan oleh salah seorang musisi yakni Jubing Kristianto. Dan lagu etnik Ayam Den Lapeh yang berasal dari Minangkabau ini dapat kita lihat dan kita dengar pada VCD Album Gitar Solo “Becak Fantasy” Jubing Kristianto pada nomor urut ke-enam IMC Record. Oleh karenanya penelitian ini mengambil Judul “Analisis Musikal Lagu Etnik Pada Gitar Tunggal: Studi Kasus Pada Karya- Karya Jubing Kristianto”. Jika kita mendengar dan menelaah lagu ini, amatlah unik dan kompleks, jalinan melodi, ritem, bas dan gaya musik mencerminkan sebuah inovasi yang “menghanyutkan” bagi siapa saja yang mendengarkan lagu ini melalui aransemen Jubing Kristianto. Perpaduan klasik, jazz, dangdut dan flamenco merupakan karakteristik pada identitas Universitas Sumatera Utara musiknya. Sehingga dalam sisi eksplorasi lainnya penulis dapat mengamati sebuah karakter atau gaya aransemen yang mencerminkan Jubing sebagai gitaris yang cukup kreatif dan sekaligus inovatif dalam menyajikan karya-karya musik khususnya musik etnik dalam penelitian ini. Kemampuan dalam mengaransemen tidak hanya sebatas pada menguasai teori-teori musik yang mengulas tentang pengetahuan aransemen. Penguasaan dalam ilmu ini, harus melewati tahap-tahap seperti mengenal genre musik jenis-jenis musik dunia atau aliran-aliran musik seperti jazz, klasik, flamenco, lagu-lagu tradisi, rock dan sebagainya hingga musik industri yang beredar pada masa-masa kini. Pengetahuan aransmenen juga bisa didapatkan melalui melihat konser-konser, mendengar kaset-kaset hingga pengetahuan yang berkaitan yang membentuk totalitas dari dimensi aransemen itu sendiri. Kesulitan dalam mengaransemen biasanya kurang memahami metode, ataupun sistem yang menyangkut disiplin dalam ilmu aransemen serta berbagai genre musik, baik itu musik etnik atau musik tradisi, musik klasik atau jenis-jenis musik lainnya seperti yang dikemukakan di atas. Bahan baku atau sumber untuk pembuatan aransemen sangat berlimpah mulai dari lagu anak, lagu pop, lagu klasik hingga lagu etnik. Istilah lagu etnik sendiri yang dipakai dalam penelitian ini mengacu kepada musik yang merupakan hasil karya dari budaya kelompok pemeluknya. Seperti yang dikemukakan Meriam dalam Buku Profesor Mauly Purba tentang Keberagaman Sistem Musik Dunia : “…suatu kebudayaan musik bersemayam di dalam alam masyarakat pemiliknya sendiri…”. Istilah lagu etnik dalam penelitian ini juga mengacu kepada sebuah kebudayaan dalam kelompok sosial. Seperti yang kita lihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian Universitas Sumatera Utara untuk istilah etnik. Etnik adalah bertalian dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Jadi lagu etnik pada penelitian ini adalah lagu yang dimiliki dari kelompok sosial yang mempunyai bahasa, adat dan etnis yang sama. Misalnya dalam penelitian ini, lagu Ayam Den Lapeh berasal dari Minangkabau, berarti lagu ini asalnya dari etnik Minangkabau dan yang memakai lagu ini adalah orang-orang Minangkabau. Lagu Bengawan Solo berasal dari Jawa Tengah digunakan oleh masyarakat Jawa Tengah atau lagu etnik Jawa Tengah. Dalam konteks seni pertunjukan, aransemen lagu etnik pada gitar tunggal, pada kenyataannya sangat minim jumlahnya beredar khususnya di Indonesia, hal ini terlihat jelas dalam seni pertunjukan gitar baik bersifat kompetisi, festival, hiburan, seminar, workshop dan lain-lain. Hal ini sangat memprihatinkan dan perlu mendapat perhatian, mengingat Indonesia sebagai bangsa yang multi kultural terdiri dari banyak etnik dan budaya yang didalamnya mencakup seni musik memerlukan perhatian yang cukup dalam pelestariannya dalam sudut pandang global, dan dalam hal ini gitar klasik sebagai gitar tunggal mengambil sikap dan peranan untuk mentranskripsikan, sekaligus mentransformasikan lagu- lagu etnik kedalam bentuk seni permainan gitar tunggal. Aransemen Jubing dalam lagu-lagu etnik yang diadaptasikan pada gitar tunggal terdapat di keempat album solo gitarnya yang direkam oleh IMC Record. Album tersebut sudah beredar diseluruh Nusantara dan mendapat sambutan baik oleh masyarakat luas. Hal ini terlihat jelas sambutannya oleh setiap orang yang menonton dalam konser-konsernya diberbagai kota di Indonesia. Album yang Universitas Sumatera Utara sudah digarap Jubing untuk rekaman gitar tunggal sebanyak 4 buah, album tersebut yaitu Becak Fantasy, Hujan Fantasy, Delman Fantasy dan Kaki Langit. Jubing Kristianto merupakan arranger gitar tunggal yang sangat kompeten dan produktif dalam menyajikan karya-karyanya. Dia banyak menguasai jenis- jenis musik genre musik mulai dari dangdut, flamenco , jazz hingga musik popular yang beredar di pasar saat ini dalam musik industri. Jubing juga merupakan gitaris tunggal yang paling banyak mempopulerkan lagu-lagu yang dikenal sebagai lagu etnik, lagu-lagu yang bukan untuk gitar untuk di adaptasikan pada permaianan gitar melalui media elektronik seperti rekaman, televisi, bahkan workshop dan pertunjukan-pertunjukan gitar di dalam dan luar negeri. Bahkan dalam satu evennya yang secara nyata, penulis sendiri menonton dan mengamati Jubing dalam konser gitar tunggal di Universitas Sumatera Utara Medan, sangat memukau dan menyentuh, sehingga penelitian ini sebahagian besar merupakan akibat dari pertunjukan yang dilakukannya. Hal ini juga merupakan salah satu yang melatar belakangi penelitian ini, mengapa penulis begitu tertarik dengan aransemen-aransemen yang disajikan beliau. Untuk lagu-lagu etnik yang diaransemen Jubing ada beberapa lagu, lagu- lagu tersebut seperti Rek Ayo Rek yang berasal dari Jawa Timur yang diciptakan oleh Is Haryanto, Bengawan Solo dari Jawa Tengah diciptakan oleh Gesang, Sarinande dari Maluku, Ayam Den Lapeh dari Minangkabau ciptaan Abdul Hamid, Bengong Jeumpa dari Aceh. Pada prinsipnya lagu-lagu etnik yang diaransemen oleh Jubing Kristianto dimainkan berdasarkan pengalaman saja, dari apa yang dia dengar sebelumnya dari orang tuanya semenjak dia mulai meminati gitar. Lagu-lagu ini juga belum Universitas Sumatera Utara ada transkripnya untuk notasi, sehingga dalam mengidentifikasi masalah analisis sangat sulit dilakukan. Gitar tunggal sendiri mulai ada di Indonesia sekitar tahun 1970-an. Istilah gitar tunggal sendiri merujuk kepada satu; satu-satunya bukan jamak. Penelitian ini dilakukan yakni menggarap lagu etnik dan mengadaptasikannya kepada gitar klasik sebagai gitar tunggal bukan dua atau lebih gitar. Sebagai salah satu contoh istilah gitar tunggal sudah familiar dan dipakai dengan diterbitkannya buku-buku dan pertunjukan-pertunjukan atau konser-konser dengan tajuk gitar tunggal. Kaye Solapung dalam bukunya Gitar Tunggal penerbit PT. Indira tahun 1980, buku ini juga sudah ditetapkan dan digunakan Depdikbud sebagai pegangan guru musik di SD dengan Inpres nomor 5 tahun 1981. Di era 70 sampai 80-an tercuat nama gitaris Michael Gan, Nelson Rumantir, ataupun Carl Tanjong yang menerbitkan album kaset untuk gitar tunggal. Istilah gitar tunggal juga sudah ada pada peristiwa-peristiwa Yamaha Festival Gitar Indonesia, misalnya tahun 1977 yang dibawakan secara solo gitar ataupun gitar tunggal dan pada peristiwa itu Jubing menjadi juara dalam festival. Gitar klasik adalah jenis gitar akustik dengan senar berbahan nilon dan sutra yang dililit logam. Lehernya lebih lebar dari pada gitar jenis lainnya meski banyak digunakan sebagai instrumen pengiring namun gitar klasik lebih populer sebagai instrumen musik solotunggal yang dapat memainkan beragam jenis musik dengan bass, akor dan melodi lengkap. Ditangan pemain yang ahli, gitar klasik bisa menghasilkan berbagai warna suara yang berbeda. Perbendaharaan lagu untuk gitar klasik umumnya berasal dari : a komposisi untuk instrumen musik lain yang ditranskripsi untuk dimainkan pada gitar misalnya dari komposisi Universitas Sumatera Utara untuk Lute, piano, biola, flute, hingga orkestra; b karya orisinal untuk gitar, yang diciptakan oleh komposer dari jaman klasik hingga jaman modern; c lagu- lagu pop, jazz, hingga musik tradisional yang diaransemen untuk gitar klasik. Untuk mengaransemen lagu etnik pada karya Jubing Kristianto ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam analisis musikalnya, dan tahap-tahap tersebut berhubungan erat dengan persoalan-persoalan analisa harmoni, pendekatan pada sistem musik seperti penulisan notasi lagu transkripsi, perubahan chord, perpindahan chord, modalitas, term istilah-istilah yang digunakan dalam menganalisa teknik-teknik permainan gitar tunggal. Dalam membentuk sebuah aransemen terdapat barisan harmoni yakni aturan-aturan yang membentuk suatu bunyi musikalitas atau keselarasan berbagai bunyi yang terkandung dalam sebuah musik. Bagaimana harmoni lagu-lagu etnik tersebut di adaptasikan kepada permainan gitar tunggal. Aransemen untuk lagu etnik pada karya Jubing Kristianto, belum ada transkripsinya dalam bentuk notasi, hal ini juga yang merupakan salah satu kesulitan dalam mengidentifikasi komposisi yang terdapat pada karya-karya Jubing, harapan penulis juga agar setiap pemain gitar mampu menguasai transkripsi musik, oleh karena setiap aransemen yang hendak dimainkan oleh setiap orang haruslah sesuai dengan maksud dari sang arranger atau sikomponis. Di Indonesia terdapat ragam budaya yang berbeda dan memiliki musik etnik yang berbeda pula. Dari banyaknya musik etnik tersebut terdapat beragam lagu-lagu yang diiringi dengan alat musik etnik setempat contohnya dalam lagu Ketabo yang berasal dari Tapanuli Selatan diiringi oleh gordang sambilan, lagu Sinanggartulo dari Tapanuli Utara diiringi oleh gondang sabangunan, begitu pula Universitas Sumatera Utara lagu Biring Manggis dari Karo diiringi oleh gendang lima sedalenan, lagu Es Lilin dari Jawa Barat diiringi oleh kecapi dan suling Sunda. Dari studi kasus di atas, dalam konteks seni pertunjukan budaya, penulis mengamati sebuah pagelaran budaya disajikan menurut sistem tradisi musiknya sendiri. Seperti yang dikemukan Merriam “..suatu kebudayaaan musik bersemayam di dalam alam masyarakat pemiliknya sendiri – yaitu idegagasan mereka, tingkah laku mereka dan bunyi atau suara yang mereka produksi.” Dalam hal inilah penulis menawarkan bagaimana lagu-lagu etnik tersebut dapat digubah kedalam bentuk satu permainan gitar tunggal. Dalam studi kasus yang lain, komposisi musik etnik yang diadaptasikan kedalam gitar tunggal sangat sulit untuk ditemukan. Dimana para komposer gitar, maupun non komposer gitar menemukan kendala dalam mengadaptasikannya kedalam bentuk permainan gitar. Kendala tersebut yang paling besar adalah bagaimana menyusun harmoni, teknik, musikalitas dan membentuk suatu sistem musik yang terkait secara totalitas seperti yang dikemukan di atas. Dari beberapa studi kasus di atas merupakan hal yang melatarbelakangi penulis untuk membuat tesis yang berjudul : Analisis Musikal Aransemen Lagu Etnik Pada Gitar Tunggal : Studi Kasus Pada Karya-Karya Jubing Kristianto.

1.2 Rumusan Masalah