Ruang Lingkup Informasi Elektronik

elektronik ini, telah memberikan manfaat dengan menjamurnya usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang penjualan jasa seperti warung-warung internet. Definisi informasi elektronik di atas memuat tiga makna, yaitu: a. informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, b. informasi elektronik memiliki wujud di antaranya tulisan, suara danatau gambar, c. informasi elektronik memiliki arti atau dapat dipahami, yang artinya bahwa dengan adanya UU ITE, maka telah ada pengakuan secara tegas tentang tanda tangan elektronik yang memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sama dengan tanda tangan konvesional selama tanda tangan tersebut dapat dijadikan alat untuk melakukan verifikasi dan autentifikasi penandatangan yang bersangkutan.

B. Ruang Lingkup Informasi Elektronik

Sesuai dengan Pasal 1 Angka 1 UU ITE, informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange EDI, surat elektronik electronic mail, telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Maka agar suatu informsi tergolong sebagai informasi elektronik harus memenuhi unsur-unsur dalam isi Pasal 1 Angka 1 UU ITE. Universitas Sumatera Utara Informasi elektronik merupakan salah satu unsur yang harus dipenuhi agar dapat terjadi suatu transaksi elektronik, sebagai contoh adalah pada saat melakukan transaksi jual-beli melalui online store, agar pembeli dapat membeli barang yang dijual oleh penjual harus ada informasi elektronik mengenai barang yang dijual, dan begitu juga sebaliknya, penjual memerlukan informasi elektronik dari pembeli agar dapat terjadi transaksi elektronik. Ruang lingkup Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik secara tegas mengatur segala konservasi hukum dalam pemanfaatan internet sebagai media, baik memanfaatkan informasi maupun melakukan berbagai macam transaksi. Dampak dari pelanggaran atau perbuatan melawan hukum terhadap UU ITE juga diatur dalam bentuk ancaman hukuman. Dengan demikian, pelaku bisnis yang memanfaatkan media internet maupun masyarakat yang memanfaatkan internet mendapat kepastian hukum, di antaranya dengan tanda tangan digital dan berbagai macam bukti elektronik sebagai alat bukti yang dapat diajukan di pengadilan. Dengan adanya kepastian hukum, perbuatan melawan hukum yang berkaitan dengan transaksi elektronik dapat dihindari. Konsumen yang terlibat dalam perbuatan melawan hukum dalam transaksi elektronik dapat dijerat dengan hukum yang berlaku. Diberlakukannya UU ITE ini oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia merupakan hasil penyesuaian sebuah tim atas nama Pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Ahmad M. Ramli. Sedangkan kedua naskah materi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ini bersumber dari tim yang berbeda, Universitas Sumatera Utara yaitu tim Universitas Indonesia yang ditunjuk oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan, dan tim Universitas Padjajaran yang ditunjuk oleh Departemen Komunikasi dan Informasi. Pada pelaksanaannya, tim Universitas Padjajaran bekerja sama dengan para pakar dari Institut Teknologi Bandung yang kemudian menghasilkan naskah akademis berjudul Rancang Undang-Undang Pemanfaatan Teknologi Informasi RUUPTI. Kedua materi dari tim pakar tersebut kemudian menjadi RUU ITE dan setelah disahkan oleh DPR menjadi UU ITE. Agar suatu Undang-Undang dapat berjalan dengan baik, maka pembentuk Undang-Undang memerintahkan melalui UU ITE untuk membuat sejumlah Peraturan Pemerintah PP yang mengatur tentang: 1. Lembaga Sertifikasi Keandalan Pasal 10 Ayat 2, 2. Tanda Tangan Elektronik Pasal 11 Ayat 2, 3. Penyelenggara Sertifikasi Elektronik Pasal 13 Ayat 6, 4. Penyelenggaraan Sistem Elektronik Pasal 16 Ayat 2, 5. Penyelenggaraan Transaksi Elektronik Pasal 16 Ayat 2, 6. Penyelenggara Agen Elektronik Pasal 22 Ayat 2, 7. Pengelolaan Nama Domain Pasal 24 Ayat 4, 8. Tata Cara Intersepsi Pasal 31 Ayat 4, 9. Peran Pemerintah tentang Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 40 Ayat 6. Universitas Sumatera Utara

C. Penyalahgunaan Informasi Elektronik