122 partisipasi dari para pengusaha yang ada dalam PT KBN merupakan faktor kunci
dalam pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan.
5.4 Skenario Pengelolaan Lingkungan Kawasan
Terdapat empat faktor kunci keberhasilan pengelolaan lingkungan di PT KBN secara berkelanjutan berdasarkan aspirasi
stakeholder dan pakar yaitu teknologi pengelolaan limbah cair, partisipasi pengusaha dalam pengelolaan
lingkungan, teknologi pengelolaan limbah padat, dan penggunaan bahan kimia dalam proses produksi.
Deskripsi kemungkinan perubahan kondisi state masing-masing faktor
kunci yang berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan akibat kegiatan yang dilakukan PT KBN di masa yang akan datang dapat berbeda antara kondisi satu
dengan kondisi lain. Sebagai contoh faktor penggunaan bahan kimia hanya memiliki tiga kemungkinan kondisi yang mungkin terjadi, yaitu: 1 menurunkan
kualitas lingkungan karena tidak adanya larangan penggunaan bahan kimia atau tidak tersedianya teknologi baru; 2 tetap seperti kondisi yang ada pada saat ini
karena teknologi dan perusahaan masih relatif tetap tidak bertambah; dan 3 kualitas lingkungan meningkat karena menurunnya permintaan dan
berkurangnya industri pewarnaan atau beralihnya ke penggunaan bahan pewarna yang ramah lingkungan.
Faktor teknologi pengelolaan limbah cair memiliki empat kemungkinan perubahan kondisi di masa yang akan datang yaitu tidak ada teknologi
pengolahan, instalasi pengelolaan limbah cair, pemanfaatan limbah cair untuk kepentingan lain, dan penerapan produksi bersih. Deskripsi kemungkinan
perubahan kondisi masing-masing faktor strategis dalam pengelolaan lingkungan PT KBN dapat dilihat pada Tabel 23.
Berdasarkan hasil identifikasi bagaimana elemen kunci dapat berubah dengan menentukan keadaan
state pada setiap faktor dan memeriksa perubahan mana yang tidak dapat terjadi bersamaan
incompatible sebagaimana disajikan pada Tabel 16. Sedangkan perubahan faktor yang
dapat terjadi bersamaan merupakan skenario-skenario strategi yang mungkin terjadi pada pengelolaan lingkungan PT KBN Tabel 24.
123 Tabel 23. Prospektif faktor kunci yang berpengaruh terhadap kerusakan
lingkungan akibat kegiatan yang dilakukan PT KBN
No. Faktor Strategis Keadaan state masa depan faktor
1A 1B 1C 1D 1. Penggunaan
bahan kimia Menurun Tetap Meningkat
- 2A 2B 2C 2D
2. Teknologi pengelolaan
limbah cair Tidak ada
teknologi pengolahan
Instalasi pengolahan
limbah cair Pemanfaatan
limbah cair untuk
kepentingan lain Penerapan
produksi bersih
3A 3B 3C 3D 3. Teknologi
pengelolaan limbah padat
Dikelola oleh instansi lain
Dikelola sendiri
Pemanfaatan limbah padat
Penerapan produksi
bersih
4A 4B 4C 4D 4. Partisipasi
pengusaha dalam pengelolaan
limbah Partisipasi pasif
Partisipasi insentif
Partisipasi fungsional
Partisipasi aktif
Tabel 24. Incompatible antar keadaan state dari keempat faktor penting dalam
pengelolaan lingkungan PT KBN jangka waktu 5 tahun
No. Faktor Strategis Keadaan state masa depan faktor
1A 1B 1C 1D 1. Penggunaan
bahan kimia Menurun Tetap Meningkat
- 2A 2B 2C 2D
2. Teknologi pengelolaan
limbah cair Tidak ada
teknologi pengolahan
Instalasi pengolahan
limbah cair Pemanfaatan
limbah cair Penerapan
produksi bersih
3A 3B 3C 3D
3. Teknologi pengelolaan
limbah padat Dikelola oleh
instansi lain Dikelola
sendiri Pemanfaatan
limbah padat Penerapan
produksi bersih
4A 4B 4C 4D 4. Partisipasi
pengusaha dalam pengelolaan
limbah Partisipasi pasif
Partisipasi insentif
Partisipasi fungsional
Partisipasi aktif
Berdasarkan Tabel 23 dan Tabel 24 disepakati lima skenario strategi pengelolaan lingkungan PT KBN yaitu: pengembangan usaha tanpa peningkatan
kinerja lingkungan, perbaikan kinerja lingkungan secara konsisten, perbaikan kinerja lingkungan dengan memperhatikan kepentingan usaha, pengembangan
usaha dengan tetap memperhatikan perbaikan lingkungan, dan perbaikan kinerja lingkungan dan kemajuan usaha secara simultan. Skenario ini dirumuskan dari
124 hasil memasangkan berbagai kondisi
state setiap faktor yang mungkin terjadi di masa yang akan datang dalam pengelolaan lingkungan PT KBN. Definisi
masing-masing strategi tersebut disajikan pada Tabel 25. Tabel 25. Definisi masing-masing skenario strategi
No. Skenario Definisi
1. Pengembangan usaha tanpa
peningkatan kinerja lingkungan 1C meningkat
2A tidak ada pengolahan 3A dikelola oleh instansi lain
4A partisipasi pasif Dalam kondisi yang demikian
perusahaan dalam kawasan siap berkembangan pesat dengan
memanfaatkan sumberdaya secara optimal tanpa penerapan sistem
manajemen lingkungan.
2. Perbaikan kinerja lingkungan secara
konsisten 1A menurun
2D penerapan produksi bersih 3D penerapan produksi bersih
4C partisipasi aktif Dalam kondisi yang demikian terjadi
perbaikan kinerja lingkungan dengan manajemen yang ketat melalui
penerapan produksi bersih secara kontinu. Pengusaha dan manajemen
PT KBN secara bersama-sama fokus pada pengelolaan lingkungan
3. Perbaikan kinerja lingkungan
dengan tetap memperhatikan kepentingan usaha
1B tetap 2D penerapan produksi bersih
3D penerapan produksi bersih 4B partisipasi fungsional
Dalam kondisi yang demikian kualitas lingkungan akan semakin baik karena
menjadi prioritas manajemen KBN. Perhatian terhadap kemajuan usaha
dilakukan dengan senantiasa menjadikan faktor lingkungan sebagai
parameter utama.
4. Pengembangan usaha dengan tetap
memperhatikan perbaikan lingkungan
1C meningkat 2B instalasi pengolahan limbah cair
3B dikelola sendiri 4B partisipasi insentif
Dalam kondisi yang demikian terjadi perbaikan kinerja perusahaan secara
keseluruhan dan pengelolaan limbah yang dilakukan sendiri, sehingga
perusahaan dapat berkembang ke arah kemajuan yang lebih baik dengan
kualitas lingkungan yang terkendali.
5. Perbaikan kinerja lingkungan dan
kemajuan usaha secara simultan 1C meningkat
2C pemanfaatan limbah cair 3C pemanfaatan limbah padat
4C partisipasi aktif Dalam kondisi yang demikian kinerja
perusahaan semakin baik seiring dengan kinerja lingkungan namun
dengan pertumbuhan keduanya yang relatif stabil. Dalam jangka panjang
kondisi yang demikian dapat menjamin keberlanjutan pengelolaan lingkungan
dan pengembangan usaha PT KBN.
Berbagai skenario tersebut telah disepakati oleh stakeholder terkait sebagai skenario yang dapat diterapkan dalam pengelolaan lingkungan PT KBN
125 di masa mendatang. Skenario-skenario tersebut merupakan alternatif
pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan. Dengan demikian, kebijakan pengelolaan lingkungan PT KBN telah dapat mencerminkan aspirasi
stakeholder dan kondisi masa depan yang diinginkan. Dalam implementasinya diperlukan
penentuan skenario optimal yang dapat diterapkan oleh manajemen KBN dan dapat menjamin tercapainya visi dan misi PT KBN dengan kualitas lingkungan
yang terjaga. Arahan kebijakan pengelolaan lingkungan dirumuskan dengan
memperhatikan faktor-faktor kunci yang telah dihasilkan dari analisis sebelumnya. Selain itu juga memasukkan hasil analisis kualitas lingkungan yang
dilakukan oleh PT KBN. Perumusan kebijakan ini dilakukan melalui FGD dengan stakeholder dan pakar. Rumusan rancangan kebijakan pengelolaan lingkungan
PT KBN adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan usaha tanpa peningkatan kinerja lingkungan
2. Perbaikan kinerja lingkungan secara konsisten 3. Perbaikan kinerja lingkungan dengan tetap memperhatikan kepentingan
usaha 4. Pengembangan usaha dengan tetap memperhatikan perbaikan lingkungan
5. Perbaikan kinerja lingkungan dan kemajuan usaha secara simultan Model AHP digunakan untuk memilih kebijakan pengelolaan lingkungan
yang penting untuk dilaksanakan dan lebih aspiratif dari lima alternatif skenario yang telah dirumuskan sebelumnya. Kriteria yang digunakan dalam model AHP
penentuan kebijakan pengelolaan lingkungan adalah kriteria pengelolaan lingkungan, khususnya terkait dengan aktor pelaksana dalam pengelolaan
lingkungan, dimensi pembangunan berkelanjutan, dan kriteria pelaksanaan untuk masing-masing prinsip pengelolaan untuk menentukan prioritas kebijakan
pengelolaan lingkungan PT KBN. Hirarki AHP disusun dengan lima level yang
memperlihatkan tahapan proses penetapan prioritas. Pengisian kuesioner matriks perbandingan berpasangan disampaikan
kepada stakeholder yang prominent di Jakarta. Keinginan dan preferensi
stakeholder merupakan aspirasi pemerintah, pengusaha, manajemen PT KBN, lembaga swadaya masyarakat, dan pakar terhadap kebijakan pengelolaan
lingkungan yang diinginkannya, baik untuk kepentingan saat ini maupun di masa yang akan datang. Penentuan prioritas kebijakan dilakukan dengan melibatkan
seluruh pemangku kepentingan agar diperoleh hasil yang partisipatif dan
126 akomodatif sehingga kebijakan yang dihasilkan dapat dilaksanakan dan didukung
oleh semua stakeholder.
Analisis dilakukan pada setiap level dari hirarki penentuan kebijakan pengelolaan lingkungan PT KBN. Bobot dan prioritas yang dianalisis adalah
hasil kombinasi gabungan dari pendapat dan penilaian seluruh stakeholder pada
setiap matriks perbandingan berpasangan. Hasil analisis disajikan pada Gambar 22.
Gambar 22. Bobot faktor-faktor pada setiap level penentuan kebijakan Pada level 2 aktor diperoleh hasil analisis yaitu manajemen PT KBN
bobot 0,454 merupakan aktor yang paling berperan dalam pengelolaan lingkungan PT KBN. Hal ini menujukkan bahwa aspirasi manajemen PT KBN
menjadi fokus perhatian dalam pengelolaan lingkungan. Aktor yang menjadi prioritas kedua adalah pengusaha bobot 0,291. Pengusaha memiliki peran
yang penting karena terkait dengan kegiatan produksi yang merupakan sumber utama dalam menentukan aktivitas kawasan.
Aktor pemerintah dan masyarakat merupakan prioritas ketiga 0,156 dan keempat 0,099. Pada tahap implementasi, kedua aktor ini perlu dilibatkan
127 dalam proses pengelolaan lingkungan secara partisipatif mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Hal ini karena pemerintah memegang otoritas dalam perencanaan dan pembangunan di sekitar kawasan
yang terintegrasi dengan KBN serta berperan menjamin kelestarian pemanfaatan sumberdaya untuk kesejahteraan masyarakat.
Pada level 3, tujuan pengelolaan lingkungan yang menjadi prioritas utama adalah: pertumbuhan ekonomi 0,364, penguatan kelembagaan 0,276,
kelestarian ekologi 0,209, pengembangan dan penerapan teknologi 0,103, dan kesejahteraan sosial 0,049. Hal ini merupakan indikator bahwa pada
umumnya stakeholder mementingkan aspek pertumbuhan ekonomi sebagai
dimensi penting dalam pengelolaan lingkungan kawasan. Pada level empat, kriteria dari setiap tujuan pengelolaan lingkungan,
diperoleh hasil bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, aspek yang harus diprioritaskan adalah kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat 0,232 dan
permintaan produk ramah lingkungan 0,094. Aspek ekologi yang menjadi prioritas adalah pencemaran air 0,098 dan penggunaan bahan kimia 0,058.
Aspek sosial yang menjadi prioritas adalah frekuensi konflik antar masyarakat 0,026 dan rasio tenaga kerja 0,015. Aspek teknologi yang menjadi prioritas
adalah teknologi pengelolaan limbah cair 0,049 dan teknologi pengelolaan limbah padat 0,042. Aspek kelembagaan yang menjadi prioritas adalah
partisipasi pengusaha dalam pengelolaan lingkungan 0,207. Selanjutnya berdasarkan
judgement semua stakeholder dan pakar pada setiap level diperoleh bobot dan prioritas alternatif kebijakan pengelolaan lingkungan PT
KBN. Hasil analisis disajikan pada Gambar 23.
0.237 0.33
0.181 0.125
0.127
Lingkungan dan Usaha Simultan
Pe nge mbangan Usaha dan Lingkungan
Kinerja Lingkungan dan Usaha
Pe rbaikan Kine rja Lingkungan
Pe nge mbangan Usaha
Gambar 23. Bobot masing-masing alternatif kebijakan pengelolaan lingkungan
Sumber : Hasil AHP
128 Nilai indeks konsistensi adalah 0,05
overall inconsistency, yang berarti nilai pembobotan perbandingan berpasangan pada setiap matriks adalah
konsisten. Hal ini juga berarti masing-masing responden telah memberikan jawaban yang konsisten.
Hasil AHP tersebut menunjukkan bahwa pengembangan usaha dilakukan dengan tetap memperhatikan perbaikan kinerja lingkungan merupakan alternatif
kebijakan yang memiliki bobot tertinggi 0,330 dan menjadi prioritas utama dalam pengelolaan lingkungan kawasan PT KBN. Kondisi kebijakan ini adalah
bahwa penggunaan bahan kimia masih meningkat, teknologi yang digunakan adalah pemanfaatan limbah cair dan pemanfaatan limbah padat, pengusaha aktif
dalam proses pengelolaan lingkungan. Dalam kondisi yang demikian kinerja perusahaan semakin baik seiring dengan kinerja lingkungan namun dengan
pertumbuhan keduanya yang relatif stabil. Dalam jangka panjang kondisi yang demikian dapat menjamin keberlanjutan pengelolaan lingkungan dan
pengembangan usaha PT KBN. Pertimbangan utama
stakeholder memprioritaskan kebijakan ini adalah bahwa kebijakan ini akan mempercepat pengembangan kawasan dalam
mencapai visi dan misi PT KBN serta dapat menjamin terjaganya kualitas lingkungan. Selain itu diharapkan terwujudnya kawasan PT KBN berwawasan
lingkungan dengan memiliki ISO 14000 pada tahun 2009. Prioritas kedua adalah kebijakan pengembangan usaha dan perbaikan
lingkungan dilakukan secara simultan bobot 0,237. Prioritas ketiga adalah perbaikan kinerja lingkungan dengan tetap memperhatikan kepentingan usaha
0,181. Prioritas keempat adalah pengembangan usaha tanpa peningkatan kinerja lingkungan bobot 0,127. Prioritas kelima adalah perbaikan kinerja
lingkungan secara konsisten bobot 0,125. Hasil analisis AHP tersebut telah disepakati oleh semua
stakeholder dan menjadi masukan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan lingkungan PT KBN.
Pada FGD disepakati bahwa hasil tersebut sesuai dengan keinginan semua stakeholder. Dengan demikian, implementasi kebijakan ini diharapkan dapat
terlaksana dengan baik.
5.4 Implikasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan