Metode Analisis Data 1. Analisis Keberlanjutan

53 mewakili setiap unsur birokrasi, akademisi, pelaku usaha dan organisasi yang peduli dengan pengembangan PT KBN secara terpadu yang berkelanjutan.

3.4 Metode Analisis Data 1. Analisis Keberlanjutan

Keberlanjutan pengelolaan lingkungan PT. KBN dianalisis melalui pendekatan multidimensional scaling MDS dengan analisis Rapfish. MDS adalah teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui keberlanjutan pembangunan wilayah secara multidisipliner. Dimensi dalam MDS menyangkut berbagai aspek. Setiap dimensi memiliki atribut atau indikator yang terkait dengan keberlanjutan pembangunan kawasan. Berdasarkan indikator tersebut dilakukan analisis status masing- masing dimensi pengelolaan lingkungan apakah mendukung atau tidak terhadap keberlanjutan sumberdaya dalam suatu wilayah tertentu untuk jenis kegiatan yang spesifik. Dasar dari penentuan status ini menjadi barometer dalam penentuan kebijakan yang harus dilakukan guna terjaminnya keberlanjutan pengelolaan lingkungan PT KBN. Penggunaan teknik MDS mempunyai berbagai keunggulan diantaranya adalah sederhana, mudah dinilai, cepat serta biaya yang diperlukan relatif murah Pitcher et al., 1998. Selain itu, teknik ini dapat menjelaskan hubungan dari berbagai aspek keberlanjutan, dan juga mendefenisikan pembangunan kawasan yang fleksibel. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan software pendukung MDS. Dalam penelitian ini analisis MDS dilakukan dengan menggunakan software pendukung MDS yang dimodifikasi dari software Rapfish rapid assesment techniques for fisheries yang dikembangkan oleh Fisheries Center University of British Columbia, Kanada. Dalam analisis MDS setiap data yang diperoleh diberi skor yang menunjukkan status sumberdaya tersebut. Ordinasi MDS dibentuk oleh aspek ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan, dan teknologi. Hasil statusnya menggambarkan keberlanjutan di setiap aspek yang disajikan dalam skala 0 sampai 100. Manfaat dari teknik MDS ini adalah dapat menggabungkan berbagai aspek untuk dievaluasi komponen keberlanjutannya dan dampaknya terhadap kegiatan pengelolaan lingkungan. Prosedur MDS ditampilkan pada Gambar 4. 54 Gambar 4. Proses aplikasi MDS Terdapat lima dimensi yang digunakan dalam menilai pengelolaan lingkungan PT KBN sebagai indikator keberlanjutan. Setiap dimensi tersebut dilengkapi dengan atribut yang digunakan untuk menilai kondisi pengelolaan lingkungan PT KBN di masa lalu dan saat ini. Atribut yang tersebar dalam lima dimensi kondisi disajikan pada Tabel 5, 6, 7, 8, dan 9. Penentuan skor setiap atribut dilakukan dengan berbagai teknik yaitu: untuk atribut yang datanya tersedia dalam bentuk numerik, maka menggunakan data dokumentasi. Sedangkan atribut yang datanya berupa persepsi atau pandangan, dilakukan wawancara terhadap responden yang mengetahui dengan tepat kondisi atribut tersebut. 55 Tabel 5. Dimensi ekologi keberlanjutan pengelolaan lingkungan PT KBN No Atribut dimensi ekologi 1 Tingkat pemanfaatan lahan 2 Pemanfaatan bahan kimia dalam kegiatan produksi 3 Ketersediaan sumberdaya air 4 Tingkat pencemaran air 5 Tingkat pencemaran tanah 6 Tingkat pencemaran udara 7 Tingkat kebisingan 8 Persentase Kawasan Lindung Ruang Terbuka Hijau RTH 9 Kualitas permukiman sekitar. Tabel 6. Dimensi ekonomi keberlanjutan pengelolaan lingkungan PT KBN No Atribut dimensi ekonomi 1 Ketersediaan bahan baku produksi 2 Trend Harga komoditas hasil produksi 3 Pemasaran produk ramah lingkungan 4 Transfer keuntungan 5 Kontribusi terhadap PAD 5 tahun terakhir 6 Kontribusi PT KBN terhadap peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat lokal 7 Dana kesejahteraan sosial berdasarkan peraturan 8 Dana perbaikan lingkungan 9 Rata-rata pendapatan tenaga kerja terhadap Upah Minimum Regional Tabel 7. Dimensi sosial keberlanjutan pengelolaan lingkungan PT KBN No Atribut Dimensi sosial 1 Pengaruh keberadaan PT KBN terhadap nilai-nilai sosial budaya lokal 2 Respon masyarakat lokal terhadap keberadaan PT KBN 3 Trend perubahan mata pencaharian masyarakat lokal 4 Rasio tenaga kerja 5 Tingkat pendidikan rata-rata masyarakat lokal 6 Status kesehatan masyarakat lokal 7 Frekuensi konflik masyarakat lokal sekitar PT KBN 8 Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan 56 Tabel 8. Dimensi teknologi keberlanjutan pengelolaan lingkungan PT KBN No Atribut dimensi teknologi 1 Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi darat 2 Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi laut 3 Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan 4 Ketersediaan sarana dan prasarana monitoring kualitas lingkungan 5 Ketersediaan sarana dan prasarana energi 6 Ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan limbah cair 7 Ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan limbah padat 8 Ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan limbah B3 9 Ketersediaan sarana dan prasarana penanganan bencana 10 Akses masyarakat terhadap utilitas ekonomi Tabel 9. Dimensi kelembagaan keberlanjutan pengelolaan lingkungan PT KBN No Atribut dimensi kelembagaan 1 Koordinasi birokrasi pengelola kawasan-perusahaan 2 Kemitraan dengan pemerintah 3 Kompetensi pengelola kawasan PT KBN 4 Pengurusan ijin bagi investasi baru 5 Keberadaan serikat buruh 6 Kelengkapan dokumen pengelolaan lingkungan 7 Partisipasi pengusaha dalam pengelolaan lingkungan 8 Ketersediaan peraturan kebijakan pengelolaan lingkungan di lingkup PT KBN 9 Konsistensi penegakan aturan Output dari hasil analisis ini adalah berupa status keberlanjutan kawasan PT KBN untuk ke-lima dimensi dalam bentuk skor dengan skala 0 – 100. Kategori keberlanjutan adalah: Skor 50 berarti tidak berkelanjutan; Skor 50 – 75 berarti belum berkelanjutan; dan Skor 75 berarti berkelanjutan. Kategori ini sesuai dengan standar Mersyah 2005, CSD 2001, dan Kavanagh 2001. Hasil lain yang diperoleh adalah penentuan faktor pengungkit leverage factors untuk pengelolaan kawasan yang merupakan faktor-faktor strategis yang harus diperhatikan dalam pengelolaan lingkungan PT KBN di masa mendatang. Kegunaan faktor pengungkit adalah untuk mengetahui faktor sensitif atau 57 intervensi yang dapat dilakukan dengan cara mencari faktor sensitif untuk pengelolaan lingkungan yang lebih baik.

2. Analisis Prospektif

Analisis Prospektif merupakan suatu upaya untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan di masa depan, dari analisis ini akan diperoleh informasi mengenai faktor kunci yang berperan dalam sistem berdasarkan kebutuhan stakeholders yang terlibat dalam sistem. Penentuan faktor kunci dan tujuan strategis tersebut penting, dan sepenuhnya merupakan pendapat dari pihak yang berkompeten sebagai stakeholders pengembangan PT KBN Pendapat tersebut diperoleh melalui bantuan kuesioner dengan wawancara indepth interview di wilayah studi Trayer, 2000. Bourgeois dan Yesus 2004 menjelaskan tahapan analisis prospektif yaitu: 1 Mengidentifikasi faktor kunci penentu untuk masa depan dari sistem yang di kaji. Pada tahap ini dilakukan identifikasi semua faktor penting dengan menggunakan kriteria faktor variabel, menganalisis pengaruh dan kebergantungan seluruh faktor dengan melihat pengaruh timbal balik dengan menggunakan matriks dan menggambarkan pengaruh dan kebergantungan dari masing-masing faktor ke dalam empat kuadran utama; 2 Menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama; dan 3 Mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi bagaimana elemen kunci dapat berubah dengan menentukan keadaan state pada setiap faktor, memeriksa perubahan mana yang dapat terjadi bersamaan, dan menggambarkan skenario dengan memasangkan perubahan yang akan terjadi dengan cara mendiskusikan skenario dan implikasinya terhadap sistem. Penentuan faktor kunci keberlanjutan pengelolaan lingkungan PT KBN dilakukan dengan analisis prospektif. Pada tahap ini dilakukan seluruh faktor penting dengan menggunakan kriteria faktor pengungkit berdasarkan hasil analisis MDS. Data yang digunakan dalam analisis prospektif adalah pendapat pakar dan stakeholder yang terlibat dengan pengelolaan lingkungan PT KBN. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, wawancara serta melalui diskusi. Untuk melihat pengaruh langsung antar faktor dalam sistem, pada tahap pertama digunakan matriks pada Tabel 10. 58 Tabel 10. Matriks pengaruh langsung antar faktor dalam sistem pengembangan Kawasan Berikat Nusantara yang berkelanjutan Dari Terhadap A B C D E F G H I A B C D E F G H I Sumber: Godet et al. 1999. Keterangan: A - I = Faktor penting dalam sistem Analisis prospektif dilaksanakan dengan metode kuesioner dan FGD melalui tahapan: menjelaskan tujuan studi, identifikasi faktor-faktor, dan analisis pengaruh dan ketergantungan antar faktor. Analisis pengaruh dan ketergantungan seluruh faktor melihat pengaruh timbal balik dengan menggunakan matriks dan menggambarkan pengaruh dan ketergantungan dari masing-masing faktor pada empat kuadran utama. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor di dalam sistem disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem Godet et al., 1999. Kuadran I Faktor penentu INPUT Kuadran II Faktor penghubung STAKES Pe n g a ruh Kuadran IV Faktor bebas UNUSED Kuadran III Faktor terikat OUTPUT Ketergantungan 59 Pengaruh langsung antar faktor dalam sistem dilakukan pada tahap pertama analisis prospektif menggunakan matriks. Pengaruh dan ketergantungan dari masing-masing faktor diisi dengan teknik sebagai berikut: 1. Apakah faktor tidak mempunyai pengaruh terhadap faktor lain? Jika jawabannya ya, maka diberi skor 0. 2. Jika jawabannya tidak, maka dilanjutkan ke pertanyaan berikut: Apakah pengaruhnya sangat kuat? Jika jawabannya ya diberi skor 3. 3. Jika jawabannya tidak, maka dilanjutkan dengan pertanyaan apakah pengaruhnya kecil? jika jawabannya ya diberi skor 1, jika jawabannya tidak, diberi skor 2. Hasil analisis tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada semua stakeholder terkait. Hal ini dilakukan guna memperkuat hasil analisis. Selain itu, hasil kajian ini diharapkan dapat diimplementasikan oleh manajemen PT KBN sehingga hasil analisis ini dilakukan secara partisipatif. Jumlah responden adalah sembilan orang yang terdiri atas wakil pemerintah Dinas Perindustrian dan Perdagangan, BPLHD Provinsi DKI Jakarta, BPLHD Jakarta Utara, manajemen KBN direktur utama, direktur operasi, dan direktur keuangan wakil pengusaha pengusaha asing dan pengusaha nasional, wakil masyarakat LSM dan peneliti.

3. Analytical Hierarchy Process

Penentuan kebijakan pengelolaan lingkungan PT KBN dilakukan dengan analisis multikriteria secara partisipatif. Alat analisis yang digunakan adalah AHP. Penggunaan AHP dimaksudkan untuk penelusuran permasalahan secara bertahap dan membantu pengambilan keputusan dalam memilih strategi terbaik dengan cara: 1 mengamati secara sistematis dan meneliti ulang tujuan dan alternatif kebijakan atau cara bertindak untuk mencapai tujuan, dalam hal ini kebijakan yang baik; 2 membandingkan secara kuantitatif dari segi manfaat dan resiko dari tiap alternatif; 3 memilih alternatif terbaik untuk diimplementasikan; dan 4 membuat skenario kebijakan pengelolaan lingkungan kawasan, dengan cara menentukan prioritas kebijakan. Penetapan prioritas kebijakan dalam AHP dilakukan dengan menangkap secara rasional persepsi masyarakat, kemudian mengkonversi faktor-faktor yang tidak terukur intangible ke dalam aturan yang biasa, sehingga dapat dibandingkan. Tahap terpenting dari AHP adalah penilaian perbandingan 60 berpasangan, yang pada dasarnya merupakan perbandingan tingkat kepentingan antar komponen dalam suatu tingkat hirarki Saaty, 1993. Dalam melakukan perhitungan matriks, akan sangat rumit sehingga diperlukan paket komputer khusus mengenai AHP. Pengolahan data berbasis komputer menggunakan perangkat lunak expert choice 2000. Expert choice merupakan perangkat lunak sistem pendukung keputusan yang didasarkan atas metodologi pengambilan keputusan yakni AHP. Langkah-langkah dalam analisis data dengan AHP adalah: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi masalah 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan fokus, dilanjutkan dengan tujuan, kriteria dan alternatif kebijakan pada tingkatan level paling bawah. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat diatasnya, perbandingan berdasarkan judgement dari stakeholder dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya. Untuk mengkuantifikasi data kualitatif pada materi wawancara digunakan nilai skala komparasi 1 – 9 berdasarkan skala Saaty seperti pada Tabel 11. Tabel 11. Skala perbandingan berpasangan Skala Definisi 1 Kedua elemen sama pentingnya equally importance terhadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen lainnya moderately importance 5 Elemen satu lebih penting dari pada elemen lainnya strongly importance 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari pada elemen lainnya very strongly importance 9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya extremely importance 2, 4, 6 dan 8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan intermediate value Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka jika dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i Sumber: Saaty 1993 4. Melakukan perbandingan berpasangan. Kegiatan ini dilakukan oleh stakeholder yang berkompeten berdasarkan hasil identifikasi stakeholder. 61 5. Menguji konsistensinya. Indeks konsistensi menyatakan penyimpangan konsistensi dan menyatakan ukuran tentang konsisten tidaknya suatu penilaian perbandingan berpasangan. Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk mengetahui konsistensi jawaban dari responden karena akan berpengaruh terhadap keabsahan hasil. Pembahasan strategi implementasi kebijakan dilalukan dengan melibatkan pakar dan stakeholder dalam bentuk FGD. FGD dilakukan untuk menemukan alternatif penyelesaian secara partisipatif. Diskusi difokuskan pada pertanyaan-pertanyaan spesifik untuk memperoleh pemahaman yang mendalam dari sudut pandang dan pengalaman peserta, persepsi, pengetahuan, dan sikap tentang pengelolaan lingkungan kawasan. Wakil stakeholder ditentukan secara sengaja purposive sampling. Dasar pertimbangan dalam menentukan atau memilih pakar untuk dijadikan responden adalah: 1 mempunyai pengalaman yang memadai sesuai dengan bidangnya, 2 mempunyai reputasi, jabatan dan telah menunjukkan kredibilitas sebagai stakeholder yang konsisten atau pakar pada bidang yang diteliti, dan 3 kesediaan untuk menjadi responden. FGD dilaksanakan di Jakarta yang diikuti oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, BPLHD Provinsi DKI Jakarta, BPLHD Jakarta Utara, direktur utama, direktur operasi, direktur keuangan, pengusaha asing, pengusaha nasional, LSM, wartawan, dosen IPB, mahasiswa PSL-IPB, dan peneliti.

BAB IV. KONDISI UMUM KAWASAN PT KBN

4.1. Sejarah PT KBN