Pengelolaan Lingkungan TINJAUAN PUSTAKA

37 kemungkinan pengembangan yang dapat dilakukan adalah dalam bentuk peruntukan lahan industri Sagala, 2003.

2.3. Pengelolaan Lingkungan

Dalam pengelolaan lingkungan dikenal tiga standar, yaitu 1 British Standard BS 7750: 1994 yang berlaku di Inggris; 2 Environmental Management Audit Scheme, EMAS yang berlaku di Uni Eropa; dan 3 ISO seri 14000. ISO seri 14000 merupakan standar internasional yang menjadi sarana penting dalam perdagangan global yang terbuka dan tidak memihak, khususnya berkaitan dengan pemberian perlakuan yang tepat dalam penanganan masalah lingkungan Simatupang, 1995. Penerapan ISO seri 14000 dalam perdagangan global adalah salah satu bentuk konkrit dari implementasi konsep pembangunan berkelanjutan. Simatupang 1995 mengatakan terbitnya ISO seri 14000 pertengahan 1996 merupakan babak baru dalam standarisasi perdagangan dunia setelah diterapkan ISO seri 9000 yang dianggap cukup handal dalam bidang sistem manajemen kualitas QMS. Dengan demikian, standar ISO seri 14000 dapat digunakan sebagai sarana meningkatkan daya saing dalam menembus pasar internasional dan sekaligus dijadikan faktor penggiat dalam mengembangkan upaya pengelolaan lingkungan. Standar ISO seri 14000 bertumpu pada prinsip perbaikan terus-menerus continous improvement dengan membawa elemen baru bagi peningkatan manajemen organisasi, yaitu pendekatan sistem manajemen untuk mengoptimalkan seluruh kinerja lingkungan dan menengahi setiap kerusakan lingkungan. Penerapan ISO seri 9000 difokuskan pada kepuasan pelanggan dan persyaratan kualitas internal, sedangkan penetapan ISO seri 14000 membuat perusahaan bukan saja mampu memuaskan pelanggan dan masyarakat tetapi sekaligus dapat memenuhi persyaratan peraturan lingkungan yang diberlakukan. Dalam ISODIS Draft of International Standard 14001, perbaikan terus- menerus ini harus dapat mengoptimalkan lima bidang kegiatan dalam model sistem pengelolaan lingkungan EMS yang saling berhubungan dan bersamaan, yaitu 1 peninjauan manajemen; 2 kebijakan lingkungan, 3 perencanaan: aspek lingkungan; aspek hukum, persyaratan sasaran dan target; program pengelolaan lingkungan; 4 implementasi dan operasi: struktur dan pertanggungjawaban; pelatihan dan kepatuhan; komunikasi; dokumentasi sistem 38 pengelolaan lingkungan; pengendalian dokumen; pengendalian operasional; kesiapan dan reaksi pada keadaan darurat; dan 5 pemeriksaan dan tindakan perbaikan; monitoring dan pengukuran; tanpa konfirmasi dan tindakan korektif dan pencegahan; pencatatan; audit sistem pengelolaan lingkungan. Manfaat yang diperoleh perusahaan sesudah menerapkan SML ISO 14001 tergantung cara menerapkan standar ISO 14001. Dampak positif penerapan ISO 14001 yang paling baik bagi lingkungan adalah pengurangan limbah. Sertifikasi diberikan bila lembaga sertifikasi yang melakukan penelitian atau audit terhadap proses dan dokumentasi pabrik tersebut melihat kesesuaian pelaksanaan SML di pabrik tersebut dan berpendapat bahwa pabrik mempunyai SML yang memenuhi standar ISO 14001 dan menerapkan SML terus menerus secara aktif dalam kegiatan sehari-hari di pabrik. Sekali sertifikat sudah diberikan, kegiatan SML perlu dilaksanakan dan diawasi dengan cara audit di lapangan minimal 2 kali setahun oleh lembaga sertifikasi SML yang telah memperoleh akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Hadiwiardjo, 1997. Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 02MENKLHI1988 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran air dan udara adalah masuk dan dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam airudara dan atau berubahnya tatanan komposisi airudara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas airudara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan airudara menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Semakin meningkatnya perkembangan industri, baik industri migas, pertanian maupun industri non migas lainnya, maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan disebabkan buangan industri-industri tersebut Fardiaz, 1992. Selanjutnya dikatakan bahwa secara alamiah, sungai dapat tercemar pada daerah permukaan saja. Pada sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah bahan pencemar akan mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Hal tersebut menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang diperlukan oleh kehidupan air dan biodegradasi akan cepat diperbaharui. Terkadang sebuah sungai mengalami pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemar yang cukup tinggi. Akibatnya, semua bahan pencemar tersebut mengalami proses pengenceran dan biodegradasi akan sangat menurun jika arus air mengalir perlahan. Hal ini juga mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut. Suhu yang tinggi dalam 39 air yang menyebabkan laju proses biodegradasi yang dilakukan oleh bakteri pengurai aerobik menjadi naik dan dapat menguapkan bahan kimia ke udara. Indikator pencemaran air dapat diketahui melalui: perubahan suhu, pH, warna, bau dan rasa air, timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut, jumlah padatan, nilai BOD, COD, mikroorganisme, kandungan minyak, logam berat dan meningkatnya radioaktivitas air lingkungan Manahan, 2002. Bahan buangan limbah dikelompokkan sebagai berikut: limbah padat, limbah organik, limbah anorganik, limbah olahan bahan makanan, limbah cairan berminyak, limbah zat kimia, dan limbah berupa panas. Permasalahan yang timbul pada pencemaran air, ada hubungannya dengan daya pelarutan serta penyebaran polusi yang rendah terhadap beberapa substansi kimia, terutama bahan kimia organik ialah timbulnya penyebab keracunan pada hewan air dan manusia yang hidup dan menggunakan air yang mengandung bahan kimia tidak terlarut tersebut Darmono, 2001. Menurut Sutamihardja 1982, perubahan-perubahan yang terjadi sebagian besar berasal dari aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, baik di darat maupun di pesisir. Karena perairan tidak memiliki batas-batas yang jelas, maka pencemaran air dapat berakibat sangat luas. Keadaan demikian disebabkan pula oleh pergerakan massa air, angin dan arus yang terjadi di sepanjang pantai. Aktivitas manusia merupakan sumber terbesar dari pencemaran, karena itu pengendaliannya harus dilakukan dengan mengendalikan aktivitas manusia itu sendiri, di samping pengendalian sumber-sumber pencemar yang berasal dari aktivitas alam seperti banjir, tanah longsor dan lain-lain. Beberapa sumber pencemar yang merupakan aktivitas alam seperti letusan gunung berapi dan angin ribut, memang sulit untuk dihindari.

1. Logam berat

Air sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik, di antaranya berbagai jenis logam berat yang berbahaya, yang beberapa di antaranya banyak digunakan dalam berbagai keperluan sehingga diproduksi secara kontinu dalam skala industri. Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan, yang terutama adalah merkuri Hg, timbal Pb, arsenik As, kadmium Cd, kromium Cr, dan nikel Ni. Logam-logam tersebut diketahui dapat mengumpul 40 di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi Kristanto, 2002. Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum, logam ini disimbolkan dengan Pb. Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam golongan IV-A pada Tabel Periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom NA 82 dengan bobot atau berat atom BA 207.2. Logam Pb saat ini terdapat banyak di lingkungan kita karena sumber utamanya berasal dari BBM fosil Fardiaz, 1992. Menurut Darmono 2001 bahwa logam timbal atau Pb mempunyai sifat- sifat yang khusus seperti berikut: 1 Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah. 2 Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating. 3 Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327.5 o C. 4 Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam biasa, kecuali emas dan merkuri. 5 Merupakan penghantar listrik yang tidak baik. Seperti halnya unsur-unsur kimia lainnya terutama golongan logam, logam Cd mempunyai sifat fisika dan kimia tersendiri. Berdasarkan sifat-sifat fisikanya, Cd merupakan logam yang lunak, ductile, berwarna putih seperti putih perak. Logam ini akan kehilangan kilapnya bila berada dalam udara yang basah atau lembab serta akan cepat mengalami kerusakan bila dikenai oleh uap amonia NH 3 dan sulfur hidroksida SO 2 . Sedangkan berdasar pada sifat-sifat kimianya, logam Cd di dalam persenyawaan yang dibentuknya pada umumnya mempunyai bilangan valensi 2+, sangat sedikit yang mempunyai bilangan valensi 1+. Bila dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung ion OH - , ion-ion Cd 2+ akan mengalami proses pengendapan. Endapan yang terbentuk dari ion-ion Cd 2+ dalam larutan berion OH - biasanya dalam bentuk senyawa terhidrasi yang berwarna putih. Bila logam Cd digabungkan dengan senyawa karbonat CO = ; dengan senyawa posfat PO 4 3- ; dengan senyawa arsenat AsO 3 = ; dan atau dengan senyawa oksalat-ferro {FeIII} - dan ferri {FeII}sianat, maka akan terbentuk suatu senyawa yang berwarna kuning. Semua senyawa tersebut akan dapat larut dalam senyawa NH 4 OH dan akan membentuk kation kompleks Cd dengan NH 3 Palar, 1994. 41

2. Sedimen

Menurut Brower dan Zarr 1977, tekstur substrat terdiri atas campuran pasir, lumpur, dan liat. Tidak ada substrat yang terdiri atas satu fraksi saja, sehingga semua tipe substrat terdiri atas ketiga fraksi tersebut. Tekstur atau tipe sedimen dapat ditentukan dengan mengukur komposisi dari fraksi-fraksi pembentuknya, yaitu kandungan lumpur debu, pasir dan liat. Sedimen meliputi tanah dan pasir, bersifat tersuspensi, yang masuk ke badan air akibat erosi atau banjir pada dasarnya tidaklah bersifat toksik. Sedimen di dalam air berupa bahan-bahan tersuspensi. Keberadaan sedimen pada badan air mengakibatkan peningkatan kekeruhan perairan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya dan transfer oksigen dari atmosfer ke perairan, juga menghambat daya lihat visibilitas organisme akuatik Effendi, 2003.

3. pH

Penurunan pH dalam perairan juga dapat menyebabkan penguraian karbonat dan hidroksida sehingga meningkatkan adsorbsi kation logam dari sedimen. Oleh karena itu maka semakin rendah pH semakin banyak desorpsi logam, dan sedimen tinggi konsentrasi logam dalam perairan. Hal ini akan berakibat pada keadaan redoks air dan mempengaruhi kehidupan mikroorganisme dan ikan yang hidup di dalamnya Fardiaz, 1992.

4. BOD

Kebutuhan oksigen biologis atau biological oxygen demand BOD, yaitu: jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mendegradasi bahan organik dalam limbah cair pada suhu dan periode waklu tertentu. Pengukuran BOD bertujuan mengevaluasi jumlah oksigen yang diperlukan oleh bakteri mikroba untuk menguraikan bahan organik dalam airair limbah. BOD adalah suatu analisis empiris untuk mendekati secara global, proses mikrobiologis yang terjadi dalam limbah cair. Penguraian bahan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme dalam limbah cair merupakan proses alamiah yang mudah terjadi apabila limbah cair mengandung oksigen yang cukup. Dalam penguraiannya, bakteri mampu menghabiskan oksigen terlarut, sehingga berdampak pada kematian biota dan menimbulkan bau. Untuk proses stabilisasi diperlukan waktu lama, maka banyaknya oksigen yang dibutuhkan 42 oleh bakteri tersebut juga semakin bertambah. Aktivitas mikroorganisme akan meningkat pada suhu di atas 60°C. Nilai BOD dipengaruhi oeh suhu karena suhu memberi pengaruh pada kebanyakan reaksi biokimia dalam limbah. Selain suhu, niiai BOD juga dipengaruhi oleh pH limbah, karena organisme yang merombak bahan organik akan menyesuaikan diri pada pH 6,5 - 8,3. BOD merupakan indikator pencemaran organik yang banyak digunakan untuk mengendalikan kualitas limbah cair atau untuk menilai kepekatan limbah. Analisis BOD dilakukan untuk menentukan beban pencemaran dan merancang sistem penanganan limbah cair secara biologis didasarkan atas reaksi oksidasi.

5. COD

Kebutuhan oksigen kimiawi atau chemical oxygen demand COD, yaitu: jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi seluruh bahan organik secara kimiawi dalam limbah. Dalam uji COD limbah organik dioksidasi oleh K 2 Cr 2 O 7 kalium bikhromat sebagai sumber oksigen menjadi gas CO 2 dan H 2 O serta sejumlah ion khrom. Air yang telah tercemar limbah organik sebelum reaksi oksidasi berwarna kuning, dan setelah reaksi oksidasi berubah menjadi warna hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap limbah organik seimbang dengan jumlah kalium bichromat yang digunakan. Makin banyak kalium bichromat yang digunakan pada reaksi oksidasi, berarti semakin banyak oksigen yang diperlukan. Uji COD pada umumnya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dibandingkan dengan uji BOD, karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Selulosa adalah salah satu contoh yang sulit diukur melalui uji BOD karena sulit dioksidasi melalui reaksi biokimia, akan tetapi dapat diukur melalui uji COD.

2.4 Analisis Kebijakan