17 atas. Di dalam kondisi iklim Indonesia, rumah dan pakaian, bukanlah kebu-
tuhan yang mutlak untuk kelangsungan hidup hayati, melainkan kebutuhan untuk hidup manusiawi. Kebutuhan hidup manusiawi yang lain adalah pendi-
dikan, agama, seni dan kebudayaan. 3. Derajat kebebasan untuk memilih. Dalam masyarakat yang tertib, derajat
kebebasan dibatasi oleh hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Jika dikaitkan antara kualitas lingkungan dengan kualitas hidup yang
diukur berdasarkan tiga kriteria tersebut, maka kualitas lingkungan dapat diukur. Kualitas lingkungan dapat diartikan sebagai kondisi lingkungan dalam kaitannya
dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Semakin tinggi derajat kemampuan Iingkungan hidup untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia,
semakin tinggi pula kualitas hidup dan sebaliknya. Semakin memburuknya kualitas lingkungan maka semakin tinggi dan berat biaya pencapaian tujuan
pembangunan yang diinginkan.
2.2.1 Kawasan Industri dan Kawasan Berikat
Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1984 tentang industri bahwa kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi, atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Tujuan kegiatan industri adalah untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan rnerata dengan memanfaatkan dana,
sumber daya alam, atau hasil budidaya serta memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk mengembangkan kegiatan industri yang
baik, perlu ditetapkan suatu daerah tertentu di wilayah Indonesia sebagai kawasan industri berdasarkan tata ruang yang ditetapkan pernerintah setempat
dilengkapi dengan sarana dan prasarana. Definisi kawasan industri atau industrial estate atau sering disebut
industrial park menurut National industrial Zoning Committee’s USA 1967, adalah sebuah kawasan industri di atas tanah yang cukup luas, yang secara
administrasi dikontrol oleh seorang atau sebuah lembaga yang cocok untuk kegiatan industri karena lokasinya, topografinya, zoning yang tepat, ketersediaan
semua infrastrukturnya utilitas, dan kemudian aksesibilitas transportasi. Menurut Industrial Development Handbook dari ULI-the Urban Land
Institute, Washington DC 1975, kawasan industri adalah suatu daerah atau
18 kawasan yang biasanya didominasi oleh aktivitas industri. Kawasan industri
biasanya mempunyai fasilitas kombinasi yang terdiri atas peralatan-peralatan pabrik industrial plants, penelitian dan laboratorium untuk pengembangan, serta
prasarana lainnya seperti fasilitas sosial dan umum yang mencakup perkantoran pemerintahan dan swasta, bank, perumahan, sekolah, tempat ibadah, ruang
terbuka dan lainnya. Istilah kawasan industri di Indonesia digunakan sebagai tempat
pemusatan kelompok perusahaan industri dalam suatu areal tersendiri. Sebelumnya, pengelompokan industri yang demikian disebut lingkungan
industri. Undang-undang Pokok Agraria UUPA No. 5 Tahun 1960 belum mengenal istilah lingkungan industri, zona industri atau kawasan industri. UUPA
No. 5 pasal 14 baru mengamanatkan pemerintah untuk menyusun rencana umum persediaan, peruntukan dan penggunaan tanah serta baru menyebut
sasaran peruntukan tanah yaitu untuk keperluan pengembangan industri, transmigrasi dan pertambangan.
Dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, tidak digunakan istilah lingkungan industri dan kawasan industri. Istilah yang diper-
gunakan Undang-undang No. 5 Tahun 1984 dalam pengaturan untuk suatu pusat pertumbuhan industri adalah wilayah industri. Istilah kawasan industri
baru disebut dalam Keppres No. 53 Tahun 1989 kini diganti dengan Keppres 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri, dan dalam Peraturan Pemerintah No. 34
Tahun 1990 tentang Pendirian Perusahaan persero dalam Bidang Pengelolaan Kawasan Industri tertentu yang diberikan sebagai Kawasan Berikat, serta dalam
Keppres No. 32 dan No. 33 Tahun 1990 tentang Pengelolaan dan Penggunaan Tanah Bagi Kawasan Industri.
Kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah
yang ditetapkan oleh Pemerintah KotaKabupaten yang bersangkutan. Zona industri adalah satuan geografis sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya
kegiatan industri, baik berupa industri dasar maupun industri hilir berorientasi kepada konsumen akhir dengan populasi tinggi sebagai penggerak utama yang
secara keseluruhan membentuk berbagai kawasan yang terpadu dan beraglomerasi dalam kegiatan ekonomi dan memiliki daya ikat spasial
KEPPRES 411996.
19 Perusahaan kawasan industri adalah perusahaan yang merupakan badan
hukum yang didirikan menurut hukum dan berkedudukan di Indonesia yang mengelola kawasan industri. Perusahaan kawasan industri wajib melakukan
kegiatan; penyediaan atau penguasaan tanah, penyusunan rencana tapak tanah, rencana teknis kawasan, penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan,
penyusunan tata tertib kawasan industri, pernatangan tanah, pemasaran kapling industri, dan pembangunan serta pengadaan prasarana dan sarana penunjang
termasuk pemasangan instalasi atau peralatan yang diperlukan KEPPRES 411996.
Perusahaan kawasan industri sebelum melakukan kegiatan penyediaan tanah, harus memperoleh persetujuan prinsip, dengan ketentuan sebagai berikut:
bagi perusahaan kawasan industri yang penanaman modalnya tidak berstatus PMAPMDN, diijinkan oleh Menteri, dan bagi perusahaan kawasan industri yang
penanaman modalnya berstatus PMAPMDN diberikan oleh Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal atas nama Menteri. Perusahaan kawasan industri
yang sudah memperoleh persetujuan prinsip wajib memperoleh ijin lokasi kawasan industri dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor
Pertanahan setempat. Pemberian ijin lokasi kepada perusahaan kawasan industri dilakukan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan
pemerintah daerah setempat. Ijin lokasi diberikan dalam rangka mengalokasikan lahan untuk kegiatan pembangunan kawasan industri yang berasal dari tanah
pertanian maupun non pertanian. Ijin lokasi berfungsi untuk memperoleh tanah yang sekaligus sebagai ijin pengeluaran terhadap tanah-tanah obyek landreform
KEPPRES 321990. Berdasarkan Keppres No. 33 Tahun 1990 tentang Penggunaan Tanah
Bagi Pembangunan Kawasan Industri, ditegaskan bahwa pencadangan tanah danatau pemberian ijin lokasi dan ijin pembebasan tanah bagi setiap
perusahaan kawasan industri, dilakukan dengan ketentuan: 1 tidak mengurangi areal pertanian, 2 tidak dilakukan di atas tanah yang mempunyai fungsi utama
untuk melindungi sumber alam dan warisan budaya, 3 sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan pemerintah daerah setempat. Dalam
Keppres tersebut secara jelas dikemukakan bahwa pencadangan areal industri tidak dilakukan terhadap lahan pertanian. Hal ini berarti secara yuridis ada
larangan untuk konversi lahan sawah beririgasi teknis menjadi tanah non- pertanian khususnya untuk kawasan industri.
20
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah PP Nomor 33 Tahun 1996
disebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan daya saing produk ekspor di pasaran global, diperlukan antara lain peningkatan efisiensi dengan
mendekatkan persediaan bahan baku bagi kebutuhan industri dalam negeri yang tepat waktu, serta tersedianya sarana promosi untuk mendukung pemasarannya.
Ada beberapa istilah yang dinyatakan dalam PP tersebut, yakni: 1. Kawasan berikat adalah suatu bangunan, tempat, atau kawasan dengan
batasan-batasan tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha industri pengelolaan barang dan bahan, kegiatan rancang bangun, perekayasaan,
penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir, dan pengepakan atas barang dan bahan asal impor atau barang dan bahan dari dalam Daerah
Pabean Indonesia lainnya, yang hasilnya terutama ditujukan untuk ekspor. 2. Gudang berikat adalah: suatu bangunan atau tempat dengan batasan-
batasan tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha penimbunan, pengemasan, penyortiran, pengepakan, pemberian mereklabel,
pemotongan, atau kegiatan lain dan fungsinya sebagai pusat distribusi barang-barang asal impor untuk tujuan dimasukkan ke daerah pabean
Indonesia lainnya, kawasan berikat atau di ekspor tanpa adanya pengolahan. 3. Penyelenggara adalah perseroan terbatas, koperasi yang berbentuk badan
hukum, atau yayasan, yang memiliki, mengusai, mengelola, dan menyediakan sarana dan prasarana guna keperluan pihak lain yang
melakukan kegiatan usaha di tempat penimbunan berikat yang diselenggaraknnya berdasarkan izin untuk menyelenggarakan tempat
penimbunan berikat. Kawasan Berikat memiliki fasilitas kawasan pengolahan ekspor atau
export processing zone EPZ dan pergudangan berikat atau bonded warehause BW. Dengan demikian perlakuan bahan baku atau barang di Kawasan Berikat
berbeda dengan di Kawasan Industri lainnya, terutama di bidang kepabeanan. Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 1986, kawasan berikat
merupakan suatu kawasan dengan batas-batas tertentu di wilayah Pabean Indonesia, yang didalamnya diberlakukan ketentuan khusus, sehingga setiap
bahan baku atau barang yang masuk dan diolah serta disimpan mengalami perlakuan sebagai berikut :
1 Bahan baku atau barang yang berasal dari luar Wilayah Pabean Indonesia: a tanpa terlebih dahulu dikenakan pungutan bea, cukai dan atau pungutan
21 negara lainnya sampai barang-barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan
import ke daerah pabean Indonesia lainnya, b tanpa dikenakan pungutan bea, cukai, dan atau pungutan negara lainnya, jika barang-barang tersebut
dikeluarkan dengan tujuan reexport tanpa diolah, dan c tanpa dikenakan pungutan bea, cukai, dan atau pungutan negara lainnya, jika barang-barang
tersebut dikeluarkan dengan tujuan export setelah diolah didalam kawasan berikat.
2 Bahan baku barang yang berasal dari dalam Wilayah Pabean Indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan pungutan bea, cukai dan atau
pungutan negara lainnya sampai barang-barang tersebut dikeluarkan dari kawasan berikat.
3 Bahan baku atau barang yang dimasukkan ke dalam kawasan berikat tidak terkena pengaturan tata niaga import.
Suatu wilayah dapat ditetapkan sebagai kawasan berikat, apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a Mempunyai atau menyediakan
sarana dan prasarana agar dapat melakukan fungsi Kawasan Berikat dalam pengolahan dan atau penyimpanan barang, b Merupakan wilayah yang memiliki
batas tertentu dan jelas bebas dari hak-hak pihak lain, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan c Ditetapkan sebagai kawasan berikat
oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1996 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1997, kawasan berikat atau export processing zone EPZ merupakan suatu kawasan yang menyediakan lahan dan
gudang untuk usaha yang bergerak di bidang ekspor. Di dalam kawasan dilakukan kegiatan-kegiatan: 1 Usaha industri pengolahan barang dan bahan,
2 Kegiatan rancang bangun dan perekayasaan, 3 Penyortiran, pemeriksaan awal, dan pemeriksaan akhir, dan 4 Pengepakan atas barang dan bahan asal
impor atau barang dan bahan dari dalam daerah Pabean Indonesia lainnya, yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor dengan mendapatkan perlakuan khusus di
bidang kepabeanan, cukai dan perpajakan. Kawasan berikat ini juga merupakan usaha dalam mengarahkan
industrialisasi yang berorientasi pada “free trade” yaitu seluruh industri yang beroperasi dibebaskan dari seluruh peraturan pabean di dalam negeri dan
seluruh atau sebagian besar hasil industri untuk di ekspor. Dengan demikian tujuan didirikannya Kawasan Berikat Nusantara KBN adalah :
22 1 Memudahkan dan mempercepat proses impor dan ekspor.
2 Meningkatkan ekspor non migas khususnya ekspor industri manufaktur; 3 Meningkatkan penanaman modal baik PMA maupun PMDN khususnya
bidang industri manufaktur; 4 Meningkatkan kesempatan kerja di sektor industri;
5 Memberikan peluang bagi proses alih teknologi dan bagi berbagai keahlian lainnya, terutama untuk pemasaran di pasar internasional.
Tujuan ini sesuai dengan program industri yang saat ini diluncurkan oleh pemerintah yaitu:
1. Program penataan dan pengutan basis produksi dan distribusi. 2. Program pengutan kerangka peraturan pendukung iklim kompetitif.
3. Program pengutan wahana pengembangan usaha. 4. Program penguatan industri pendukung pasar barang dan jasa
5. Pengembangan informasi pasar baran dan jasa. 6. Program peningkatan kelembagaan ekspor barang dan jasa.
Dengan lebih menyadari keunggulan kawasan berikat dalam menarik investor luar negeri maupun dalam negeri, maka pemerintah masih cenderung
menambah kawasan-kawasan berikat baru, baik milik pemerintah seperti Kawasan Berikat Nusantara, maupun milik swasta seperti yang ada di Bekasi,
Cikampek, Semarang, Mojokerto, Pasuruan, dan Medan, tanpa mempertimbangkan dampak kawasan berikat dalam menurunkan kualitas
lingkungan. Kawasan berikat seperti Kawasan Berikat Nusantara KBN, di Asia
berkembang dengan baik, banyak tumbuh di Negara Laos, Vietnam, Kamboja, Thailand dan China. Selain itu saat ini sedang berkembang konsep “klaster
industri”. Konsep ini menghilangkan pengaruh batas negara dalam pengembangan hubungan ekonomi internasional dan mendudukan wilayah
sebagai unit-unit satuan ekonomi yang mempengaruhi keputusan akhir pengalokasian sumberdaya, sehingga saat ini industri yang hanya mengandalkan
keunggulan komparatif tanpa memiliki keunggulan kompetitif sulit untuk bersaing. Dengan prespektif ini, titik berat upaya peningkatan daya saing kegiatan industri
adalah dalam satuan kelompok kegiatan industri yang saling menunjang dan memiliki keterkaitan yang integral dengan jaringan usaha sektor produktif lain
dan distribusi.
23 Kawasan berikat KB di Indonesia masih menunjukkan perkembangan
yang cukup baik dengan tersebarnya kawasan berikat di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Lokasi kawasan berikat swasta di Indonesia seluas 556 hektar yang
terdiri dari KB Lamhotma di Medan seluas 200 ha, KB Bintan seluas 56 ha, KB MMID di Cibitung Bekasi seluas 76 ha, KB Cibinong Centre Industrial Estate di
Cibinong seluas 24 ha, KB Besland di Cikampek seluas 65 ha, KB. Indo Taisei Indan Development di Cikampek seluas 50 ha, KB. Ngoro Industrial Estate di
Mojokerto seluas 35 ha dan KB. PIER di Pasuruan seluas 50 ha. Sedangkan Kawasan Berikat Nusantara yang berada di DKI Jakarta terdapat di tiga lokasi
yaitu Cakung seluas 173 ha, Tanjung Priok seluas 10 ha dan Marunda seluas 410 ha.
Dengan demikian konsep kawasan berikat masih memiliki daya tarik bagi investor, karena adanya fasilitas pengolahan dan pergudangan serta kemudahan
di dalam pengurusan perijinan dengan sistem one stop service. Sistem one stop service masih di monopoli oleh PT. Kawasan Berikat Nusantara, hal ini karena
menyangkut pelimpahan wewenang pemerintah, sehingga hanya PT. Kawasan Berikat Nusantara sebagai BUMN yang mendapatkan pelimpahan wewenang
tersebut.
2.2.2 Perkembangan Kawasan Industri