119 Faktor-faktor kunci tersebut digunakan sebagai basis dalam perumusan
kebijakan dan strategi implementasi pengelolaan lingkungan PT KBN secara berkelanjutan. Penentuan faktor kunci dilakukan dengan melibatkan semua
stakeholder yang terkait dengan kegiatan pengelolaan lingkungan di PT KBN. Hal ini dilakukan agar faktor yang terpilih sesuai dengan kondisi kawasan.
5.3. Faktor Kunci Keberlanjutan Pengelolaan Lingkungan
Berdasarkan hasil analisis MDS, diperoleh 15 faktor pengungkit keberlanjutan pengelolaan lingkungan PT KBN. Dalam proses pengelolaan
lingkungan, semua faktor ini harus diperhatikan agar tercapai efisiensi dan efektivitas kegiatan perusahaan. Secara operasional, faktor-faktor ini memiliki
keterkaitan dalam bentuk pengaruh dan ketergantungan antar faktor. Hal ini perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan kawasan
secara berkelanjutan. Namun demikian, dalam proses implementasinya diperlukan pemilihan faktor yang paling berpengaruh dan memiliki keterkaitan
yang tinggi dengan faktor lainnya sehingga kegiatan perusahaan dapat mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan oleh PT KBN.
Penentuan faktor kunci dilakukan dengan melibatkan semua stakeholder
yang terkait dengan kegiatan pengelolaan lingkungan di PT KBN. Untuk mengetahui faktor kunci yang paling berpengaruh dalam pengelolaan lingkungan
menuju pengelolaan yang berkelanjutan, maka dilakukan analisis yang efektif dan relevansinya tinggi. Artinya bahwa faktor kunci yang dihasilkan sesuai
dengan yang dibutuhkan dan relevan untuk diterapkan. Analisis yang digunakan adalah analisis prospektif yang dilakukan secara partisipatif.
Faktor kunci merupakan faktor-faktor yang memiliki tingkat pengaruh lebih tinggi daripada tingkat ketergantungannya terhadap faktor lain sehingga faktor
tersebut menjadi penentu dalam kebijakan pengelolaan lingkungan. Faktor penghubung merupakan faktor-faktor yang memiliki tingkat pengaruh hampir
sama dengan tingkat ketergantungan terhadap faktor lain. Faktor terikat merupakan faktor yang memiliki tingkat pengaruh lebih rendah daripada tingkat
ketergantungan terhadap faktor lainnya. Faktor bebas merupakan faktor-faktor yang memiliki tingkat pengaruh hampir sama rendahnya dengan tingkat
ketergantungan terhadap faktor lainnya. Berdasarkan hasil analisis prospektif diperoleh empat faktor kunci
keberhasilan pengelolaan lingkungan di PT KBN yaitu: 1 teknologi pengelolaan limbah cair, 2 partisipasi pengusaha dalam pengelolaan lingkungan, 3
120 ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan limbah padat, 4 penggunaan
bahan kimia dalam proses produksi. Hasil analisis prospektif disajikan pada Gambar 21.
Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji
Kemitraan pemerintah Partisipasi pengusaha
Monitoring lingkungan Teknologi limbah padat
Teknologi limbah cair
Rasio TK Partisipasi masyarakat
Konflik masyarakat Kontribusi kesra
Produk ramah lingkungan Pencamaran udara
Penggunaan bahan kimia
Kontribusi PAD Pencemaran tanah
Pencemaran air
------
- 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20 1.40
1.60 1.80
2.00
- 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80
Ketergantungan P
e ngar
u h
Gambar 21. Pemetaan faktor pengungkit pengelolaan lingkungan PT KBN Hasil analisis tersebut sesuai dengan kondisi lapangan di lokasi
penelitian. Keempat faktor kunci disepakati oleh stakeholder sebagai faktor
utama yang harus diperhatikan dalam pengembangan kawasan di masa mendatang. Dalam upaya pengembangan kebijakan pengelolaan lingkungan
menuju pengelolaan kawasan industri yang berkelanjutan sesuai dengan visi PT KBN maka faktor yang perlu diperhatikan dan ditindak lanjuti adalah faktor-faktor
yang masuk dalam kategori faktor kunci.
1. Penggunaan bahan kimia dalam kegiatan produksi
Industri yang mendominasi kegiatan pada kawasan PT KBN adalah industri garment. Dalam proses produksinya tidak banyak membutuhkan bahan
kimia. Namun kebutuhan akan pewarnaan dibutuhkan oleh semua industri tersebut. Kebutuhan ini dipasok oleh industri pewarnaan yang menggunakan
bahan kimia dalam prosesnya. Penggunaan bahan kimia ini telah menimbulkan pencemaran air. Apabila tidak dikelola dengan baik, maka pada akhirnya dapat
merusak kualitas lingkungan dan merugikan aktivitas ekonomi di kawasan.
121
2. Teknologi pengelolaan limbah cair
Berdasarkan pada SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta tentang kewajiban setiap investor untuk memiliki pengolahan limbah sendiri, terutama limbah yang
bukan B3. Artinya dalam upaya pengelolaan lingkungan di kawasan PT KBN Cakung tidak hanya dibebankan pada pihak pengelola PT KBN, tapi secara
teknis harus dilaksanakan oleh pihak pengusaha atau investor pada setiap unit usaha yang dimiliki. Berdasarkan hasil analisis terhadap kualitas limbah yang
dilakukan oleh PT KBN masih banyak pengusaha yang belum memiliki instalasi pengelolaan limbah sendiri terutama IPAL. Hal ini mengakibatkan limbah cair
dari perusahaan yang tidak mempunyai IPAL 95 langsung dibuang ke dalam badan air, sehingga mengakibatkan tercemarnya badan air penerimanya.
3. Teknologi pengelolaan limbah padat
Limbah padat banyak tertimbun dalam kawasan PT KBN dari berbagai aktifitas baik oleh kegiatan perusahaan maupun oleh aktivitas manusia.
Pengelolaan limbah padat membutuhkan perhatian yang serius karena secara langsung dapat terlihat dan teridentifikasi dampaknya terhadap lingkungan
khususnya terhadap kesehatan manusia. Pengelolaan limbah padat membutuhkan teknologi yang sesuai dengan karaktersitik kawasan. Saat ini
pengelolaan limbah padat masih diserahkan kepada instansi pemerintah yang menangani limbah. Ketersediaan teknologi pengelolaan limbah di dalam
kawasan belum optimal dalam memanfaatkan limbah padat secara ekonomis.
4. Partisipasi pengusaha dan pengelolaan lingkungan
Dalam upaya pengelolaan Kawasan PT KBN Cakung diperlukan kesadaran dan ketaatan serta ketegasan bersama untuk melaksanakan aturan
dalam berinvestasi, terutama yang terkait dengan pengelolaan lingkungan terutama pengelolaan limbah cair. Karena secara langsung maupun tidak
langsung pencemaran lingkungan terutama pencemaran air akan berdampak negatif pada perairan Teluk Jakarta. Kondisi ini akan sangat merugikan
masyarakat nelayan khususnya yang terdapat di sekitar kawasan PT KBN dan di wilayah Teluk Jakarta pada umumnya. Hal ini juga tercermin dari wawancara
terhadap masyarakat nelayan yang ada di sekitar Teluk Jakarta, bahwa pasca keberadaan PT KBN penghasilan masyarakat nelayan relatif menurun. Kondisi
ini memperlihatkan bahwa penurunan kualitas lingkungan akan menjadi ancaman terhadap keberlanjutan bagi aktivitas perekonomian. Oleh karenanya maka
122 partisipasi dari para pengusaha yang ada dalam PT KBN merupakan faktor kunci
dalam pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan.
5.4 Skenario Pengelolaan Lingkungan Kawasan