mengotori makanan yang dikonsumsi menyebabkan I-131 terakumulasi pada jaringan thyroid yang berakibat terjadinya kanker thyroid.
Risiko masuknya Iodium-131 dalam tubuh dapat dikurangi dengan mengambil makanan bersuplemen Iodium yang akan meningkatkan jumlah total
iodium dalam tubuh dan karenanya dapat mengurangi masuknya I-131 dalam tubuh dan meningkatkan ketahanan jaringan. Metoda pencegahan umum untuk
terhindar dari paparan I-131 melalui melalui penjenuhan thyroid secara teratur dengan Iodium-127 non-radioaktif sebagai garam ber-iodium, sehingga thyroid
akan menyerap sangat sedikit radioaktif iodium-131 setelah penjenuhan thyroid dengan iodium-127. Dosis untuk orang dewasa adalah 130 mg kalium iodida per
hari atau 65 mg dua kali dalam sehari. Simon 2006.
2.9 Kecelakaan PLTN
Kecelakaan PLTN Fukushima-Daiichi diantaranya disebabkan karena kelemahan reaktor BWR yang memiliki pendingin darurat yang hanya bergantung
pada sistem elektrik dalam menyalakan pendingin pada reaktor tersebut. Rancangan sistim pendinginan ternyata gagal mengantisipasi gempa bumi dan
tsunami. Ketika sumber energi utama dan generator cadangan tidak berfungsi, air pendingin tak bisa mencapai bahan bakar nuklir. Panas yang berlebihan ini
kemudian mengakibatkan ledakan-ledakan, api, dan pelepasan radiasi yang signifikan ke lingkungan.
Berbeda dengan reaktor Chernobyl yang merupakan reaktor berjenis RBMK, dan menurut pemahaman terminology Rusia ini adalah jenis reaktor
dangan out-put berdaya tinggi, type multichannel. Ini merupakan suatu reaktor air bertekanan menggunakan air ringan sebagai pendingin dan grafit sebagai
moderator. IAEA 1992; Purvis 1995; Cherkasov 1996; Kiselev 1994 . Penyebab yang mendorong ke arah kecelakaan reaktor terbesar yang terjadi di reaktor unit 4
Chernobyl tahun 1986 diakibatkan oleh upaya melakukan uji coba pada penelitian sistem elektrik, yang menyebabkan setasiun rusak IAEA 1986. Hasil pengujian
saat itu mengakibatkan bervariasinya temperatur dan laju alir air masuk ke dalam inti dan pada saat itu kondisinya tidak stabil sebelum kecelakaan, dan oprator
melakukan tindakan kesalahan dengan mematikan sistem keselamatan keadaan darurat dari reaktor Gerasko 1997. Perubahan temperatur terjadi cukup cepat
dan ini memperlemah bahan bakar zirconium di dalam inti ke pipa baja yang membawa pintu masuk air pendingin. Hal ini mengakibatkan peningkatan
tegangan reaktor yang cepat menyebabkan bahan bakar terpragmentasi dan melakukan perpindahan panas dengan cepat dari fragmen bahan bakar kepada
pendingin, akhirnya menghasilkan gelombang udara yang bergerak cepat di dalam air pendingin. Sebagai akibatnya, air pendingin berubah menjadi uap air
bertekanan dalam sistem utama selanjutnya dilepaskan ke luar. Ledakan uap air tersebut terjadi diduga disebabkan inti reaktor telah
terangkat selama waktu ledakan ketika semua air meninggalkan inti reaktor. Ini mengakibatkan peningkatan kereaktifan cepat yang mendorong penguapan di
bagian pusat bahan bakar yang diakhiri oleh suatu ledakan dan penyebaran uap bahan bakar yang merusakan bagian inti dan merusakan bangunan. Bahan bakar,
komponen inti, dan struktural materi terlempar ke atap bangunan reaktor. Pecahan inti bekas ledakan mengenai material lain yang mudah terbakar yang ada di
sekitarnya berakibat pada pelepasan bahan radioaktif ke lingkungan. Kira-kira 20 jam setelah ledakan, api mulai membesar sehingga material di reaktor menjadi
cukup panas untuk membakar gas yang terbebas dari inti seperti hidrogen dari reaksi zirconium-air dan karbon monoksida dari reaksi grafit panas dengan uap
air. Api mencapai sedikitnya 50 m di atas puncak reaktor yang rusak Purvis 2005. Bekas Ledakan baru dapat ditutup dengan waktu lebih dari 10 hari
menggunakan material kira-kira 5000 ton, meliputi sekitar 40 ton campuran borium, 2400 ton tanah liat, 600 ton dolomite campuran sodium fosfat dan cairan
polymer, dan 1800 ton pasir Sich 1994. Pada hari ke-8 setelah kecelakaan, lantai di daerah sub-reaktor mengandung corium dengan cepat terdistribusi di
atas area permukaan yang tersebar secara horizontal. Corium menghasilkan uap air ketika kontak dengan air sehingga membentuk aerosol dan telah
meningkatkan pelepasan radionuklida. Pengalaman kecelakaan dari PLTN Fukushima Jepang, PLTN Chernobyl
Uni Sovyet dan Three Mile Island Amerika Serikat perlu dikaji lebih dalam yang dapat memberi pelajaran bagi PLTN Muria agar terhindar dari kejadian
serupa yang membawa korban. Kecelakaan Chernobyl adalah rujukan yang baik dalam upaya menghindari kecelakaan parah dalam mengelola PLTN. Kecelakaan