Pembuatan 260 Peta Wilayah Desa

dampak besar dan luasan zona dengan dampak kecil pada urutan waktu setelah kejadian kecelakaan. Pembuatan distribusi radionuklida secara spasial dengan cara interpolation dari titik-titik sampel pada ruang wilayah studi dengan asumsi bahwa karakteristik lokasi yang diramalkan memiliki kemiripan kondisi dengan lokasi sampel yang diukur. Metoda pemodelan menggunakan pilihan metoda: inverse distance weighting IDW, krigging dan radial basis fungsi RBF, selanjutnya dilakukan uji validasi dari data hasil yang ada Lukaszyk 2004; Lloyd 2007 serta membandingkan hasil model dengan kejadian kecelakaan nuklir yang pernah terjadi. Metoda spasial digunakan dalam penelitian untuk memperkirakan nilai berdasarkan variasi ruang, dimana nilai yang ingin diketahui tersebut berada dalam lokasi yang tidak terobservasi, menggunakan input data sampel yang terdistribusi.

3.4.5.4 Analisis Statistika

Identifikasi dan klarifikasi data hasil dari percobaan dilakukan uji-uji statistik diantaranya untuk melihat sebaran data, rata-tata maupun variansinya. Diuji data hasil dan dibandingkan dengan data pengukuran, mengamati perbedannaya serta melihat error yang dihasilkan dari model. Analisis statistik dalam pemilihan model, pengujian model dan pengambil keputusan model melalui pengujian data dengan staristika software SPSS 13.0 Minitab 14.

3.4.6 Penentuan Laju Degradasi Radionuklida di Darat

Laju degradasi radionuklida di permukaan tanah ditentukan dengan ekperimen terhadap data hasil dengan melakukan pengujian terhadap orde satu atau orde dua. Degradasi order satu ditentukan oleh satu konsentrasi radionuklida yang terdegradasi. Untuk order reaksi satu, laju degradasi ditentukan oleh satu konsentrasi unsur yang mengalami degradasi. Hukum laju reaksi dapat ditulis sebagai berikut. • dc kc dt − = 16 Dimana k adalah konstanta laju degradasi yang sangat tergantung dengan pengaruh perubahan waktu. Secara eksperimen laju reaksi dapat ditentukan dengan menentukan hubungan antara konsentarasi yang ada dalam reaksi terhadap waktu reaksi. Pada t=0 yaitu pada konsentrasi awalnya sama dengan c , dan persamaan di atas jika diintegrasikan menghasilkan persamaan berikut. c t c dc k dt dt − = ∫ ∫ dan ln ln c c kt c c − = = atau log 2, 303 c k t c = , bentuk persamaan ini dapat diubah menjadi log log 2, 303 k c t c = − + 17 Oleh karena itu, tetapan laju reaksi degradasi dapat ditentukan dengan membuat plot grafik antara log c c dengan t, atau membuat plot grafik antara log c dengan t. Slope yang dihasilkan dapat menentukan nilai tetapan laju reaksi degradasi k order pertama. Jenis reaksi order satu ini dapat digunakan untuk menentukan karakteristik waktu paruh dari suatu unsur kimia yaitu dengan memisalkan konsentrasi setelah degradasi sebanyak setengah dari konsentrasi awalnya, 1 2 c c = . Persamaan di atas dapat diubah menjadi 1 2 log 1 2, 303 2 c k t c = sehingga 1 2 0, 693 t k = 18 Laju degradai order reaksi kedua, ditentukan oleh satu reaktan dan satu produknya atau oleh dua reaktannya. Hukum laju reaksi kedua dapat ditulis seperti berikut ini, 2 dc kc dt − = , dan persamaan di atas jika diintegrasikan menghasilkan persamaan berikut. 2 c t c dc k dt c − = ∫ ∫ dan 1 1 kt c c − = atau c c kt c c − = 19 Nilai tetapan laju order kedua dapat ditentukan dengan memplot 1c dengan t, slope yang dihasilkan merupakan laju reaksi order kedua. Waktu paruh reaksi order kedua dapat dirumuskan menjadi persamaan berikut. 1 2 1 t kc = 20