Dampak Radionuklida pada Lingkungan

pembaharuan studi yang sudah dilakukan dengan bantuan International Atomic Energy Agency IAEA, pemerintah Amerika Serikat melalui perusahaan Bechtel International, perusahaan Perancis melalui perusahaan SOFRATOME, dan pemerintah Itali melalui perusahaan CESEN. Tahun 1989, Badan Koordinasi Energi Nasional BAKOREN memutuskan untuk melakukan studi kelayakan yang komprehensif termasuk investigasi secara mendalam tentang calon tapak PLTN di Semenanjung Muria Jawa-Tengah dengan arahan dari Panitia Teknis Energi PTE, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan instansi terkait. BATAN 2009. Kajian berkaitan dengan sifat fisika tanah daram rangka menemukan kesesuaian karakter tanah dalam penyimpanan limbah radioaktif teliti oleh Purnomo 2001 dan oleh Sucipta 1995, karakteristik tanah Ujung Lemah Abang di dalam melakukan penyerapan terhadap radionuklida radium Setiawan 1998 dan penelitian Martin 1996 berkaitan dengan profil serapan cesium. Karakteristik Jenis lapisan tanah di wilayah studi dengan pengukuran kecepatan gelombang geser dan gelombang Tekan dgn metoda Cros-Hole test pada calon tapak PLTN Lemah Abang, Jepara telah dilakukan oleh Suntoko 1996 untuk melihat kestabilan tanah pada saat mengalami gempa besar. Karakterisstik tanah terhadap dispersi Sr-90 dilakukan penelitian oleh Purnomo 1998. Kajian jalur pontensial perpindahan radionuklida di calon lokasi PLTN Semenanjung Muria telah diteliti oleh Agus Gindo 1998 serta kajian mengenai dampak radiologi dan pemanfaatan ruang sekitar PLTN dalam penyiapan tanggap darurat telah diteliti oleh Pane 2006 serta menjelaskan kondisi wilayah studi saat ini pada radius kurang lebih 0-2 km tidak terdapat daerah pemukiman penduduk, umumnya wilayah tersebut ditanami kebun karet, kelapa, coklat, tanah ladang dan sawah. Wilayah pada radius ini sepenuhnya akan menjadi kawasan dalam kendali PLTN. Pada radius 2-5 km sudah terdapat lahan pemukiman, serta lahan perkebunan penduduk serta pada radius 5-10 km sudah banyak pemukiman dengan rata-rata 5 orang per hektar.

2.12 Pemodelan Spasial

Pemodelan secara spasial pada awal perkembangannya diperlukan untuk mencari data nilai tertentu berdasarkan perubahan ruang, saat ini penggunaannya cukup luas untuk berbagai permasalahan dan kepentingan. Saat ini model spasial dipergunakan dalam mengatasi masalah ilmu alam seperti menentukan faktor- faktor terjadinya erosi; dan penelitian lain yang berkaitan dengan perubahan posisi dalam suatu lokasi. Pendekatan untuk menyelesaikan permasalahan penelitian yang berkenaan dengan ruang dapat dilakukan dengan model lokal atau model global. Terdapat Perbedaan pendekatan lokal dan global. Pendekatan global menggunakan asumsi bahwa variasi data adalah sama di mana-mana. Pendekatan ini mungkin pada model kasus penelitian yang tidak memerlukan ketelitian variasi data pada lokasi yang diteliti. Metoda global menggunakan semua data yang yang tersedia, dengan asumsi peramalan trand konstan, menggunaan setiap titik yang diketahui tersebut untuk mengamati trand gambaran umum pada permukaan. Perubahan trand global yang mewakili bermacam-macam variabel dan tujuannya berfokus pada pengamatan kecenderungan tertentu dan tidak berfokus pada variasi data lokal. Pendekatan dengan metoda lokal menggunakan subset berbagai data yang terdefinisikan lebih rinci. Pada pendekatan ini terdapat data yang ditanspormasikan atau diubah sehingga menitik beratkan pada data lokal. Metoda lokal intrapolasi menggunakan deretan sampel-sampel titik yang diketahui untuk menaksir nilai-nilai yang tak diketahui secara lokal dengan variasi jangka pendek Fotheringharn 1997. Konsep dasar semua analisis spasial adalah berkaitan dengan unsur-unsur matematika matrik aljabar dan statistik Atkinson 2001. Teknis yang dilakukan dalam model lokal maupun global dengan melakukan intrapolasi atau ekstrapolasi, intrapolasi memiliki tujuan untuk memperkirakan nilai titik di antara titik-titik yang ada dalam luasan, sedang ekstrapolasi untuk memperkirakan nilai di luar titik-titik nilai yang ada dalam luasan. Interpolation spasial adalah untuk meramalkan nilai-nilai pada poin-poin area yang tak dikenal dan untuk melihat unsur-unsur kesuluruhan variabel pada permukaan diperlukan fungsi matematik. Unsur-unsur yang dijadikan dasar intrapolasi adalah: titik kontrol ditambah metoda intrapolasi dengan beberapa asumsi: a data adalah kontinyu, b hipotesis permukaan, c terdapat hubungan spatial dengan melakukan autocorrelation ruang dengan melakukan penilaian bahwa titik-titik yang berada dalam lokasi secara bersama-sama diyakini memiliki kemiripan dengan titik-titik lain berikutnya. 2.12.1 Pertimbangan Model Spasial Pertimbangan model spasial prinsip dasarnya mengikuti persamaan berikut : , 1,...., . i i i y S x v i n β = + = Dimana y i adalah pengamatan pada lokasi 1 2 , ; ; i i i i x x x S x β = adalah proses spasial dengan parameter ß ; dan {v i } adalah proses noise. Secara kolektif, kita memberi tanda semua observasi oleh y = y 1 ,…..,y n , lokasi x = x 1, ..,x n , dan kesalahan error oleh v= v 1, ….,v n . Realisasi proses yang terjadi digambarkan seperti seperti Gambar 14 dimana data spasial yang dihasilkan merupakan proses spasial yang disertai noise. Gambar 12 Skema yang mewakili proses data Stoffer 1986 Observasi dilakukan untuk berbagai tempat pada tempat dengan error gausian pada nilai variansi σ 2 =0.5, dimana lokasi adalah variasi tempat dan noise adalah model gausian. Proses spasial Sx; ß digambarkan sebagai regresi linier campuran yang terdapat di tempat tersebut. Masing-masing tempat memiki rata- rata fungsi 1 ; , 1,...., , J i j i j i j j S x x f x i n β π β = = = ∑ Dimana fj = f j1 ,…., f jB ’ adalah seperangkat fungsi dasar yang diketahui, ß j = ß j1 ….. ß jB ’ adalah vektor yang parameternya belum diketahui, dan πj adalah fungsi berat dengan sarat π j x ≥0 dan 1 j j x x D π = ∀ ∈ ∑ . Definisi j π = j π x1,….., j π x’, dan diag r sebagai matrix dengan r 1 ,…..,r n pada diagonal dan garis nol. Model dapat ditulis secara global sebagai regresi linier sederhana y = Xß + v, dimana X = diag 1 π X 1 …. Diag j π X j dan ß= ß’ 1 ,…. ß’ j untuk j = 1,…,J Pfeifer P dan Deutsh 1980. Gambar 15 berikutnya menunjukkan contoh campuran berat secara lokal dengan J=2 komponen. Panel a memberikan hasil permukaan dari campuran bobot, b menunjukkan fungsi berat gaussian dan c menunjukkan permukaan regresi lokal: { } 1 2 1 exp 1 2 , 1, 2 j j j j j x x x j π α µ µ − − − − − = ∑ ∑ . Untuk diagram ini memiliki 1 2 ≠ ∑ ∑ yang diiindikasikan oleh perbedaan kontur yang terukur yang ada di panel b dalam daerah terpisah dari domain. Regresi permukaan di panel c adalah linier dalam koordinat, dengan B=3 dan fungsi j i f x = 1 2 1, , j i i f x x untuk j=1,2. Jenis campuran lain dapat juga digunakan. Sebagai contoh, indicator fungsi berat, j π x = 1 [x ЄAj] dengan A j ⊆ D yang akan menghasilkan partisi ‘rumit’, menghasilkan hasil permukaannya diskontinyu Gilardi 2002 a Proses spasial Sx i ; ß bBerat inti 2 1 ..... i j j x = ∑ x cKomponen Permukaan F’ j x i ß j Gambar 13 Kontruksi dari permukaan campuran bobot secara lokal. Pfeifer P Deutsh 1980 Keterangan: a menunjukan hasil permukaan dari campuran ukuran J=2; b menunjukkan 10 kontur densitas tertinggi untuk variasi berat gaussian, diantara lingkaran mewakili campuran bobot apada masig- masing titik pada grid spasial; c menunjukkan 2 komponen permukaan regresi.