Produk dan Harga Rancangbangun sistem intelijen untuk strategi pengembangan agroindustri tapioka dengan pendekatan teori Chaos

berdampak pula tidak adanya jaminan harga pembelian ubikayu. Terlihat pasar sangat monopsonistik. Kenaikan harga tapioka halus tidak sertamerta menaikkan harga ubikayu, tetapi penurunan harga tapioka halus langsung menurunkan harga ubikayu. Produk pertanian memiliki sifat khas yaitu perishable dan berskala kecil, sehingga sangat elastis terhadap perubahan harga. Kondisi ini berlangsung terus- menerus sehingga tidak merubah nasib industri kecil dan petani, yang akhirnya menimbulkan keengganan petani untuk menanam ubi kayu. Akibat dari semua ini muncul persoalan baru tentang kontinuitas pasokan bahan baku. Kekurangan pasokan bahan baku menimbulkan ketidakefisiennya sistem produksi pada industri tapioka halus. Banyak aset yang tidak berdayaguna secara optimal dan menimbulkan peningkatan pengangguran. Kondisi chaos harga tapioka dan pasokan bahan baku apabila tidak ditangani serius maka akan mengakibatkan krisis lebih luas pada agroindustri tapioka. Akumulasi dari krisis lokal akan berakibat kepada krisis nasional. Oleh karena itu dibutuhkan pemberdayaan kelembagaan yang komprehensif untuk pengembangan sektor strategis dalam pencapaian hasil yang optimal di suatu wilayah. Dalam jangka panjang dibutuhkan solusi yang secara struktur mampu menjamin kestabilan pasar, ketersediaan modal, informasi dan kelembagaan. Suharno, 1995 pada penelitiannya mengatakan bahwa permasalahan agroindustri ubikayu di Indonesia terkait dengan sistem perekonomian rakyat perdesaan, oleh karena itu strategi pengembangannya harus secara struktural melibatkan institusi dengan memaksimalkan peranserta pemerintah. Bentuk kelembagaan Dari pemetaan posisi industri tapioka berada pada sel IX yaitu divest atau harvest. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu kelembagaan yang mampu menumbuhkan ekonomi desa yang bertumpu pada kohesi sosial dan kolektif efisiensi sehingga mampu mencegah terjadinya krisis. Lembaga yang bertumpu pada kohesi sosial karena lembaga yang dibutuhkan bukan merupakan kumpulan modal melainkan kumpulan orang-orang yaitu para petani, para produsen tapioka kasar dan produsen tapioka halus. Lembaga yang dibentuk harus mampu meningkatkan daya tawar terhadap pasar. Lembaga yang dibentuk bertumpu pada kolektif efisiensi karena usaha petani dan pabrik tapioka berskala kecil-kecil. Oleh karena itu akan lebih efisien apabila kelompok kecil-kecil tersebut bersatu menjadi satu kesatuan yang lebih besar. Dari karateristik kebutuhan stake holder terhadap kelembagaan, maka kelembagaan yang sesuai adalah koperasi. Menurut Nasution 2002b koperasi sangat sesuai sebagai sarana pengembangan agroindustri tapioka karena gagasan dasar koperasi adalah kerjasama dan menolong diri sendiri. Koperasi sebagai lembaga ekonomi dan organisasi kemanusiaan yang berasas kekeluargaan dan bertujuan merombak struktur ekonomi kapitalistik yang menuju demokrasi ekonomi seharusnya memiliki karateristik: 1 rangkuman sistem normatif, 2 mekanisme pendidikan untuk mencerdaskan anggotanya, 3 organisasi ekonomi yang mampu mengoptimalkan sumberdaya yang dimilikinya dan 4 organisasi kekuatan masyarakat Nasution, 2002c. Lingkup kelembagaan Kelompok Petani Ubikayu KUPU merupakan kelompok tani yang dibentuk untuk memudahkan pelayanan usaha agribisnis anggotanya, mulai dari pengadaan sarana produksi, inovasi teknologi, informasi teknologi dan pasar, proses produksi maupun pemasaran hasil produksinya. Kelompok Industri Kecil Tapioka Kasar KITK dan Kelompok Industri Tapioka Halus KITH merupakan kelompok industri kecil tapioka kasar yang dibentuk untuk memudahkan pelayanan usaha agribisnis anggotanya, mulai dari pengadaan sarana produksi, inovasi teknologi, informasi teknologi dan pasar, proses produksi, pemasaran hasil produksinya, dan akses ke lembaga keuangan sebagai penjamin permodalan. Kelompok-kelompok ini menjalin networking sinergis melalui mediasi forum komunikasi agroindustri FKA yang anggotanya adalah para ketua kelompok, koperasi, instansi terkait. FKA ini diperlukan agar proses inovasi, transfer, adopsi teknologi serta informasi pasar dengan cepat sampai kepada anggota kelompok. Struktur sistem pemberdayaan koperasi agroindustri tapioka dapat dilihat pada Gambar 25.