Kondisi Ekonomi Rancangbangun sistem intelijen untuk strategi pengembangan agroindustri tapioka dengan pendekatan teori Chaos

Inbound logistics yaitu penerimaan dan penggudangan bahan baku dan distribusinya pada pabrikasi sesuai dengan kebutuhan, 2 Operations : proses transformasi input menjadi produk akhir atau jasa,3 Outbound Logistic : penggudangan dan disribusi produk-produk jadi, 4 Marketing sales : identifikasi kebutuhan pelanggan dan mengenerate penjualan. Dalam operasionalnya kelima aktivitas primer di atas didukung oleh : 1 Firm infrastructure : struktur organisasi, sistem pengendalian, budaya perusahaan, dll, 2 Human Resource Management : pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi penerimaan, pelatihan, pengembangan dan kompensasi, 3 Technology development : teknologi yang mendukung semua aktivitas penciptaan nilai, dan 4 Procurement : pembelian input seperti material, pemasok dan peralatan. Profit margin dari sebuah perusahaan sangat tergantung pada efektivitas dalam membentuk aktivitas-aktivitas ini secara efisien, sehingga jumlah konsumen yang ingin membeli produk yang dihasilkan akan melebihi dari biaya yang dikeluarkan dalam setiap aktivitas tersebut. Dalam aktivitas di atas setiap perusahaan mempunyai peluang untuk mengenerate sebuah nilai yang superior. Keunggulan daya saing dapat dicapai melalui konfigurasi rantai nilai yang memberikan biaya rendah atau diferensiasi yang lebih baik.

a. Struktur Organisasi Industri Tapioka

Pada umumnya, struktur organisasi pada Industri kecil tapioka ini sangat sederhana, yaitu terdiri dari pemilik modal yang merangkap menjadi pengelola atau karyawan yang langsung menangani aktivitas produksi, keuangan hingga pemasaran produk. Struktur organisasi ini memberikan kemudahan tersendiri dalam mengontrol jalannya kegiatan operasional perusahaan. Efektivitas dan efisiensi aliran tanggungjawab dapat lebih memungkinkan untuk dikontrol dan hal tersebut dapat meminimalkan terjadinya kesalahan.

b. Perilaku pengusaha dalam Industri Tapioka

Pengusaha tapioka pada umumnya memiliki etos kerja yang tinggi, memiliki disiplin dalam bekerja dan bersifat kekeluargaan. Tingginya permintaan akan tapioka dan masa simpan tapioka yang relatif pendek, sehingga tidak dapat menyimpan persediaan seperti barang tahan lama lainnya. Faktor kekeluargaan menimbulkan semangat saling membantu, gotong-royong dan menimbulkan iklim yang baik dalam bekerja. Faktor kekeluargaan dalam masyarakat tersebut menyebabkan tidak adanya kesulitan bagi pengusaha tapioka dalam merekrut pekerja.

c. Sumber Daya Manusia

Agroindustri tapioka mulai dari hulu hingga hilir merupakan industri padat karya. Petani ubi kayu dan pengusaha tapioka kasar memiliki mutu SDM yang rendah. Tingkat pendidikan yang masih rendah tersebut mengakibatkan rendahnya tingkat pengetahuan tentang pengelolaan, pemasaran, pendistribusian, menetapkan daya tawar, penerapan inovasi dan sanitasi. Sedangkan pengusaha tapioka halus sudah lebih baik kualitas pengetahuannya. Hafsah 2003 menyatakan bahwa pembangunan sistem usaha agribisnis akan lebih cepat terwujud, apabila sebagian besar masyarakat terutama masyarakat pedesaan berpendidikan, menguasai ketrampilan agribisnis hulu, tengah, hilir. Jika sumber daya yang dimiliki rendah, maka hal tersebut akan berdampak negatif terhadap tingkat akseptabilitas dalam mengadopsi teknologi yang disebarkan kepada masyarakat tani.

d. Keuangan

Permodalan yang dimiliki oleh para pengusaha tapioka kasar seluruhnya berasal dari dana swadaya. Masyarakat masih cenderung takut untuk mengusahakan tambahan modal dari lembaga keuangan seperti bank. Selain itu, masih sedikit usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk merangsang kemajuan Industri kecil khususnya Industri kecil tapioka kasar di Bogor dari sisi permodalan. Sejauh ini ada beberapa program pemerintah yang ditujukan untuk membantu industri kecil secara umum, yaitu Program Pembinaan Kecamatan PPK dan Pembinaan Usaha Kredit Kecil PUKK yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kecamatan, Program Dana Bergulir dan Kerjasama Antara Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor dan Bank Jabar Unit Syariah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II. PPK dilakukan oleh pemerintah desa dan pemerintah kecamatan, sasarannya ialah usaha mikro seperti warung kecil-kecilan, usaha skala rumah tangga dan obyeknya biasanya kaum ibu rumah tangga dengan sistem kelompok. Besarnya pinjaman