menimbulkan semangat saling membantu, gotong-royong dan menimbulkan iklim yang baik dalam bekerja. Faktor kekeluargaan dalam masyarakat tersebut
menyebabkan tidak adanya kesulitan bagi pengusaha tapioka dalam merekrut pekerja.
c. Sumber Daya Manusia
Agroindustri tapioka mulai dari hulu hingga hilir merupakan industri padat karya. Petani ubi kayu dan pengusaha tapioka kasar memiliki mutu SDM yang
rendah. Tingkat pendidikan yang masih rendah tersebut mengakibatkan rendahnya tingkat pengetahuan tentang pengelolaan, pemasaran, pendistribusian, menetapkan
daya tawar, penerapan inovasi dan sanitasi. Sedangkan pengusaha tapioka halus sudah lebih baik kualitas pengetahuannya. Hafsah 2003 menyatakan bahwa
pembangunan sistem usaha agribisnis akan lebih cepat terwujud, apabila sebagian besar masyarakat terutama masyarakat pedesaan berpendidikan, menguasai
ketrampilan agribisnis hulu, tengah, hilir. Jika sumber daya yang dimiliki rendah, maka hal tersebut akan berdampak negatif terhadap tingkat akseptabilitas dalam
mengadopsi teknologi yang disebarkan kepada masyarakat tani.
d. Keuangan
Permodalan yang dimiliki oleh para pengusaha tapioka kasar seluruhnya berasal dari dana swadaya. Masyarakat masih cenderung takut untuk mengusahakan
tambahan modal dari lembaga keuangan seperti bank. Selain itu, masih sedikit usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk merangsang kemajuan Industri
kecil khususnya Industri kecil tapioka kasar di Bogor dari sisi permodalan. Sejauh ini ada beberapa program pemerintah yang ditujukan untuk membantu industri kecil
secara umum, yaitu Program Pembinaan Kecamatan PPK dan Pembinaan Usaha Kredit Kecil PUKK yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kecamatan, Program
Dana Bergulir dan Kerjasama Antara Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor dan Bank Jabar Unit Syariah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II. PPK
dilakukan oleh pemerintah desa dan pemerintah kecamatan, sasarannya ialah usaha mikro seperti warung kecil-kecilan, usaha skala rumah tangga dan obyeknya
biasanya kaum ibu rumah tangga dengan sistem kelompok. Besarnya pinjaman
PPK berkisar antara Rp 500.000-Rp 1.000.000 dengan bunga yang relatif tinggi 20 per tahun.
PUKK dilaksanakan oleh Perhutani melalui Kelompok Tani Hutan KTH dengan sasaran masyarakat sekitar hutan, sehingga tidak semua industri kecil
mendapatkan bantuan tersebut. Besarnya kredit PUKK antara Rp 1.000.000- Rp 3.000.000. Program Dana Bergulir ditujukan untuk industri kecil pada umumnya di
Kabupaten Bogor, besarnya bantuan sekitar 25 juta rupiah per usaha dan sudah berjalan 7 tahun, sedangkan permodalan yang diselengarakan oleh Dinas
Perindustrian dan Bank Jabar Unit Syariah besarnya mencapai Rp 75.000.000 per usaha. Belum maksimalnya koperasi yang ada menyebabkan kurang
berkembangnya industri kecil tapioka dari sisi modal. Tidak maksimalnya fungsi koperasi dikarenakan belum pahamnya pengurus
maupun masyarakat akan arti koperasi. Apabila koperasi telah berjalan maksimal, dalam artian banyak pengusaha tapioka yang menjadi anggota dan pemahaman
akan manfaat sudah kuat ditataran masyarakat diharapkan sisi permodalan dapat diatasi. Selain itu, sistem pencatatan keuangan yang dilaksanakan oleh industri
tapioka kasar masih sangat sederhana. Pencatatan yang dilakukan hanya mencakup data-data historis penjualan. Atau dengan kata lain, perusahaan tidak dapat
menganalisis secara pasti tentang biaya produksi yang diperlukan untuk satu kali giling, karena perusahaan tidak membuat laporan keuangan.
Pada industri tapioka halus sebagian pengusaha tidak hanya memiliki pabrik tapioka halus saja melainkan memiliki usaha pada bidang lain yang tidak ada
kaitannya dengan tapioka. Usaha dari bidang lain inilah yang menopang keuangan pabrik tapioka apabila mengalami krisis. Sistem administrasi keuangan pada
industri tapioka sudah lebih rapi dan komputerisasi, sehingga semua data-data terkait dengan pembelian, produksi dan penjualan tersimpan dengan rapi dan
lengkap.
e. Logistik
Pada industri tapioka kasar tidak ada persediaan bahan baku. Ubikayu diperoleh secara langsung dengan mendatangi petani atau tengkulak, kemudian