Logistik Rancangbangun sistem intelijen untuk strategi pengembangan agroindustri tapioka dengan pendekatan teori Chaos

Gambar 24 Matrik internal eksternal Analisis krisis Dari pengujian eksistensi chaos, secara matematik diperoleh indikasi harga tapioka dan pasokan bahan baku berperilaku chaos, hal ini menunjukkan ada suatu gejala yang dapat mengindikasikan bahwa sistem agroindustri tapioka berpotensi chaos. Mengapa chaos bisa terjadi? Secara institusi terdapat ketidakstabilan ketidakseimbangan struktural yang ditandai dengan lemah dalam pengawasan perdagangan dan industri, memberlakukan pasar bebas, akses kebijakan tidak sampai kepada perekonomian perdesaan. Akibat dari hal tersebut memunculkan sistem nonopoli oleh pemodal kuat, pemodal kuat memiliki akses intervensi pasar, memiliki akses pada lembaga keuangan sebagai penunjang permodalan, memilki akses birokrasi yang secara langsung bersentuhan dengan kebijakan. Turbulensi harga tapioka sebagai dampak dari praktek monopoli industri besar dan lemahnya pengawasan pemerintah terhadap penggunaan tapioka impor. Ketika penawaran tapioka rendah dan permintaan tinggi maka harga tapioka tinggi, industri kecil tapioka berusaha untuk ikut memenuhi permintaan pasar dengan berani membeli bahan baku yang cukup tinggi pula, ternyata ketika akan memasok produknya ke pasar, begitu cepatnya pasar sudah dipenuhi oleh tapioka dari industri besar maupun tapioka impor dan harga turun. Hal ini menimbulkan lemahnya posisi tawar industri kecil. Tidak adanya jaminan harga pasar tapioka halus ini mengakibatkan tidak adanya jaminan harga pembelian tapioka kasar dan berdampak pula tidak adanya jaminan harga pembelian ubikayu. Terlihat pasar sangat monopsonistik. Kenaikan harga tapioka halus tidak sertamerta menaikkan harga ubikayu, tetapi penurunan harga tapioka halus langsung menurunkan harga ubikayu. Produk pertanian memiliki sifat khas yaitu perishable dan berskala kecil, sehingga sangat elastis terhadap perubahan harga. Kondisi ini berlangsung terus- menerus sehingga tidak merubah nasib industri kecil dan petani, yang akhirnya menimbulkan keengganan petani untuk menanam ubi kayu. Akibat dari semua ini muncul persoalan baru tentang kontinuitas pasokan bahan baku. Kekurangan pasokan bahan baku menimbulkan ketidakefisiennya sistem produksi pada industri tapioka halus. Banyak aset yang tidak berdayaguna secara optimal dan menimbulkan peningkatan pengangguran. Kondisi chaos harga tapioka dan pasokan bahan baku apabila tidak ditangani serius maka akan mengakibatkan krisis lebih luas pada agroindustri tapioka. Akumulasi dari krisis lokal akan berakibat kepada krisis nasional. Oleh karena itu dibutuhkan pemberdayaan kelembagaan yang komprehensif untuk pengembangan sektor strategis dalam pencapaian hasil yang optimal di suatu wilayah. Dalam jangka panjang dibutuhkan solusi yang secara struktur mampu menjamin kestabilan pasar, ketersediaan modal, informasi dan kelembagaan. Suharno, 1995 pada penelitiannya mengatakan bahwa permasalahan agroindustri ubikayu di Indonesia terkait dengan sistem perekonomian rakyat perdesaan, oleh karena itu strategi pengembangannya harus secara struktural melibatkan institusi dengan memaksimalkan peranserta pemerintah. Bentuk kelembagaan Dari pemetaan posisi industri tapioka berada pada sel IX yaitu divest atau harvest. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu kelembagaan yang mampu menumbuhkan ekonomi desa yang bertumpu pada kohesi sosial dan kolektif efisiensi sehingga mampu mencegah terjadinya krisis. Lembaga yang bertumpu pada kohesi sosial karena lembaga yang dibutuhkan bukan merupakan kumpulan modal melainkan kumpulan orang-orang yaitu para petani, para produsen tapioka kasar dan produsen tapioka halus. Lembaga yang dibentuk harus mampu meningkatkan daya tawar terhadap pasar. Lembaga yang dibentuk bertumpu pada