Sumber Daya Manusia Keuangan

2. Tidak ada lembaga yang efektif mendukung sistem tataniaga ubikayu 3. Tidak ada lembaga yang efektif mendukung tataniaga tapioka 4. Tarif bea impor yang relatif rendah 5. Kemudahan pemberian ijin impor tapioka 6. Lemahnya pengawasan penggunaan tapioka impor 7. Pasar tapioka yang monopsonistik 8. Fluktuasi harga tapioka 9. Kurangnya sarana telekomunikasi dan informasi 9. Cuaca Tahap Masukan dan Pencocokan Matriks IFE dan EFE Berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang telah dianalisis dilakukan pembobotan dan pemberian rating oleh 3 orang responden yaitu pengusaha tapioka dan para pembuat kebijakan, secara rinci disajikan pada lampiran. Pada matriks IFE dapat dilihat nilai sebesar 1,307 yang menandakan bahwa dalam rata-rata internal industri lemah atau dengan kata lain industri belum memiliki strategi yang baik dalam mengantisipasi ancaman yang ada. Berdasarkan analisis faktor-faktor eksternal, menunjukkan skor terbobot sebesar 1,741. Hal tersebut menandakan bahwa kemampuan industri untuk memanfaatkan peluang-peluang dalam mengatasi ancaman-ancaman yang dihadapi masih kurang. Tahap Pencocokan Matching Stage Matriks IE bertujuan untuk memposisikan industri ke dalam sebuah matriks yang terdiri dari 9 sel. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai IFE 1,307 dan EFE 1,741 sehingga industri berada pada sel IX matriks IE. Posisi ini menunjukkan bahwa agroindustri berbasis ubikayu tidak memiliki kekuatan internal yang lemah dan tidak memiliki kekuatan akses eksternal yang cukup untuk mengatasi ancaman dari luar dan menangkap peluang. Strategi pada posisi tersebut ialah strategi harvest atau divest, yang dapat berupa perubahan drastis dengan cepat untuk menghindari kemerosotan lebih jauh dan kemungkinan likuidasi. Gambar 24 Matrik internal eksternal Analisis krisis Dari pengujian eksistensi chaos, secara matematik diperoleh indikasi harga tapioka dan pasokan bahan baku berperilaku chaos, hal ini menunjukkan ada suatu gejala yang dapat mengindikasikan bahwa sistem agroindustri tapioka berpotensi chaos. Mengapa chaos bisa terjadi? Secara institusi terdapat ketidakstabilan ketidakseimbangan struktural yang ditandai dengan lemah dalam pengawasan perdagangan dan industri, memberlakukan pasar bebas, akses kebijakan tidak sampai kepada perekonomian perdesaan. Akibat dari hal tersebut memunculkan sistem nonopoli oleh pemodal kuat, pemodal kuat memiliki akses intervensi pasar, memiliki akses pada lembaga keuangan sebagai penunjang permodalan, memilki akses birokrasi yang secara langsung bersentuhan dengan kebijakan. Turbulensi harga tapioka sebagai dampak dari praktek monopoli industri besar dan lemahnya pengawasan pemerintah terhadap penggunaan tapioka impor. Ketika penawaran tapioka rendah dan permintaan tinggi maka harga tapioka tinggi, industri kecil tapioka berusaha untuk ikut memenuhi permintaan pasar dengan berani membeli bahan baku yang cukup tinggi pula, ternyata ketika akan memasok produknya ke pasar, begitu cepatnya pasar sudah dipenuhi oleh tapioka dari industri besar maupun tapioka impor dan harga turun. Hal ini menimbulkan lemahnya posisi tawar industri kecil. Tidak adanya jaminan harga pasar tapioka halus ini mengakibatkan tidak adanya jaminan harga pembelian tapioka kasar dan