STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI

(1)

SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI

AREN

(Arenga pinnata)

DI KABUPATEN ROKAN HULU

PROVINSI RIAU

OLEH :

ANDRIO HAFITZ

NIM. 0606120706

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN (AGROBISNIS)

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2010


(2)

SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI

AREN

(Arenga pinnata)

DI KABUPATEN ROKAN HULU

PROVINSI RIAU

OLEH :

ANDRIO HAFITZ

NIM. 0606120706

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN (AGROBISNIS)

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2010


(3)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI

AREN

(Arenga pinnata)

DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI

RIAU

OLEH :

ANDRIO HAFITZ

NIM. 0606120706

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Evy Maharani, SP, MP Ir. Susy Edwina., MSi

NIP: 197404261999032001 NIP: 196906171996032001

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Jurusan Agribisnis Universitas Riau Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Usman Pato., Msi Ir. Hj. Yusmini., MSi


(4)

SKRIPSI INI TELAH DIUJI DAN DIPERTAHANKAN DI DEPAN SIDANG TERBUKA PANITIA UJIAN SARJANA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

PADA TANGGAL 23 JANUARI 2010

NO NAMA JABATAN

1 EVY MAHARANI, SP., MP KETUA

2 Ir. SUSY EDWINA, MSi ANGGOTA

3 Ir. ERI SAYAMAR ANGGOTA

4 Ir. YUSMINI, MSi ANGGOTA

5 ROZA YULIDA, SP., MSi ANGGOTA


(5)

ANDRIO HAFITZ, dilahirkan di Pekanbaru tanggal 10 Oktober 1988, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan ANWAR FALAH dan SAMRIANI. Mengawali pendidikan formal di SD 015 Pekanbaru Kecamatan Bukit Raya Kelurahan Tangkerang Barat pada tahun 1994. Pada tahun 2000 Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 17 Pekanbaru. Pada tahun 2003 Penulis menamatkan pendidikan MA Negeri 1 Pekanbaru. Diterima di Fakultas Pertanian Universitas Riau di Jurusan Agribisnis pada tahun 2006 melalui jalur PBUD pada tahun 2006. bulan Juni sampai Agustus 2009 Penulis melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Riau di Desa Lubuk Sakai Kecamatan Kampar Kiri Tengah Kabupaten Kampar.

Pada tanggal 23 Januari 2010 Penulis berhasil menyelesaikan studi dengan judul skripsi ”Strategi Pengembangan Agroindustri Aren (Arenga pinnata)Di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau”, di dalam sidang komprehensif Penulis dinyatakan lulus dan berhak memperoleh gelar sarjana pertanian.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Strategi Pengembangan Agroindustri Aren di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau” sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan dari berbagai pihak, terutama kepada Evy Maharani, SP.,MP sebagai dosen pembimbing I dan Ir. Susy Edwina, M.Si sebagai dosen pembimbing II.

Kemudian ucapan terima kasih kepada rekan-rekan yang membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini mungkin masih terdapat kelemahan baik dari segi materi, teknik penulisan, dan dari segi bahasa yang disampaikan. Hal ini tentunya tidak lepas dari keterbatasan penulis, oleh sebab itu penulis menerima kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi dunia pertanian Indonesia.

Pekanbaru, Januari 2010


(7)

Growth Strategy of Palm Agroindustri in Rokan Hulu District, Riau Province

By: Andrio Hafitz

Under supervision by Evy Maharani, SP, MP and Ir. Susy Edwina, MSi

ABSTRACT

Agroindustry is a managing effort of agricultural produce where its basic material or especial material is come from agricultural produces. Palm agroindustry is one form of industry that use palm sugar as its raw material and processed in such way to be various type of product to consumed and marketed. This research is purposed: 1) to know the production aspect, processing aspect, technology aspect, marketing aspect and institutional aspect of palm sugar agroindustry business at Rokan Hulu Regency; 2) to compile the right development strategy for palm sugar agroindustry worker at Rokan Hulu Regency. This research is conducted from August 2009 until January 2010 in Rambah Tengah Barat Village at Rambah District, and Bangun Purba Timur Jaya Village at Bangun Purba District, Rokan Hulu Regency, riau Province by survey method using Random Sampling. Sampling from both village is conducted by random sampling method as much as 25 percent from Rambah Tengah Barat Village total 23 peoples and Bangun Purba Timur Jaya Village as much as 8 peoples. The palm swiker worker only exist in Rambah Tengah Barat Village as much as 1 respondent. The result of research strategy for palm sugar is: 1) exploiting a potencial land for palm sugar development, 2) the cultivation of palm sugar is designedly conducted by the existence of related department support, 3) strengthening a worker institute through government construction, 4) to get market opportunity with profitability of comparative and competitive firstrate, 5) to expand the processing technology of palm product. And strategi must be used by palm swiker is: 1) conducting a cultivation of palm plant, 2) improving a processing technology of palm swiker, 3) looking for market opportunity, 4) forming a worker group, 5) exploiting the promotion media to reach market.


(8)

Andrio Hafitz (0606120706) telah melaksanakan penelitian dengan judul “ Strategi Pengembangan Agroindustri Aren di Kabupaten Rokan Hulu” dibawah bimbingan Evy Maharani SP, MP sebagai pembimbing I dan Ir. Susy Edwina, MSi sebagai pembimbing II.

RINGKASAN

Agroindustri adalah suatu usaha pengelolaan hasil pertanian dimana bahan dasarnya atau bahan utamanya berasal dari hasil-hasil pertanian. Agroindustri aren adalah suatu bentuk industri yang menggunakan aren sebagai bahan bakunya untuk diolah sedemikian rupa menjadi berbagai jenis olahan untuk dikonsumsi dan dipasarkan. Aren dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku agroindustri, seperti air nira untuk bahan pembuatan gula merah, gula semut, cuka dan tuak, buah aren muda untuk membuat kolang-kaling, serta pati atau tepung dalam batang aren untuk pembuatan berbagai macam makanan atau minuman. Dalam penelitian ini diambil dua produk, yaitu gula aren dan gula semut yang berbahan baku air nira.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui aspek produksi, aspek pengolahan, aspek teknologi, aspek pemasaran dan aspek kelembagaan pada usaha agroindustri aren di Kabupaten Rokan Hulu; 2) Menyusun strategi pengembangan yang tepat bagi pengrajin agroindustri aren di Kabupaten Rokan Hulu.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga Januari 2010 di Desa Rambah Tengah Barat Kecamatan Rambah dan Desa Bangun Purba Timur Jaya di Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.

Metode yang digunakan adalah metode survei terhadap agroindustri. Penetapan agroindustri dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu agroindustri yang dominan dilakukan masyarakat yaitu agroindustri gula aren, gula semut. Pengambilan sampel dari


(9)

kedua desa dilakukan berdasarkan metode random sampling (acak sederhana) sebanyak 25 persen di Desa Rambah Tengah Barat berjumlah 23 orang dan Desa Bangun Purba semua pengrajin diambil berjumlah 8 orang. Pengrajin gula semut hanya ada di Desa Rambah Tengah Barat yaitu 1 responden.

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa agroindustri gula aren di Kabupaten Rokan Hulu pada umumnya masih bisa berkembang, karena didukung oleh ketersediaan bahan baku yang masih cukup. Namun permasalahan yang dihadapi adalah sudah banyaknya alih fungsi lahan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit dan karet. Strategi yang dilakukan adalah 1) Memanfaatkan lahan potensial untuk pengembangan aren, 2) Budidaya aren dilakukan secara terencana dengan adanya dukungan dinas terkait,

3) Memperkuat kelembagaan pengrajin melalui pembinaan dari pemerintah, 4) Meraih peluang pasar dengan memanfaatkan keunggulan komparatif dan kompetitif, 5) Mengembangkan teknologi pengolahan produk aren.

Untuk agroindustri gula semut masih mempunyai peluang yang cukup luas karena produk tersebut tidak mempunyai saingan. Untuk bahan baku gula semut sama dengan bahan baku gula aren yaitu air nira dan mudah untuk didapatkan. Namun kendala yang dihadapi oleh pengrajin adalah teknologi yang kurang baik untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Kendala lain yang dihadapi oleh pengrajin adalah semakin sulitnya mendapatkan kayu bakar sehingga kedepannya mereka harus mengeluarkan biaya untuk membelinya. Strategi yang harus mereka lakukan adalah 1) Melakukan pembudidayaan tanaman aren, 2) Mengembangkan teknologi pengolahan gula semut, 3) Mencari peluang pasar, 4) Membentuk kelompok pengrajin, dan 5) Memanfaatkan media promosi untuk meraih pasar.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... ii

RINGKASAN ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Agribisnis ... 7

2.2 Agroindustri ... 8

2.2.1. Aspek Produksi ... 10

2.2.2. Aspek Pengolahan ... ... 10

2.2.3. Aspek Teknologi ... 11

2.2.4. Aspek Pemasaran ... 11

2.2.5. Aspek Kelembagaan ... 12

2.3. Aren ... 13


(11)

2.3.2. Gula Semut ... 14

2.4. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ... 16

2.4.1. Usaha Mikro ... 17 2.4.2. Usaha Kecil ... .. 18

2.4.3. Usaha Menengah ... 19

2.5. Strategi Pengembangan ... 20

III. METODE PENELITIAN ... 22

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.4 Metode Pengambilan Sampel dan Data ... 22

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 23

3.6 Analisis Data ... 24

3.7 Konsep Operasional ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...30

4.1 Keadaan Umum Wilayah Daerah Penelitian ... 30

4.1.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah ... 30

4.2. Kependudukan ……….... 31

4.2.1. Jumlah Penduduk ………... 31

4.3. Potensi Pertanian dan Penggunaan Lahan Pertanian ... 33

4.4. Identitas Responden ... 36 4.4.1. Identitas Responden Agroindustri gula aren ... 36


(12)

4.4.2. Identitas Responden Agroindustri Gula Semut ... 37

4.5 Analisis Lingkungan Internal Dan Eksternal Agroindustri Aren ... 38

4.5.1. Gambaran Umum Agroindustri Gula Aren ... 38

4.5.1.1. Aspek Produksi ... 39

4.5.1.2. Aspek Pengolahan ... 43

4.5.1.3. Aspek Teknologi ... 46

4.5.1.4. Aspek Pemasaran ... 47

4.5.1.5. Aspek Kelembagaan ... 48

4.5.2. Gambaran Umum Agroindustri Gula Semut ... 51

4.5.2.1. Aspek Produksi ………... 52

4.5.2.2. Aspek Pengolahan ………... 53

4.5.2.3. Aspek Teknologi ………... 54

4.5.2.4. Aspek Pemasaran ………...55

4.5.2.5. Aspek Kelembagaan ……….. 56

4.6. Analisis SWOT ………... 57

4.6.1. Analisis SWOT Agroindustri Gula Aren ………... 58

4.6.2 Analisis SWOT Gula Semut ……….. 62

V. KESIMPULAN DAN SARAN.... 67

5.1. Kesimpulan ……… 67

5.2. Saran ……….. 68


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Bagan Matriks SWOT ... 25

2. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu ... 32

3. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Rokan Hulu ... 33

4. Distribusi Penggunaan Tanah di Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2007 (Ha) ... 34

5. Penyebaran tanaman aren di Kabupaten Rokan Hulu ... 35

6. Identitas Responden pada Agroindustri Gula Aren ... 36

7. Identitas Responden pada Agroindustri Gula Semut ... 38

8. Distribusi penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada Agroindustri gula aren ... 41

9. Matrik SWOT Pengembangan Agroindustri Gula Aren di kabupaten Rokan hulu ………... 59

10. Penilaian komponen-komponen SWOT pada usaha agroindustri gula aren ……….. 60

11. Pemilihan strategi usaha Agroindustri Gula Aren ………... 60

12. Matrik SWOT Pengembangan Agroindustri Gula Semut di Kabupaten Rokan hulu ………. 63

13. Penilaian komponen-komponen SWOT pada usaha agroindustri gula semut ……….... 64


(14)

14. Pemilihan komponen-komponen SWOT pada usaha

agroindustri gula semut ……….... 65

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Data statistik Dinas Perkebunan Provinsi Riau tahun 2007 ... 71

2. Identitas Responden pada Agroindustri Gula Aren ... 72

3. Luas Daerah Menurut Kecamatan dan Persentase, 2007 ... 73

4. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pada Agroindustri Gula Aren Per Proses Produksi September 2009 ………. 74

5. Gambar Proses Produksi Gula Aren dan Bahan Baku ... 76

6. Gambar Proses Produksi Gula Semut... 78

7. Gambar Bahan Penunjang Pengolahan Gula Aren dan Gula Semut... 80

8. Surat Keterangan dari Kecamatan Rambah ... ... 81

9. Surat Keterangan dari Kecamatan Bangun Purba ... 82


(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian harus disertai dengan pengembangan industri, baik industri hulu maupun industri hilir agar dapat mendayagunakan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif dengan sistem pertanian terintegrasi dengan agribisnis dan agroindustri, yang berpijak pada efisiensi, produktivitas, kualitas serta nilai tambah, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapan manajemen moderen, mewujudkan pelaku pertanian yang profesional dan beretos kerja industri (pertanian berdaya industri) serta mewujudkan pertanian sebagai wahana untuk menciptakan keadaan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah Indonesia telah menetapkan sasaran yang hendak dicapai dalam Pembangunan Jangka Panjang yaitu struktur perekonomian bangsa yang seimbang, artinya ada sektor industri yang kuat didukung oleh sektor pertanian yang tangguh. Visi pembangunan pertanian adalah mewujudkan sistem pertanian yang pengelolaannya didasarkan pada pendekatan industri.

Berdasarkan perkembangan berbagai industri yang tercakup dalam agroindustri sejak dua abad silam sampai ke penghujung abad ke-20 agroindustri perkebunan dan agroindustri pangan merupakan industri yang relatif mapan dan berkembang lebih baik dibandingkan sektor yang lain. Agroindustri sebagai subsistem dalam agribisnis merupakan sektor andalan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga pemerintah harus memberikan perhatian intensif terhadap pengembangan agribisnis khususnya agroindustri yang ditopang oleh pertanian yang tangguh. Oleh karena itu di


(16)

Provinsi Riau saat sekarang ini terus berupaya didalam mengembangkan sektor pertanian, salah satu subsektor pertanian yang sedang berkembang pesat adalah sektor perkebunan aren.

Aren dengan nama ilmiah Arenga pinnata sudah sejak lama dikenal para petani kita sebagai tanaman bernilai ekonomis. Namun hingga kini masukan ilmu dan teknologi pada aren masih sangat minimum. Berbeda dengan kelapa dan kelapa sawit, tanaman sefamili aren. Jumlahnya secara pasti belum diketahui tapi diyakini potensi aren di Indonesia luar biasa besar yang tersebar mulai dari daerah pantai sampai ke pegunungan. Agribisnis berbasis aren menghasilkan produk utama gula merah dan gula kristal (gula semut) yang bisa menjadi sumber gula alternatif disamping produk lainnya yaitu kolang-kaling dan sagu.

Pada tahun 2004 Dinas Perindustrian dan Perdagangan bekerjasama dengan Dinas Perkebunan membudidayakan pohon aren ini di lahan seluas lebih kurang 4 ha. Namun bibit-bibit yang telah ditanam dilahan hanya 30 persen yang bertahan hidup, sedangkan pohon aren membutuhkan waktu selama 6 - 7 tahun untuk bisa berproduksi (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rokan Hulu, 2008).

Pada tahun 2007 luas areal perkebunan aren di Kabupaten Rokan Hulu adalah 14,23 ha dari 5 Kecamatan, dengan jumlah produksi 11,59 ton. Oleh karena itu sudah sepantasnya pemerintah memberikan dukungan moril maupun materil terhadap sektor ini demi meningkatkan perekonomian masyarakat, baik dari segi peningkatan produksi dengan budidaya yang intensif maupun pengembangan peluang pasar, sistem pemasaran yang baik, dan agroindustri (Dinas Perkebunan dan BPS Rokan Hulu, 2007).


(17)

Dengan demikian komoditas aren merupakan salah satu komoditas perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Aren dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku agroindustri yang berkembang di Kabupaten Rokan Hulu, seperti air nira untuk bahan pembuatan gula merah, gula semut, cuka dan tuak, buah aren muda untuk membuat kolang-kaling, serta pati atau tepung dalam batang aren untuk pembuatan berbagai macam makanan atau minuman. Dalam penelitian ini diambil dua produk, yaitu gula aren dan gula semut yang berbahan baku air nira. Alasan penulis mengambil dua produk ini adalah karena prospeknya sangat baik, dilihat dari produk yang dihasilkan selalu terjual habis dan merupakan usaha yang dominan dilakukan oleh pengrajin di Kabupaten Rokan Hulu. Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rokan Hulu (2008) produk gula aren ini sudah berkembang sebanyak 30 unit usaha dengan rata-rata perorangan bisa memproduksi sekitar 5 kg/ hari, 500 kg/ minggu dan 2 ton/ bulan, sedangkan untuk gula semut hanya satu unit usaha yang ada.

Pada saat sekarang ini harga gula aren relatif stabil, yaitu Rp 15.000/kg. Gula aren ini dijual dalam bentuk padat seperti batu bata, dimana satu kilogram gula aren ini terdiri dari dua buah padatan dengan berat masing-masing adalah 0,5 kg (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2008). Harga yang relatif stabil ini disebabkan oleh tingkat permintaan pasar yang juga cenderung stabil. Artinya, semua produksi aren ini habis terjual dipasaran. Hampir setiap rumah tangga di sentra-sentra produksi gula aren di Kabupaten Rokan Hulu memproduksi gula aren dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namun, lain halnya dengan gula semut yang tidak setiap rumah tangga dapat memproduksinya, karena membutuhkan ketrampilan dan memakai alat-alat khusus.


(18)

Agroindustri yang terdapat di Kabupaten Rokan Hulu ini temasuk ke dalam agroindustri skala kecil. Agroindustri skala kecil ini belum menunjukkan perkembangan yang signifikan. Namun, untuk pelaku agroindustri yang dibina oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Rokan Hulu lebih menunjukkan perkembangan yang baik, bisa dilihat dari segi kemasan yang telah dibuat lebih menarik dan modern. Akan tetapi berbagai keterbatasan yang dimiliki sebagian besar pengrajin agroindustri aren ini belum bisa melakukannya sehingga membuat mereka melakukan usaha apa adanya.

Beberapa kendala utama dalam pengembangan agroindustri yaitu kemampuan teknologi, kualitas sumberdaya manusia (SDM), belum tercapainya iklim yang kondusif dan infrastruktur pendukung pengembangan agroindustri yang masih terbatas serta pemasaran dan distribusi yang belum berkembang. Terlebih pada saat ini salah satu industri yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah dalam pengembangannya adalah agroindustri skala kecil yang ada pada suatu daerah.

Agroindustri di Kabupaten Rokan Hulu yang merupakan sektor industri menjadi salah satu tumpuan pengembangan ekonomi karena mampu dikerjakan oleh masyarakat pedesaan dan dapat menjadi lapangan pekerjaan. Untuk itu perlu adanya suatu sistem yang dapat membantu pengrajin agroindustri aren ini agar tetap dan terus meningkatkan produksinya. Salah satu cara adalah menciptakan formulasi strategi perencanaan jangka panjang sehingga dapat membantu dalam mengembangkan usaha agroindustri aren di Kabupaten Rokan Hulu pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.


(19)

Melihat potensi Kabupaten Rokan Hulu sebagai sentra tanaman aren, sebagian besar masyarakat memanfaatkan aren menjadi produk yang lebih memiliki nilai jual tinggi dan berdaya saing dengan penerapan dalam bentuk usaha agroindustri. Namun usaha yang dirintis sejak zaman nenek moyang mereka ini belum menunjukkan perkembangan yang begitu baik dan belum tentu menjamin keeksistensian usahanya dikarenakan adanya alih fungsi lahan ke komoditas perkebunan yang tergolong cepat menghasilkan, seperti karet dan kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena masyarakat yang berada di Kabupaten Rokan Hulu ini beranggapan bahwa pohon aren membutuhkan waktu yang lama untuk memproduksi air nira sebagai bahan baku gula aren maupun gula semut. Pohon aren yang bisa disadap untuk memperoleh air nira adalah yang berumur 6-7 tahun, karena pada umur inilah pohon aren baru memproduksi air nira, sedangkan pohon aren ini memiliki umur produksinya lebih kurang 5 tahun.

Menurut Soekartawi (2003), ada beberapa aspek yang dapat mendukung perkembangan agroindustri, yaitu aspek produksi (bahan baku, tenaga kerja, modal, manajemen), aspek pengolahan (waktu dan tempat pengolahan, diversifikasi produk, jumlah produksi), aspek teknologi (teknologi yang digunakan, penguasaan teknologi oleh karyawan, pengaruh teknologi terhadap produksi), aspek pemasaran (distribusi pemasaran), aspek kelembagaan (lembaga keuangan, organisasi dan Koperasi Unit Desa). Aspek-aspek tersebut akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan usaha agroindustri milik masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana aspek produksi, aspek pengolahan, aspek teknologi, aspek pemasaran dan aspek kelembagaan pada usaha agroindustri aren di Kabupaten Rokan Hulu.


(20)

2. Bagaimana strategi pengembangan yang tepat bagi pengrajin agroindustri aren di Kabupaten Rokan Hulu.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui aspek produksi, aspek pengolahan, aspek teknologi, aspek pemasaran dan aspek kelembagaan pada usaha agroindustri aren di Kabupaten Rokan Hulu.

2. Menyusun strategi pengembangan yang tepat bagi pengrajin agroindustri aren di Kabupaten Rokan Hulu.

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pengrajin dalam mengembangkan usahanya dengan memperhatikan aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Kemudian memberikan gambaran tentang kondisi dan strategi pengembangan agroindustri aren di Kabupaten Rokan Hulu serta memberikan informasi kepada peneliti maupun pihak-pihak yang membutuhkan untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Agribisnis

Agribisnis pada dasarnya merupakan kegiatan yang luas, mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi pertanian hingga ke pemasaran produk-produk yang dihasilkan baik dari produk usahatani maupun komoditas olahan. Dengan demikian agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa subsistem. Pertama, subsistem hulu, meliputi kegiatan ekonomi yang menghasilkan dan memperdagangkan sarana produksi pertanian primer seperti industri pupuk, pestisida, benih, alat dan mesin pertanian serta industri lainnya. Kedua, subsistem usahatani, merupakan kegiatan proses produksi mulai dari pengolahan tanah, penanaman sampai pada pemasaran. Ketiga, subsistem agribisnis hilir, yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian menjadi produk olahan, baik dalam bentuk siap untuk dimasak maupun dikonsumsi beserta kegiatan pemasarannya baik pada pasar domestik maupun pasar internasional. Keempat, subsistem jasa layanan pendukung seperti lembaga keuangan dan pembiayaan, transformasi, penyuluhan, dan layanan informasi agribisnis, penelitian dan pengembangan, kebijakan pemerintah, asuransi agribisnis dan lain-lainnya (Yasin, 2002).

Sistem agribisnis adalah perangkat kegiatan ekonomi masyarakat yang mewadahi proses transformasi dan pembentukan nilai tambah yang saling terkait dari hulu sampai hilir, sumberdaya, usahatani (budidaya) dan pasca panen, juga termasuk kegiatan agroindustri (Susilo, 2008).

Menurut Soekartawi (2003) ada beberapa alasan mengapa agribisnis dipilih sebagai salah satu pendekatan pembangunan pertanian yaitu: 1) Dengan agribisnis maka


(22)

suatu komoditas dapat dikelola secara efisien dengan kualitas (segar maupun olahannya) cukup tinggi, sehingga produk mampu bersaing di pasar; 2) Dengan kegiatan agribisnis dapat meningkatkan nilai tambah komoditas yang dihasilkan sehingga merupakan peluang bagi petani untuk meraih pendapatan yang lebih tinggi; 3) Agribisnis berpeluang besar untuk menampung tenaga kerja yang lebih banyak atau bahkan mendorong terciptanya kesempatan kerja baru.

2.2. Agroindustri

Agroindustri adalah perusahaan yang mengolah bahan-bahan yang berasal dari tanaman dan hewan. Pengolahan meliputi transformasi dan pengawetan melalui perubahan fisik atau kimia, penyimpanan, pengemasan, dan distribusi. Sistem agroindustri terdiri dari 4 subsistem yang terkait, yaitu: 1) Subsistem rantai produksi yang mencakup aktivitas proses suatu produk yang memanfaatkan bahan baku yang bersumber dari kegiatan pasca panen, proses pengolahan, dan peralatan dan mesin agroindustri; 2) Subsistem kebijakan yang mencakup aktivitas yang terkait dengan perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan agroindustri; 3) Subsistem institusional atau kelembagaan yang mencakup aktivitas yang terkait dengan manajemen pengelolaan usaha agroindustri; 4) Subsistem distribusi dan pemasaran atau internasional yang mencakup aktivitas yang terkait dengan transportasi, distribusi, dan yang menyangkut interdependensi antara suatu negara dengan pasar internasional (Didu, 2000).

Berdasarkan pengertian tersebut terlihat adanya kesamaan antara pengertian agribisnis dan agroindustri. Agroindustri lebih menitikberatkan pada analisis pemanfaatan produk pertanian sebagai bahan baku untuk diolah menjadi produk yang siap dimanfaatkan dan dikonsumsi atau siap diolah lebih lanjut menjadi produk baru oleh


(23)

suatu lembaga yang dikelola dengan manajemen profesional untuk memasuki pasar baik domestik maupun global.

Agroindustri dapat diartikan 2 hal yaitu: 1) Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian dengan menekankan pada manajemen pengelolaan, maka dalam suatu perusahaan produk olahan dimana minimal 20 persen dari jumlah bahan baku yang digunakan adalah dari pertanian; 2) Agroindustri adalah suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan, tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri (Soekartawi, 2000).

Soekartawi (2003), menyebutkan bahwa bila pembangunan pertanian berhasil, maka pembangunan agroindustri juga berhasil. Begitu pula sebaliknya, bila pembangunan pertanian gagal, maka pembangunan agroindustripun sulit untuk berkembang. Hal ini dapat dimengerti karena sebagian besar input atau bahan baku dari agroindustri berasal dari pertanian. Pada intinya, peran agroindustri dalam perekonomian nasional suatu negara adalah sebagai berikut: 1) mampu meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis khususnya dan pendapatan masyarakat pada umumnya; 2) mampu menyerap tenaga kerja; 3) mampu meningkatkan perolehan devisa; 4) mampu menumbuhkan industri yang lain, khususnya industri pedesaan.

Soekartawi (2003), ada beberapa aspek yang dapat mendukung perkembangan agroindustri, yaitu aspek produksi (bahan baku, tenaga kerja, modal, manajemen), aspek pengolahan (waktu dan tempat pengolahan, diversifikasi produk, jumlah produksi), aspek teknologi (teknologi yang digunakan, penguasaan teknologi oleh karyawan, pengaruh teknologi terhadap produksi), aspek pemasaran (distribusi pemasaran), aspek kelembagaan (lembaga keuangan, organisasi dan Koperasi Unit Desa).


(24)

2.2.1. Aspek Produksi

Ketersediaan bahan baku yang kontinu merupakan faktor utama didalam melakukan suatu kegiatan produksi, baik tersedia secara tepat waktu, kuantitas maupun kualitas sehingga menjamin penampilan perusahaan dalam waktu yang relatif lama (Soekartawi, 2001). Kegiatan produksi perlu ditunjang oleh tenaga kerja, modal serta manajemen yang baik. Pengelolaan tenaga kerja dalam proses produksi, meliputi kegiatan yang memastikan bahwa kebutuhan tenaga kerja akan dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan produksi, seperti tingkat keterampilan, tingkat pendidikan dan lain sebagainya, agar sasaran kinerja dapat dicapai sesuai dengan rencana. Modal dan manajemen yang baik merupakan faktor yang sangat penting didalam suatu proses produksi. Dengan adanya modal serta manajemen usaha yang baik diharapkan dapat meningkatkan kualitas produksi agroindustri.

2.2.2. Aspek Pengolahan

Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen kedua dalam kegiatan agribisnis setelah komponen produksi pertanian. Banyak pula dijumpai petani yang tidak melaksanakan pengolahan hasil yang disebabkan oleh berbagai sebab, padahal disadari bahwa kegiatan pengolahan ini dianggap penting, karena dapat meningkatkan nilai tambah. Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan diantaranya sebagai berikut: 1) Meningkatkan nilai tambah; 2) Meningkatkan kualitas hasil; 3) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja; 4) Meningkatkan keterampilan produsen; dan 5) Meningkatkan pendapatan produsen (Soekartawi, 2003). Salah satu cara untuk meningkatkan nilai jual produk serta menambah pendapatan pengrajin adalah


(25)

dengan melakukan diversifikasi. Jumlah produksi yang meningkat merupakan suatu peluang untuk meningkatkan pendapatan pengrajin.

2.2.3. Aspek Teknologi

Menurut Susilo (2008), teknologi merupakan suatu alat pembantu untuk suatu jenis kegiatan yang dapat membuat suatu kegiatan tersebut efisien dari segi waktu dan penggunaan serta efektif dari segi tempat/lokasi, sehingga kualitas dan kuantitas yang dihasilkan lebih baik. Kebudayaan akan sangat berpengaruh terhadap penggunaan teknologi, selain pendidikan, keterampilan untuk menggunakan teknologi juga sangat dibutuhkan. Kehadiran teknologi jika tanpa keahlian untuk menggunakannya juga dianggap sia-sia. Hal ini disebabkan karena keterbatasan sumberdaya permodalan, hambatan teknologi dan rendahnya efektivitas kelembagaan yang mampu melaksanakan fungsi-fungsi strategis.

2.2.4. Aspek Pemasaran

Pemasaran merupakan hal yang sangat penting didalam suatu kegiatan usaha, karena pasar merupakan tempat transaksi terakhir dari proses produksi yang telah dilaksanakan oleh produsen. Bila mekanisme pemasaran berjalan baik, maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan (Soekartawi, 2003). Pemilihan saluran distribusi yang tepat merupakan hal yang sangat penting untuk menyampaikan produk ke tempat pasar sasaran. Akan tetapi, hal ini biasanya tidak cukup untuk memastikan bahwa produk itu tersedia dan dalam jumlah yang tepat.

2.2.5. Aspek Kelembagaan

Untuk menunjang suatu usaha kecil dan menengah aspek kelembagaan sangatlah diperlukan. Peran lembaga pemerintah didalam melakukan bimbingan dan arahan kepada


(26)

para pengrajin merupakan hal yang harus mereka berikan. Pemberian bantuan teknis maupun konsultasi pada usaha berbasis keluarga sangatlah penting untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menjalankan usahanya, meningkatkan wawasan, alih pengalaman, dan memberikan motivasi kepada pelaku usaha. Lemahnya pembinaan dan penerapan jaminan mutu mempunyai andil terhadap rendahnya mutu produk yang dihasilkan agroindustri (Susilo, 2008). Lembaga keuangan merupakan lembaga penunjang sebagai sumber permodalan dan sumber investasi yang sangat dibutuhkan oleh pengrajin. Dengan adanya lembaga keuangan diharapkan pengrajin dapat meminjam modal untuk pengembangan usaha agroindustri. Koperasi merupakan kumpulan orang-orang untuk mengadakan kerjasama dan bukan merupakan konsentrasi modal. Peranan dan tugas koperasi Indonesia ialah membangun ekonomi dan mengembangkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya (Sudarsono, 2002). Jika koperasi dapat dikembangkan di lingkungan pengrajin, maka akan sangat membantu terhadap pengrajin, terutama dalam meminjam modal.

2.3. Aren

Pohon aren atau enau merupakan tanaman tahunan yang berumur panjang, sehingga dapat dimanfaatkan setiap saat, tanpa tergantung musim. Nama Latin dari tanaman ini adalah Arenga pinnata yang merupakan salah satu anggota famili Falmaceae. Umumnya pohon aren tumbuh secara liar, tanpa upaya pembudidayaan. Hambatan utama dalam membudidayakan tanaman ini adalah lamanya waktu perkecambahan biji, akibat kulitnya yang keras dan tebal.


(27)

Beberapa daerah di Indonesia, ada penduduk yang dengan sengaja menanam pohon aren dengan cara memindahkan anakan yang berasal dari sekitar tanaman induknya atau yang berasal dari buah aren yang disebarkan oleh musang, babi hutan, monyet, dan sebagainya. Hewan tersebut tidak dapat mencerna buah aren dengan baik, sehingga keluar bersama fesesnya dalam bentuk yang masih utuh. Jika lingkungan memungkinkan, biji tersebut akan berkecambah dan tumbuh subur menjadi tanaman aren (Wikipedia, 2006).

2.3.1. Gula Aren

Istilah gula merah biasanya diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan. Secara umum cara pengambilan cairan ini sebagai berikut :

 Bunga mayang yang belum diikat kuat (kadang - kadang dipres dengan 2 batang kayu) pada bagian pangkalnya sehingga proses pemekaran bunga menjadi terhambat. Sari makanan yang seharusnya dipakai untuk pemekaran bunga menumpuk menjadi cairan gula.

 Setelah penumpukan cairan gula berhenti, batang mayang diiris-iris untuk mengeluarkan cairan gula secara bertahap. Cairan biasanya ditampung dengan "timba" yang terbuat dari daun pohon palma tersebut.

 Cairan yang ditampung diambil secara bertahap, biasanya 2 - 3 kali. Cairan ini kemudian dipanaskan dengan api sampai kental. Setelah benar - benar kental, cairan dituangkan ke mangkok-mangkok yang terbuat dari daun palma dan siap dipasarkan. Gula merah sebagian besar dipakai sebagai bahan baku kecap manis.


(28)

Komposisi nira hasil penyadapan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya varietas, umur, kesehatan tanaman, tanah, iklim dan budidaya tanaman. Hasil nira akan mencapai maksimum bila penyadapan dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore. Nira yang baru diambil dapat langsung diminum. Pohon aren bisa mulai disadap niranya (sari buah manisnya) setelah ada bunga jantan kira-kira pada umur 8-10 tahun, semenjak itu pohon dapat disadap niranya selama 3-4 tahun (Suseno, 1992).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Efendi (2006), proses pengolahan nira menjadi gula aren di Desa Ranbah Tengah Barat, Kecamatan Rambah masih bersifat sangat tradisional yaitu tahapan persiapan bahan baku, pemasakan nira yang telah disaring terlebih dahulu dengan menggunakan tungku dan kayu bakar, pendinginan atau pencetakan dan pengepakan/ pengemasan.

2.3.2. Gula Semut

Gula semut merupakan gula merah versi bubuk dan sering pula disebut orang sebagai gula kristal. Dinamakan gula semut karena bentuk gula ini mirip rumah semut yang bersarang di tanah. Bahan dasar untuk membuat gula semut adalah nira dari pohon kelapa atau pohon aren (enau). Karena kedua pohon ini masuk jenis tumbuhan palmae maka dalam bahasa asing, secara umum gula semut hanya disebut sebagai Palm Sugar atau Palm Zuiker. Permintaan akan gula semut terus meningkat dari waktu ke waktu ini tidak lepas dari usaha para produsen gula semut yang terus melakukan pendidikan pasar. Terutama terhadap target pasar industri yang sangat mempertimbangkan efisiensi, mereka terus menonjolkan sisi kepraktisan dari gula semut dibandingkan dengan menggunakan gula merah biasa (Wikipedia, 2007).


(29)

Prinsip membuat gula semut tidak berbeda dari membuat gula aren cetak biasa. Namun yang kita perlukan adalah nira segar, warna bening kekuningan dan berbau harum. Nira yang sudah mengalami proses peragian atau cenderung menjadi lahang (cuka aren) tidak akan bisa menjadi gula semut. Untuk mendapatkan bahan baku gula semut yang prima, nira hasil pengumpulan sehari langsung dipanaskan dalam sebuah wajan. Bila jumlahnya tidak mencukupi, calon gula semut ini dibiarkan sejenak di kuali untuk menunggu hasil sadapan berikutnya menumpuk "calon gula semut" seperti ini memang paling aman dari pada menimbun nira dalam bentuk cairan. Ketika hasil sadapan yang baru turun, nira segar ini langsung diceburkan ke adonan calon gula tadi untuk dipanaskan lebih lanjut. Selama proses pemasakan, api harus dijaga, jangan sampai terlalu besar untuk mencegah jangan sampai api menjilat permukaan kuali. Kalau ini dibiarkan, sirup gula akan gosong, berwarna hitam, rasanya pahit dan keharumannyapun menghilang berganti dengan bau asap. Tujuan dari pemanasan adalah menguapkan kandungan air sehingga yang tertinggal adalah sirup gula kental. Tanda-tandanya adalah membutuhkan tenaga ekstra saat mengaduk dan apabila dituang, sirup gula jatuhnya tidak mengucur melainkan terputus-putus. Sampai ditahap ini terjadi perbedaan perlakuan antara gula cetak aren dan gula semut aren. Gula aren yang akan dicetak, langsung dituang ke dalam potongan-potongan bambu atau setengah tempurung kelapa.

Sementara calon gula semut, dibiarkan sejenak. Setelah agak dingin baru diaduk-aduk kembali agar pengurangan panasnya terjadi secara merata. Pengdiaduk-adukan dilakukan dalam wajan yang sama dengan menggunakan sebatang kayu pendek sampai gula tersebut mengkristal. Setelah beberapa lama pengadukan diteruskan dengan punggung


(30)

batok kelapa bergagang dengan tujuan agar kristal-kristal gula lebih halus dan merata (Indrawarto, 2008).

2.4. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Sejauh ini cukup banyak instansi, badan dan atau lembaga yang secara langsung dan tidak langsung membina UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Hasilnya memang ada, tetapi tidak signifikan mengubah struktur ekonomi Indonesia. Sebagaimana dapat dilihat dalam data resmi, keberadaan UMKM yang tidak permanen justru semakin banyak. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan cara pandang dan paradigma pengembangan UMKM.

Menurut Anonim (2008) pengertian mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Uraian mengenai pengertian tersebut dapat dilihat di bawah ini:

2.4.1. Usaha Mikro

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi Kriteria Usaha Mikro yaitu: 1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; 2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Ditinjau berdasarkan aspek permodalannya, Usaha Mikro berbeda dengan Usaha Kecil maupun Usaha Menengah. Adapun ciri-ciri


(31)

Usaha Mikro menurut Tanjung (2008) adalah : 1) Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti.; 2) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat; 3) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha; 4) Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai; 5) Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah; 6) Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank; 7) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. Meskipun demikian, usaha mikro memiliki kelebihan sebagai berikut : 1) Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang; 2) Tidak sensitif terhadap suku bunga; 3) Tetap berkembang walaupun dalam situasi krisis ekonomi dan moneter; 4) Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

2.4.2. Usaha Kecil

Definisi Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil yaitu, memiliki kekayaan lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil


(32)

penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Ciri-ciri Usaha Kecil menurut Tanjung (2008), antara lain : 1) Jenis barang atau komoditi yang diusahakan umumnya sudah tidak gampang berubah; 2) Lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah; 3) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha; 4) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP; 5) Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwirausaha; 6) Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal; 7) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning.

Selanjutnya menurut Jatmiko (2005) dikemukakan bahwa karakteristik dari Usaha Kecil pada umumnya adalah :

 Dikelola oleh pemiliknya

 Modal terbatas

 Jumlah tenaga kerja terbatas

 Berbasis keluarga atau rumah tangga

 Lemah dalam pembukuan

 Manajemen usaha sangat tergantung pada pemilik

2.4.3. Usaha Menengah

Definisi Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik


(33)

langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih dan hasil sebagai berikut : 1) Memiliki kekayaan lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; 2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Secara umum ciri-ciri Usaha Menengah menurut Tanjung (2008) meliputi : 1) Umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih moderen, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi; 2) Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan; 3)Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dan lain sebagainya; 4) Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dan lain-lain; 5) Sudah memiliki akses terhadap sumber-sumber pendanaan perbankan; 6) Umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

Secara umum pengertian UMKM adalah usaha yang memproduksi barang dan jasa yang menggunakan bahan baku utama berbasis pada pendayagunaan sumber daya alam, bakat dan karya seni tradisional dari daerah setempat. Adapun ciri-ciri UMKM meliputi :

 Bahan baku mudah diperoleh


(34)

 Keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun-temurun

 Bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup banyak

 Peluang pasar cukup luas, sebagian besar produknya terserap di pasar lokal/domestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi untuk diekspor

 Beberapa komoditi tertentu memiliki ciri khas terkait dengan karya seni budaya daerah setempat

 Melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat

 Secara ekonomis menguntungkan

2.5. Strategi Pengembangan

Rangkuti (1997), menyatakan bahwa analisis SWOT adalah instrumen untuk merumuskan strategi yang didasarkan kepada logika yang dapat memanfaatkan kekuatan (Strength), peluang (Opportunities), dan bersama juga mengurangi kelemahan (Weaknesses), dan ancaman (Threats), faktor kekuatan dan kelemahan merupakan aspek-aspek yang terdapat dari dalam lingkungan pengrajin, sedangkan faktor peluang dan ancaman merupakan aspek-aspek yang terdapat diluar lingkungan pengrajin. Untuk melakukan analisis SWOT ini bisa dibuat suatu matriks dimana masing-masing sel dalam matriks tersebut dapat diisi, yang kemudian dapat menghasilkan strategi-strategi yang tepat.

1. Strength adalah menunjukkan pada kekuatan kompetitif dan kemampuan khusus lainnya yang dapat digunakan pada perusahaan dalam dunia bisnis.

2. Weaknesses adalah hambatan yang menghalangi pergerakan atau kemajuan pada arah-arah tertentu.


(35)

3. Opportunities merupakan suatu kebutuhan dimana perusahaan dapat melakukannya secara menguntungkan.

4. Treath adalah penolakan yang diajukan oleh tren atau perkembangan yang tidak menguntungkan yang mengarahkan pada keberadaan pertahanan aksi pemasaran, penjualan atau kemerosotan keuntungan.


(36)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rambah Tengah Barat Kecamatan Rambah dan Desa Bangun Purba Timur Jaya di Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Rokan Hulu. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan kecamatan ini merupakan sentra produksi aren di Kabupaten Rokan Hulu dan telah berkembang agroindustri aren dalam bentuk industri rumah tangga.

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu bulan Agustus 2009 hingga Januari 2010, mulai dari pengamatan, survei sampai dengan penelitian langsung kelapangan dan pengolahan data yang diperoleh, yang terdiri dari tahap pembuatan proposal, pengumpulan data serta penulisan laporan akhir.

3.2. Metode Pengambilan Sampel dan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei terhadap agroindustri. Metode survei ini sangat berguna untuk memperoleh informasi yang sama, atau sejenis dari berbagai kelompok atau orang, karena data yang diperoleh dengan wawancara secara pribadi dan langsung.

Penetapan lokasi ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian adalah agroindustri di Desa Rambah Tengah Barat Kecamatan Rambah dan Desa Bangun Purba Timur Jaya Kecamatan Bangun Purba. Penetapan agroindustri dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu agroindustri yang dominan dilakukan masyarakat yaitu agroindustri gula aren dan gula semut.


(37)

Pengrajin gula aren berdasarkan survei yang dilakukan di Desa Rambah Tengah Barat berjumlah 90 orang, dan di Desa Bangun Purba berjumlah 8 orang. Pengambilan sampel di Desa Rambah Tengah Barat dilakukan berdasarkan metode random sampling (acak sederhana) sebanyak 25 persen berjumlah 23 orang dan Desa Bangun Purba Timur Jaya semua pengrajin diambil sebagai responden dengan menggunakan metode sensus berjumlah 8 orang. Pengrajin gula semut hanya ada di Desa Rambah Tengah Barat yaitu 1 responden.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah menggabungkan studi lapangan dan studi pustaka yaitu dengan mempelajari literatur (buku, jurnal, majalah, dan karya tulis relevan) dan studi lapangan dengan wawancara yang menggunakan kuesioner dan dilakukan observasi.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara berdasarkan kuesioner terhadap pengrajin, key informan (Dinas terkait, Kepala Desa, Pemuka / Tokoh Masyarakat). Data primer yang diambil adalah identitas pengrajin agroindustri (umur, pendidikan, pengalaman agroindustri, tanggungan keluarga), aspek produksi (bahan baku, tenaga kerja, modal dan manajemen), aspek pengolahan (waktu dan tempat pengolahan, diversifikasi produk, jumlah produksi), aspek teknologi (teknologi yang digunakan, penguasaan teknologi, pengaruh teknologi terhadap produksi), aspek pemasaran (distribusi pemasaran), aspek kelembagaan (lembaga keuangan, organisasi dan KUD). Data sekunder diperoleh dari literatur yang mendukung dan instansi terkait. Data yang dikumpulkan bersamaan dengan penelitian Sispa Pebrian dengan judul Strategi


(38)

Pemasaran Produk Olahan Aren (Arenga pinnata) di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau dan Wynda Maya Lestari dengan judul Analisis Finansial Agroindustri Aren

(Arenga pinnata) di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.

3.4. Analisis Data

Data primer ditabulasi dan dikelompokkan sesuai tujuan penelitian dan dianalisis. 1. Mengetahui aspek produksi (bahan baku, tenaga kerja, modal dan manajemen), aspek pengolahan (waktu dan tempat pengolahan, diversifikasi produk, jumlah produksi), aspek teknologi (teknologi yang digunakan, penguasaan teknologi, pengaruh teknologi terhadap produksi), aspek pemasaran (distribusi pemasaran), aspek kelembagaan (lembaga keuangan, organisasi dan KUD), informasi yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

2. Menyusun strategi pengembangan yang tepat bagi pengrajin agroindustri aren di Kabupaten Rokan Hulu yang dilihat dari faktor internal (kekuatan, kelemahan) dan faktor eksternal (peluang, ancaman) perusahaan maka digunakan anlisis SWOT (Rangkuti, 1997).

Penggunaan analisis SWOT sangat membantu untuk menyusun suatu strategi dengan mengkombinasikan aspek-aspek kekuatan dan kelemahan dalam faktor internal dan dengan aspek-aspek peluang dan ancaman pada faktor eksternal. Ada empat strategi altenatif yaitu:

1. Strategi SO

Adalah strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki merebut peluang sebesar-besarnya.


(39)

2. Strategi ST

Adalah strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki agroindustri untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO

Adalah strategi yang memanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT

Adalah strategi yang berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindarkan ancaman.

Untuk lebih jelasnya strategi yang telah disusun dapat dilihat pada matriks berkut: Tabel 1. Bagan Matriks SWOT

INTERNAL

EKSTERNAL

Strengths (S) Daftar kekuatan internal

Weaknesses (W) Daftar kelemahan internal Opportunities (O)

Daftar peluang eksternal

Strategi SO Strategi WO

Threats (T)

Daftar ancaman eksternal Strategi ST Strategi WT

Untuk memilih strategi yang baik diterapkan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tentukan unsur-unsur SWOT yang ada yaitu S, W, O, dan T.

2. Beri nilai untuk masing-masing faktor menurut urutan pentingnya unsur tersebut terhadap kondisi agroindustri dengan memberi skala mulai dari 3 (sangat penting), 2 (penting), 1 (tidak penting).


(40)

3. Tentukan alternatif strategi berdasarkan kombinasi masing-masing, yaitu alternatif strategi SO, ST, WO, dan WT berdasarkan kombinasi faktor internal dan faktor eksternal.

4. Tentukan keterkaitan antara alternatif strategi dengan unsur-unsur SWOT yang telah dibuat.

5. Hitung bobot masing-masing alternatif strategi berdasarkan penjumlahan nilai masing-masing unsur yang terkait dengan strategi itu.

6. Menanyakan kepada pihak-pihak yang terkait setelah itu baru mengeluarkan strategi yang tepat.

3.5. Konsep Operasional

Indikator-indikator dalam suatu penelitian adalah data atau informasi yang diperlukan sehingga memudahkan pengukuran dari masing-masing variabel. Adapun konsep operasional tersebut adalah:

1. Agribisnis adalah suatu kegiatan yang dimulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi pertanian hingga ke pemasaran produk-produk yang dihasilkan baik produk usaha tani maupun produk olahan.

2. Agroindustri adalah suatu usaha pengelolaan hasil pertanian dimana bahan dasarnya atau bahan utamanya berasal dari hasil-hasil pertanian.

3. Agroindustri aren adalah suatu bentuk industri yang menggunakan aren sebagai bahan bakunya untuk diolah sedemikian rupa menjadi berbagai jenis olahan untuk dikonsumsi dan dipasarkan.


(41)

4. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 adalah usaha yang memproduksi barang dan jasa yang menggunakan bahan baku utama berbasis pada pendayagunaan sumber daya alam, bakat dan karya seni tradisional dari daerah setempat.

5. Air nira adalah sari pati yang dikeluarkan dari bunga pohon aren.

6. Gula aren adalah jenis gula yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon aren.

7. Gula semut merupakan gula merah versi bubuk dan sering pula disebut orang sebagai gula kristal yang mempunyai bahan dasar nira dari pohon aren atau pohon kelapa. 8. Strategi adalah semua kegiatan yang direncanakan serta melaksanakannya dengan

melihat faktor internal (kekuatan, kelemahan) dan faktor eksternal (peluang, ancaman) serta memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan agroindustri.

9. Strategi pengembangan agroindustri adalah semua kegiatan yang direncanakan serta melaksanakannya dengan melihat faktor internal (kekuatan, kelemahan) dan faktor eksternal (peluang, ancaman) dengan memanfaatkan sumberdaya hasil pertanian untuk mencapai tujuan agroindustri.

10. Aspek produksi adalah segala aspek yang berkaitan dengan bahan baku, tenaga kerja, modal dan manajemen.

11. Aspek pengolahan adalah segala aspek yang berkaitan dengan waktu pengolahan, tempat pengolahan, diversifikasi (penganekaragaman) produk dan jumlah produksi. 12. Aspek teknologi adalah segala aspek yang berkaitan dengan teknologi yang


(42)

13. Aspek pemasaran adalah segala aspek yang berkaitan dengan distribusi pemasaran. 14. Aspek kelembagaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan lembaga pendukung

kegiatan produksi seperti lembaga keuangan, pemerintah, lembaga sosial lainnya. 15. Bahan baku adalah bahan pokok untuk bahan dasar yang digunakan untuk

memproduksi suatu produk agroindustri.

16. Proses produksi adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu barang.

17. Produksi adalah hasil yang diperoleh pengusaha agroindustri aren dalam satu kali proses produksi.

18. Tenaga kerja adalah input (sumber daya manusia) yang digunakan dalam proses produksi.

19. Manajemen adalah seni dalam mengoptimalkan segala sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan tertentu, meliputi unsur perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan perencanaan, pengawasan dan evaluasi.

20. Analisis SWOT adalah identifikasi dari berbagai faktor internal dan eksternal secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.

21. Strength adalah faktor internal perusahaan agroindustri yang menyangkut kekuatan pada usaha tersebut seperti keunggulan produk dari produk lain.

22. Weaknesses adalah faktor internal dari perusahaan agroindustri yang menyangkut kelemahan yang dimiliki usaha tersebut.

23. Opportunities adalah faktor eksternal dari usaha agroindustri yang berisikan tentang peluang-peluang usaha seperti potensi pasar.


(43)

24. Threats adalah faktor eksternal dari usaha agroindustri yang berupa ancaman bagi perusahaan seperti persaingan dengan produk lain.


(44)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Wilayah Daerah Penelitian 4.1.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah

Rokan Hulu adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Riau dengan luas wilayah 7.449,85 km2 atau 7,88% dari luas wilayah provinsi Riau (94.561,60 km2).

Kabupaten Rokan Hulu yang merupakan salah satu kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Kampar terletak pada 100°25 Lintang Utara - 0°20 Lintang Selatan dan 100°42 – 103°28’ Bujur Timur. Kabupaten Rokan Hulu terletak pada dataran rendah dengan ketinggian 10-164 meter dari permukaan laut. Daerah yang tertinggi adalah Kecamatan Rambah Samo yaitu 164 m di atas permukaan laut dan yang terendah adalah Kecamatan Bonai Darussalam yakni 10 m di atas permukaan laut.

Batas wilayah Kabupaten Rokan Hulu adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir dan Provinsi Sumatera Utara

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan XIII Koto Kampar dan Kecamatan Bangkinang Barat Kabupaten Kampar

- Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tapung dan Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar.

Kabupaten Rokan Hulu terdiri dari 16 kecamatan. Kecamatan terluas wilayahnya adalah Kecamatan Rokan IV Koto (termasuk Kecamatan Pendalian IV Koto masih tergabung didalamnya) yaitu 1.151,52 km2 (15,46%) sedangkan kecamatan yang paling


(45)

Hulu terdapat dua buah sungai besar dan beberapa sungai kecil yaitu Sungai Rokan bagian hulu yang panjangnya lebih kurang 100 km dengan kedalaman rata-rata 6 meter dan lebar 92 meter. Sedangkan dibagian hilir sungai ini termasuk daerah Kabupaten Rokan Hilir. Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Rokan Hulu ini sebagian masih berfungsi baik sebagai prasarana perhubungan, sumber air bersih dan budidaya ikan.

Kabupaten Rokan Hulu pada umumnya beriklim tropis dengan temperatur maksimum rata-rata 310 C – 320 C. Banyaknya hari hujan dalam tahun 2007, yang

terbanyak adalah disekitar Kecamatan Rambah Samo dan paling sedikit terjadinya hujan adalah sekitar Kota Tengah.

4.2. Kependudukan

Penduduk merupakan modal potensial bagi suatu daerah, dimana penduduk merupakan sumber tenaga kerja, penggerak pembangunan baik didaerah perkotaan maupun didaerah perdesaan untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia untuk pembangunan diberbagai sektor termasuk di sektor pertanian. Peran serta penduduk merupakan faktor yang harus selalu ada di setiap daerah, tanpa adanya dukungan dan peran serta penduduk maka roda perekonomian dan pembangunan tidak akan berjalan.

4.2.1. Jumlah Penduduk

Tahun 2007 jumlah penduduk Kecamatan Rambah 35.221 jiwa yang terdiri dari 17.950 jiwa penduduk laki-laki dan 17.271 jiwa penduduk perempuan dengan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 89 jiwa/km2, sedangkan di Kecamatan Bangun Purba jumlah

penduduknya adalah 14.293 jiwa terdiri dari 7.252 jiwa penduduk laki-laki dan 7.041 jiwa penduduk perempuan dengan rata-rata kepadatan penduduk 65 jiwa/km2. Jumlah


(46)

penduduk di Kecamatan Rambah 35.221 jiwa dengan kepadatan penduduk 89 jiwa/Km2. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah kepadatan penduduk perkecamatan di Kabupaten Rokan Hulu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu

No Kecamatan Luas (km2) Jumlah Penduduk

(jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

1 Rokan IV Koto 904,07 20.531 23 2 Pendalian IV Koto 210,28 9.257 44

3 Tandun 386,99 23.757 61

4 Kabun 539,00 19.422 36

5 Ujung Batu 90,57 30.947 342

6 Rambah Samo 295,14 25.534 87

7 Rambah 396,66 35.221 89

8 Rambah Hilir 307,99 29.385 95 9 Bangun Purba 219,59 14.293 65 10 Tambusai 1.127,50 31.022 28 11 Tambusai Utara 682,25 53.136 78

12 Kepenuhan 683,26 17.882 26

13 Kepenuhan Hulu 231,67 12.427 54 14 Kunto Darussalam 507,39 31.279 62 15 Pagaran Tapah Ds 115,59 15.253 132 16 Bonai Darussalam 800,23 16.079 20 Jumlah 7498,18 385.425 1.242 Sumber: BPS Kabupaten Rokan Hulu, 2007

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Rokan Hulu adalah penduduk dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 195.695 jiwa, sedangkan penduduk dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 189.730 jiwa. Kecamatan Tambusai Utara merupakan kecamatan yang mempunyai penduduk laki-laki dan perempuan paling banyak yaitu 27.104 jiwa untuk penduduk laki-laki dan 26.032 jiwa untuk penduduk perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2007


(47)

(jiwa) (jiwa) (jiwa) (%) 1 Rokan IV Koto 10.380 10.151 20.531 5,32 2 Pendalian IV Koto 4.909 4.348 9.257 2,40 3 Tandun 12.072 11.685 23.757 6,16 4 Kabun 9.591 9.831 19.422 5,03 5 Ujung Batu 15.726 15.221 30.947 8,02 6 Rambah Samo 12.828 12.706 25.534 6,62 7 Rambah 17.950 17.271 35.221 9,13 8 Rambah Hilir 14.351 15.034 29.385 7,62 9 Bangun Purba 7.252 7.041 14.293 3,70 10 Tambusai 15.375 15.647 31.022 8,04 11 Tambusai Utara 27.104 26.032 53.136 13,78 12 Kepenuhan 8.851 9.031 17.882 4,63 13 Kepenuhan Hulu 6.635 5.792 12.427 3,22 14 Kunto Darussalam 16.461 14.818 31.279 8,11 15 Pagaran Tapah Ds 7.848 7.405 15.253 3,9 16 Bonai Darussalam 8.362 7.717 16.079 4,17 Jumlah 195.695 189.730 385.425 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Rokan Hulu, 2007

4.3. Potensi Pertanian dan Penggunaan Lahan Pertanian

Posisi letak geografis Kabupaten Rokan Hulu yang strategis, memiliki potensi yang perlu mendapat perhatian untuk dikembangkan. Potensi sumberdaya alam Kabupaten Rokan Hulu cukup beragam dan hampir menyebar diseluruh kecamatan. Potensi tersebut antara lain disektor pertanian tanaman pangan, hutan, perkebunan, peternakan, pertambangan, industri.

Berdasarkan perbedaan tinggi tempat di atas permukaan laut dan kemiringan tanah, maka tanah di Kabupaten Rokan Hulu dapat juga dibedakan penggunaannya. Tabel 4 memperlihatkan tanah yang telah dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan di Kabupaten Rokan Hulu seluas 324.563 hektar. Potensi sumberdaya lahan di Kabupaten Rokan Hulu sangat besar terutama untuk budidaya tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, karet, aren dan lainnya. Apalagi tanaman perkebunan yang merupakan tanaman perdagangan


(48)

yang cukup potensial di daerah ini adalah kelapa sawit dan karet. Selain itu lahan yang ada di Kabupaten Rokan Hulu sebagian besar merupakan lahan kering yang mencapai 750.835 hektar (98,73%) (BPS Rokan Hulu, 2007).

Tabel 4. Distribusi Penggunaan Tanah di Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2007 (Ha)

No. Penggunaan Tanah Kabupaten Rokan Hulu 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Tanah Sawah Pekarangan Tegal/Kebun Ladang/Huma Padang Rumput Rawa Tidak Ditanami Kolam

Sementara Tidak Diusahakan Hutan Rakyat Hutan Negara Perkebunan Tanah lainnya 3.905 24.564 70.278 15.159 28 9.366 274 16.436 42.605 192.475 324.563 60.818 Jumlah 760.475

Sumber: BPS Kabupaten Rokan Hulu, 2007

Kecamatan Rambah termasuk salah satu wilayah yang potensial untuk areal pertanian karena Kecamatan Rambah dilalui oleh sebuah sungai yang menjadi sumber air bagi lahan-lahan pertanian, yang mana disepanjang tepian sungai banyak terdapat tanaman aren. Kecamatan Rambah merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Rokan Hulu bahkan Provinsi Riau yang terdapat tanaman aren, dimana luas areal yang ditumbuhi oleh pohon aren adalah 13,74 Ha atau 49,89% dari luas areal yang ditanami di Kabupaten Rokan Hulu dengan jumlah produksi 6,07 ton (52,37%) pada tahun 2007, sedangkan untuk Kecamatan Bangun Purba luas areal yang ditumbuhi oleh pohon aren adalah 4,5 Ha atau 16,33% dengan jumlah produksi 1,3 ton (11,21%) pada tahun 2007 (Data Dinas Perkebunan Provinsi Riau, 2007).


(49)

Dengan didukung oleh segala potensi sumberdaya alam yang melimpah serta dengan melihat kegunaan tanaman maka sebagian besar penduduk berusaha disektor agroindustri aren yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan terutama di Desa Rambah Tengah Barat Kecamatan Rambah dan Desa Bangun Purba Timur Jaya Kecamatan Bangun Purba. Berikut penyebaran tanaman aren di Kabupaten Rokan Hulu.

Tabel 5. Penyebaran tanaman aren di Kabupaten Rokan Hulu

No Kecamatan Tahun 2007

Luas Areal Produksi (Ton) Rerata Produksi (Ton/Ha) Petani (KK)

TBM TM TTR Total

1 Rambah 6,4 7,04 0,3 13,74 6,07 0,862 540

2 Rambah Hilir - 0,1 - 0,1 0,06 0,6 2

3 Rambah Samo 2,8 3,9 1,5 8,2 3,27 0,839 332

4 Bangun Purba 1 3 0,5 4,5 1,3 0,433 12

5 Tambusai - - -

-6 Tambusai Utara - - -

-7 Kepenuhan - - -

-8 Tandun - - -

-9 Rokan IV Koto - 1 - 1 0,89 0,89 20

10 Kunto Darusalam - - -

-11 Ujung Batu - - -

-12 Kabun - - -

-13 Pagaran Tapah - - -

-14 Bonai Darusalam - - -

-RAKYAT 10,2 15,04 2,3 27,54 11,59 0,771 906

PBN -

-PBS -

-JUMLAH 10,2 15,04 2,3 27,54 11,59 0,771 906

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Riau, 2007 Ket: TBM = Tanaman Belum Menghasilkan

TM = Tanaman Menghasilkan TTR = Tanaman Tua Rusak


(50)

4.4. Identitas Responden

Identitas responden dapat memberikan gambaran secara umum mengenai kondisi dan kemampuan dalam mengelola usahanya. Pemanfaatan sumberdaya secara optimal dapat dilakukan dalam pengelolaan agroindustri yang dapat memberikan imbalan. Kemampuan melakukan aktivitas ekonomi akan dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya manusia itu sendiri yang tergambar dari tingkat umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman beragroindustri.

4.4.1. Identitas Responden Agroindustri gula aren

Pengrajin agroindustri gula aren yang ada di dua kecamatan berjumlah 31 orang. Tabel 6 berikut ini menunjukkan tentang identitas responden.

Tabel 6. Identitas Responden pada Agroindustri Gula Aren Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pengalaman Beragroindustri dan Jumlah Tanggungan Keluarga No. Uraian Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. a. b. c. d. e. Umur (tahun) 15-24 25-34 35-44 45-54 >54 -5 7 8 11 0 16,12 22,58 25,80 35,48 2. a. b. c. d. e. Pendidikan Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Akademi 3 22 5 1 -9,67 70,96 16,12 3,22 0 3. a. b. c. d.

Pengalaman Beragroindustri (tahun) <10 11-20 21-30 31-40 15 12 3 1 48,38 38,70 9,67 3,22 4. a. b.

Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) 1-5 6-10 20 11 64,51 35,48


(51)

Rata-rata umur responden pengrajin gula aren termasuk kedalam kategori umur produktif, sehingga dalam melakukan usaha mereka masih mempunyai fisik atau tenaga dan kemampuan yang baik, sehingga masih bisa melakukan pengembangan usaha kearah yang lebih baik lagi. Data menunjukkan dari 31 responden yang memiliki umur diatas 54 tahun adalah 11 pengrajin.

Tingkat pendidikan pengrajin rata-rata hanya tamat SD yaitu 22 pengrajin (70,96%). Rendahnya tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengembangan agroindustri, seperti sulitnya dalam mengadopsi teknologi, serta tingkat pemahaman juga akan semakin rendah. Oleh karena itu sangat diperlukan peran dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dan lembaga yang terkait untuk meningkatkan mutu pendidikan pengrajin melalui penyuluhan dan pelatihan secara non formal (Susilo, 2008).

Agroindustri gula aren merupakan usaha turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Rambah dan Kecamatan Bangun Purba. Agroindustri gula aren ini telah berjalan cukup lama, terlihat pada data responden bahwa 52,59% responden telah menjalankan agroindustri ini lebih dari 10 tahun, sehingga dalam melakukan pengolahan gula aren sudah tidak diragukan lagi.

4.4.2. Identitas Responden Agroindustri Gula Semut

Responden yang diambil untuk agroindustri gula semut adalah satu orang, karena di Kabupaten Rokan Hulu hanya ada satu orang pengrajin gula semut yang berada di Desa Rambah Tengah Barat Kecamatan Rambah. Berikut Tabel 7 tentang identitas responden pada agroindustri gula semut.


(52)

Tabel 7. Identitas Responden pada Agroindustri Gula Semut

No Identitas Pengrajin Keterangan 1

2 3 4

Umur

Lama Pendidikan

Jumlah Tanggungan Keluarga Pengalaman Beragroindustri

54 tahun 6 tahun 2 orang 6 tahun

Pengrajin gula semut ini sudah dinilai cukup tinggi tingkat pendidikannya, oleh karena itu pengrajin ini telah bisa membuka diri dan pikirannya untuk menerima dan merespon segala sesuatu yang memang akan dapat mengembangkan usahanya, seperti dalam mengadopsi teknologi serta pemahaman situasi dan kondisi usahanya. Jumlah tanggungan keluarga pengrajin gula semut ini tergolong kecil, sehingga biaya yang dikeluarkan juga sedikit, maka peluang untuk menabung maupun investasi akan sangat besar guna perkembangan usaha yang lebih maju. Pengalaman agroindustri yang selama ini dijalaninya akan mempengaruhi usaha dalam menentukan segala hal yang dapat meningkatkan kinerja usahanya.

4.5 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Agroindustri Aren 4.5.1. Gambaran Umum Agroindustri Gula Aren

Agroindustri gula aren merupakan salah satu kegiatan usaha yang banyak dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Rambah dan Kecamatan Bangun Purba yang dijadikan sebagai mata pencaharian pokok maupun sampingan untuk menunjang kesejahteraan hidup mereka. Salah satu penunjang berlangsungnya kegiatan agroindustri gula aren ini adalah potensi sumberdaya alam berupa wilayah yang memiliki areal tanaman aren terluas di Provinsi Riau hingga saat ini.


(53)

Agroindustri gula aren yang telah menjadi warisan turun-temurun dari nenek moyang dan telah menjadi budaya masyarakat Kecamatan Rambah dan Kecamatan Bangun Purba. Adapun latar belakang masyarakat ingin mengelola usaha agroindustri gula aren ini karena adanya keyakinan bahwa agroindustri gula aren ini akan terus berjalan dan tidak akan punah serta keinginan untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang ada demi kesejahteraan hidup mereka. Bahan baku yang tersedia sudah semakin berkurang karena penyadapan yang dilakukan secara terus menerus, sehingga pohon aren tidak bisa lagi memproduksi air nira setelah berproduksi lebih kurang 8 - 10 tahun. Para pengrajin pernah mendapatkan bantuan berupa bibit untuk dibudidayakan namun hanya 30% saja yang bertahan hidup, sehingga para pengrajin melakukan usaha apa adanya dengan memanfaatkan pohon aren yang tumbuh liar.

Perluasan budidaya dan rekayasa teknologi pembibitan tanaman aren dapat membantu upaya pelestarian tanaman ini dari kepenuhan sebab selama ini hanya mengandalkan faktor alam. Aktivitas pembibitan tersebut berpeluang besar sebagai sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat (Burhanuddin, 2005). Lahan yang bisa ditanami untuk tanaman aren masih cukup tersedia, dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa lahan yang belum diusahakan seluas 16.436 Ha dan tanah lainnya seluas 60.818 Ha.

4.5.1.1. Aspek Produksi

Ketersediaan bahan baku yang kontinu merupakan faktor utama didalam melakukan suatu kegiatan produksi, baik tersedia secara tepat waktu, kuantitas maupun kualitas sehingga menjamin penampilan perusahaan dalam waktu yang relatif lama (Soekartawi, 2001).


(54)

Bahan baku utama didalam melakukan kegiatan produksi gula aren adalah nira. Nira adalah sari pati yang dikeluarkan dari bunga pohon aren. Pada umumnya pengrajin gula aren tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan baku tersebut, artinya bahan baku selalu tersedia pada saat dibutuhkan. Karena Rokan Hulu merupakan daerah yang berpotensi sebagai penghasil bahan baku. Penyadapan (pengambilan air nira) pada tangan aren adalah sebanyak 1-2 lengan. Untuk satu lengan aren menghasilkan lebih kurang 8 liter nira, sedangkan untuk menghasilkan 1 kg gula aren membutuhkan 3-4 liter air nira. Jumlah pohon aren yang disadap pengrajin rata-rata adalah 2 pohon. Adapun rata-rata penggunaan bahan baku air nira untuk satu kali proses produksi adalah sebanyak 14,87 kg.

Pada mulanya para pengrajin memiliki kelompok usaha dalam agroindustri gula aren ini, namun sekarang sudah tidak aktif lagi disebabkan karena pada saat sekarang ini pohon aren yang menjadi tempat sadapan pada umumnya sudah mulai berkurang air niranya karena terus menerus disadap. Pohon aren yang sudah tidak bisa lagi untuk disadap adalah yang berumur kurang lebih 8 tahun. Karena pohon aren memiliki umur produksi 8 tahun setelah itu pohon aren tidak bisa menghasilkan air nira yang digunakan untuk bahan baku gula aren. Alih fungsi lahan ketanaman perkebunan kelapa sawit juga merupakan salah satu faktor mulai berkurangnya pengrajin gula aren. Selain itu juga yang menjadi alasan mengapa mereka tidak melakukan usaha ini lagi adalah karena dalam pengolahan air nira menjadi gula memakan waktu yang cukup lama, sehingga mereka lebih memilih menjual air niranya untuk dijadikan tuak. Selain tidak menyita waktu dan nilai jual yang lebih tinggi yaitu Rp 3.000/ liter.


(55)

Faktor lain yang mempengaruhi proses produksi adalah tenaga kerja. Namun dalam hal ini tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja dalam keluarga yang merupakan aset yang berharga untuk dimanfaatkan sebagai tenaga kerja untuk pelaksanaan proses produksi gula aren. Istri selain menjadi ibu rumah tangga pada umumnya juga sebagai tenaga kerja dalam keluarga yang sering membantu suami selama proses produksi gula aren, dimana ketika suami telah selesai menyadap pohon aren dan memperoleh niranya, maka untuk proses pemasakan hingga menjadi gula diambil alih oleh anggota keluarga dalam hal ini adalah istri, sedangkan suami pergi melakukan kegiatan lain seperti menyadap kebun karet. Sesuai dengan pendapat Bank Indonesia (2008), tenaga kerja pada usaha gula aren umumnya berasal dari anggota keluarga dan masyarakat di sekitar lokasi usaha. Tenaga kerja keluarga biasanya dipraktekkan di tingkat pengrajin, yaitu penyadap oleh anggota keluarga laki-laki dan dibantu anggota keluarga perempuan sebagai pemasak nira aren.

Upah tenaga kerja berbeda antara laki-laki dan perempuan. Upah untuk laki-laki 1 HOK adalah Rp 45.000, sedangkan untuk perempuan 1 HOK adalah Rp 30.000. Tenaga kerja laki-laki dalam hal ini pengrajin akan melakukan tahapan penyadapan, sedangkan tenaga kerja perempuan dibutuhkan dalam tahapan pemasakan nira hingga menjadi gula yang siap untuk dicetak.

Tabel 8. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pada Agroindustri Gula Aren Per Proses Produksi September 2009

No Kegiatan

Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pria

(HOK) Nilai (Rp)

Wanita

(HOK) Nilai (Rp)

1 Penyadapan 0,07 96.428,57 -

-2 Pemasakan 0,15 199.078,34 0,59 199.078,34

3 Pencetakan 0,14 192.857,15 -

-Jumlah 0,46 488.364,06 0,59 199.078,34


(56)

Dari Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa tenaga kerja yang paling banyak digunakan pada tahapan pemasakan untuk tenaga kerja pria yaitu 0,15 HOK per proses produksi, dan untuk tenaga kerja wanita yaitu 0,59 HOK.

Ciri-ciri usaha skala kecil salah satunya adalah rendahnya modal yang dimiliki. Namun dalam hal ini para mengrajin tidak begitu terkendala oleh minimnya modal, yang menjadi kendala mereka dalam usaha adalah sulitnya mendapatkan kayu bakar sebagai bahan bakar. Hal ini dikarenakan adanya aturan dari Pemerintah Daerah untuk tidak menebang hutan. Selain sulitnya mendapatkan kayu bakar, yang menjadi masalah dari aspek produksi gula aren ini adalah bahan baku yang dijadikan produk lain yaitu tuak. Akibatnya produksi gula aren menjadi berkurang.

Pada umumnya para pengrajin gula aren dalam menjalankan usahanya sudah menerapkan sistem manajemen yang baik, walaupun mereka tidak memahami benar tentang manajemen akan tetapi didalam melakukan kegiatan proses produksi mereka telah bisa mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan usahanya dengan baik, yaitu pada sistem perencanaan kerja yang sudah tersusun, dan sistem pelaksanaan perencanaan juga cukup baik, seperti ketika jumlah nira yang diperoleh sedikit pada waktu pagi mereka memanaskannya hingga menjadi manisan dan dicampurkan ke air nira yang diambil sore lalu memasaknya. Jika air nira yang diperoleh sedikit saat pengambilan pada sore hari, maka mereka akan membuat manisannya terlebih dahulu lalu mencampurkannya dihari berikutnya, dan proses pengolahan gula aren dimulai pada pukul 07.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB.

Sebagian besar yang mengabil bahan baku atau yang memanjat pohon aren ini adalah tenaga orang tua, padahal resiko yang dihadapi sangat besar. Hal ini merupakan


(57)

tantangan kedepan bagi tenaga-tenaga muda yang masih memiliki fisik yang kuat untuk menggantikan tenaga orang tua dalam memanjat pohon aren.

Pemasaran gula aren selama ini cenderung ke pedagang pengumpul (toke) dan harga jual gula aren telah ditentukan oleh pengrajin. Tanpa adanya keterkaitan pengrajin terhadap toke membuat pengrajin merasa diuntungkan karena faktor harga yang sudah ditentukan pengrajin berdasarkan harga pasaran. Disamping itu konsumen juga membelinya langsung ke tempat usaha mereka.

4.5.1.2. Aspek Pengolahan

Pengolahan nira menjadi gula aren dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari kemasaman. Umumnya pengolahan dilakukan setiap hari pada kondisi cuaca panas maupun hujan. Apalagi lokasi pengolahan gula aren cenderung lebih dekat dengan bahan baku sehingga proses pengolahan lebih efisien. Namun kelemahan dari aspek pengolahan relatif lama, berawal dari persiapan bahan dan peralatan, kayu bakar, penampungan pengambilan nira dan pemasakan serta pencetakan nira memakan waktu lebih kurang 6 jam per proses produksi. Selain membutuhkan waktu yang lama juga menambah biaya produksi karena kayu bakar semakin sulit diperoleh. Rata-rata jumlah produksi perbulannya adalah 111,74 kg atau 3,72 kg per hari (Wynda, 2009). Pengrajin memulai pekerjaannya dari jam 07.00 WIB - 08.00 WIB untuk proses penyadapan sekaligus pengambilan air nira, untuk memasaknya membutuhkan waktu 6 jam dimulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB yang dalam hal ini dikerjakan oleh anggota keluarga yaitu istri, sedangkan pengrajin/suami melakukan pekerjaan sampingan yaitu menyadap karet. Untuk proses pencetakan membutuhkan waktu lebih kurang 30 menit hingga gula bisa dilepas dari cetakan. Kemudian dilanjutkan kembali untuk proses


(58)

penyadapan mulai pukul 16.00-17.00 WIB yang air niranya diambil pada keesokan harinya.

Pada saat musim panas air nira yang diperoleh pengrajin berkurang karena terjadi penguapan sehingga kapasitas produksi terbatas dan pada waktu musim hujan pengrajin memerlukan waktu yang cukup lama untuk mulai menyadap lagi, karena ditempat penampungan bercampur dengan air hujan sehingga dapat membuat kualitas air nira menjadi tidak bagus dan tidak bisa dicetak. Selain itu juga bisa menambah biaya untuk pengrajin yang membeli kayu bakar sebagai bahan bakar untuk pengolahan atau pemasakan air nira menjadi gula aren. Gula aren yang telah siap dicetak dibungkus dengan daun pisang yang telah kering lalu diikat dengan tali. Satu bungkusan gula aren ini rata-rata beratnya adalah 0,5 kg.

Bila dilihat secara umum proses pengolahan gula aren hampir sama dimana dikelola oleh keluarga sendiri dengan pola yang sederhana, bahan bakar kayu dan sebagian besar menjadi beban biaya paling berat pada industri gula rakyat, modal tungku tinggal sederhana dengan kuali satu buah. Pada umumnya memproduksi gula aren cetak dengan kondisi dapur terbuka dan diluar ruangan atau pondok dinding. Kondisi tempat produksi kurang higienis dan biasanya masih kotor. Mutu gula aren sangat beragam dan belum ada jaminannya serta tidak memiliki merek. Keadaan ini sangat berpeluang besar untuk dapat diperbaiki. Perubahan besar atau revolusi sangat mungkin untuk dilakukan dan bahkan sudah menjadi tuntutan agar industri rakyat ini tetap bertahan dan bahkan dapat diandalkan sehingga memperbaiki ekonomi masyarakat (Kusumanto, 2009). Teknologi pengolahan yang sederhana bisa diterapkan pada industri rumah tangga seperti


(59)

agroindustri gula aren ini, seperti tungku, sendok dan kuali yang merupakan alat-alat yang sederhana.

Pengolahan produk yang lebih bervariasi bisa menambah pendapatan pengrajin, contohnya adalah nira yang dijadikan manisan. Manisan ini adalah nira yang telah dimasak dan sudah berwarna kuning kecoklatan dan bentuknya masih cair. Manisan ini lalu disimpan dalam botol dan digunakan untuk campuran makanan dan minuman. Tuak merupakan salah satu produk yang juga dihasilkan dari nira aren dan bisa mengancam keberlangsungan agroindustri gula aren.

Warna gula aren yang dimasak oleh pengrajin berbeda-beda karena dipengaruhi oleh lamanya pemanasan. Pengolahan dengan pemanasan menyebabkan warna gula aren bervariasi mulai kuning hingga coklat tua, namun pada umumnya berwarna kuning kecoklatan. Jumlah raru (bahan penunjang yang berasal dari akar kayu raru) yang dicampurkan sebagai bahan baku penunjang berfungsi untuk mempengaruhi warna dan tekstur gula aren. Warna gula aren tergantung selera konsumen yang membelinya, namun kebanyakan konsumen menyukai warna kuning kecoklatan. Bahan penunjang lainnya adalah santan yang berfungsi agar gula aren yang telah masak dan siap dicetak tidak lengket pada kuali. Bahan penunjang ini hanya sebagian kecil yang memakainya. Untuk tekstur yang umumnya dipilih oleh konsumen adalah yang tidak terlalu keras dan mudah untuk dipecahkan atau dihancurkan.


(60)

4.5.1.3. Aspek Teknologi

Pengrajin gula aren yang terdapat di Kecamatan Rambah dan Kecamatan Bangun Purba secara turun temurun tidak ada perubahan dalam hal teknologi dan masih menggunakan teknologi yang sederhana. Mereka beranggapan bahwa didalam melakukan proses produksi gula aren tidak membutuhkan teknologi yang moderen. Seperti tangga untuk menaiki pohon aren masih menggunakan sebilah bambu panjang, alat untuk menyadap lengan atau mayang pohon aren menggunakan pisau tajam, untuk penampungan air nira sebagian besar masih menggunakan bambu, serta pemasakan air nira menggunakan tungku yang terbuat dari drum bekas dan tanah. Menurut Bank Indonesia (2008) teknologi tradisional digunakan di tingkat pengrajin, yaitu dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Penggunaan alat sederhana berpengaruh pada kapasitas produksi dan

mutu yang relatif rendah. Teknologi yang sederhana membuat sebagian pengrajin lebih memilih untuk membuat tuak, karena untuk membuat tuak tidak membutuhkan teknologi dan waktu yang lama.

Kebersihan dan kehigienisan proses pengolahan gula aren dengan cara tradisional ini masih belum terjamin, dilihat dari sekitar tempat pengolahan gula aren yang langsung bersentuhan dengan tanah dan asap yang timbul dari hasil penguapan air nira yang sedang dipanaskan sangat berpengaruh selama proses pemasakan. Pengetahuan dan kesadaran pengrajin sebagai produsen dan juga sebagai salah satu pelaku pasar masih kurang. Rendahnya pengetahuan dan penggunaan teknologi oleh pengrajin disebabkan oleh masih rendahnya kualitas sumber daya manusia pelaku agroindustri dan kurang tersedianya teknologi dan peralatan pengolahan secara merata oleh dinas-dinas terkait.


(1)

Lampiran 3. Identitas Responden pada Agroindustri Gula Aren

No. Responden

Umur Lama Pendidikan

Jumlah Tanggungan Keluarga Pengalaman Agroindustri (tahun) Jumlah Batang yang Disadap (batang) Jumlah Produksi (kg) Suami Istri Suami Istri

1 1 46 45 6 6 5 20 2 118

2 2 60 53 6 6 10 15 2 136

3 3 38 38 9 6 5 10 2 117

4 4 67 61 6 6 8 10 2 114

5 5 60 50 6 6 4 30 2 102

6 6 34 30 9 12 4 11 2 129

7 7 49 45 6 6 5 4 2 110

8 8 43 40 6 6 3 10 2 107

9 9 58 55 6 6 5 13 2 126

10 10 27 22 6 6 3 3 2 124

11 11 35 31 9 6 6 13 2 100

12 12 34 30 9 6 3 12 2 87

13 13 61 55 6 6 5 20 2 126

14 14 54 50 6 6 5 10 2 138

15 15 35 30 6 6 5 4 2 133

16 16 63 56 6 6 7 40 2 91

17 17 60 45 6 6 8 20 2 78

18 18 33 29 6 6 3 3 2 118

19 19 50 48 6 6 6 30 2 99

20 20 57 50 6 6 5 24 2 140

21 21 47 40 6 6 6 10 2 95

22 22 48 42 6 6 10 2 101

23 23 65 47 6 6 7 10 2 91

24 24 42 32 6 6 4 20 2 93

25 25 30 30 9 9 3 2 2 94

26 26 35 29 12 6 5 3 2 82

27 27 50 39 6 6 6 20 2 136

28 28 45 35 6 6 4 6 2 126

29 29 60 50 6 6 8 10 2 113

30 30 35 33 6 6 4 13 2 130

31 31 59 50 6 6 9 40 2 110

Total 1480 1293 207 195 156 446 62 3464


(2)

Lampiran 5. Gambar Proses Produksi Gula Aren dan Bahan Baku

Batang aren yang disadap Proses pemasakan nira


(3)

Proses pendinginan gula aren Proses pencetakan gula aren

Pengemasan gula aren dengan daun pisang kering


(4)

Lampiran 6. Gambar Proses Produksi Gula Semut

Penyadapan nira aren Proses pemasakan nira aren


(5)

Proses pengadukan gula semut Penyaringan gula semut


(6)

Lampiran 7. Gambar Bahan Penunjang Pengolahan Gula Aren dan Gula Semut