satu fase model pembelajaran SSCS yaitu fase search, dimana siswa dapat menemukan banyak informasi yang dibutuhkan melalui scaffolding-
scaffolding yang diberikan sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah yang diberikan. Selain itu media scaffolding ini juga dapat memunculkan indikator
disoposisi matematis siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa terlihat percaya diri serta antusias saat pembelajaran.
Efektivitas media scaffolding pada model pembelajaran SSCS dapat dilihat dari hasil n-gain ternormalisasi pada siswa kelas VII A. Hasil rekapitulasi n-
gain pada siswa kelas VII A adalah 0,72 dengan klasifikasi tinggi. Dengan demikian dari hasil tersebut terlihat bahwa media scaffolding pada model
pembelajaran SSCS efektif digunakan oleh siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Kotabumi. Selain itu beradasarkan hasil perhitungan n-gain pada tiap
kemampuan siswa didapatkan bahwa siswa bekemampuan tinggi memiliki rata-rata n-gain sebesar 0,89 dengan kriteria efektivitas tinggi dan siswa yang
berkemampuan sedang memiliki rata-rata n-gain sebesar 0,7 dengan kriteria efektivitas tinggi sedangkan siswa berkemampuan rendah memiliki rata-rata
n-gain sebesar 0,62 dengan kriteria sedang. Demikian dapat disimpulkan bahwa media scaffolding yang diberikan efektif untuk siswa berkamampuan
tinggi dan sedang, namun perlu adanya pengembangan lebih lanjut sehingga akan menjadi lebih efektif lagi untuk semua kemampuan siswa. Untuk
kemampuan disposisi matematis siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan media scaffolding pada model pembelajaran SSCS dapat
memfasilitasi rasa percaya diri, fleksibelitas, gigih, rasa ingin tahu, memonitor menghargai serta mengapresiasi. Melalui media scaffolding ini ketujuh
indikator disposisi matematis siswa dapat dimunculkan. Indikator yang meperoleh persentase tertinggi adalah fleksibel dengan persentase sebesar
95,91. Sedangkan indikator yang memperoleh persentase terendah ialah memonitor dengan persentase sebesar 73,47 sehingga dapat disimpulkan
bahwa media scaffolding ini cukup efektif meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis oleh sebagian siswa pada model
pemeblajaran SSCS.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut.
1. Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan tingkat tinggi
yang membutuhkan pemahaman serta penalaran pada prosesnya. Oleh karena itu perlu adanya perhatian khusus dan latihan pada kemampuan
pemecahan masalah. 2.
Selain kemampuan kognitif , kemampuan afektif yang dimiliki siswa juga harus diperhatikan. Sebaiknya dalam proses pembelajaran guru lebih
memperhatikan disposisi matematis siswa sehingga diharapkan hasil belajar siswa meningkat.
3. Peneliti lain yang ingin mengembangkan media scaffolding melalui model
pembelajaran SSCS pada materi segitiga dan segiempat perlunya memperhatikan beberapa hal dibawah ini:
a. Perancangan media scaffolding harus menyesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki siswa.
b. Mengetahui kemampuan awal siswa sehingga dengan lebih mudah
memberikan media scaffolding yang dibutuhkan. c.
Melakukan lebih dari sekali uji coba serta penelitian dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Farid Susilo. 2013. Peningkatan Efektivitas Pada Proses Pembelajaran.
Jurnal Teknologi Pendidikan 2013. Unversitas Negeri Surabaya. Tersedia: http:ejournal.unesa.ac.id. Diaksed pada tanggal 10 Oktober 2016
Anghileri, Julia. 2006. Scaffolding Practices that Enhance Mathematics Learning. Journal of Mathematics Teacher Education, Volume 9, Issue 1: 33-52.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Borg and Gall. 2003. Educational Research. Library of Congress Cataloging-in- Publication Data. Pearson Education. Inc.
Cahyono, Adi Nur. 2010. Vygotsky Perspective: Proses Scaffolding Untuk Mencapai Zona Proximal Development ZPD Peserta Didik Dalam
Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta, 27 November 2010.
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Dimyati dan Mujiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hake, R.R. 1998. Interactive-engagement vs Traditional Methods in Mechanics Instruction, APS Forum on Education Newsletter, Summer 1998, p. 5-7.
Tersedia: http:carini.physics.indiana.eduSDI. Diakses pada tanggal [3 Januari 2017].
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Herlambang. 2013. Analisis Kemampuan Pemecahan masalah Matematika Siswa
Kelas VII-A SMP Negeri 1 Kepahiang Tentang Bangun Datar Ditinjau dari Teori Van Hiele. Tesis. Tersedia: http:repository.unib.ac.id84262
I,II,III,2-13-her.FI.pdf. diakses pada tanggal [10 Oktober 2015].
Hidayati, Nunung Rohmatu. 2013. Proses Berpikir Siswa dalam Memecahkan Masalah Program Linear dengan Pemberian Scaffolding. Jurnal Penelitian
Kependidikan Tahun 23 Nomor 1 April 2013. Tersedia: http:jpk. lemlit.um.ac.idwp-contentuploads 2014 0807-toto-nusantara-Abstract-
Edited1.pdf. diakses pada tanggal [10 Oktober 2015].