B. Faktor External a. Faktor Sosial
Masyarakat merupakan kelompok manusia yang sudah cukup lama mengadakan hubungan sosial dalam kehidupan bersama dengan diliputi oleh
struktur dan system yang mengatur kehidupan bersama serta adanya solidaritas dann kebudayaan diantara mereka. Di dalam kehidupan masyarakat biasnya
terjadi hubungan sosial secara timbalbalik diantara individu dengan individu yang masing-masing memiliki kesadaran akan hubungan tersebut. Adanya kesadaran
dan pengertian tersebut tercermin dalam sifat kehidupan mereka yang satu sama lain merasa saling tergantung. Memang dalam kehidupan sehari-hari ternyata
jarang sekali seorang individu yang mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya secara mandiri. Agar dapat menjalin hubungan dengan baik anyra individu
didalam masyarakat maka peranan rasa kesetia kawan sangat dibutuhkan , sebab kesadaran inilah yang dapat membuat kehidupan masyarakat menjadi aman dan
tenteram. Pelanggaran hak orang lain di dalam masyarakat sering dilakukan oleh
anak remaja antara lain: 1.
Delik-delik yang melanggar hak-hak orang lain yang bersifat kebendaan, seperti pencurian, penggalapan dan penipuan.
2. Delik-delik yang menghilangkan nyaea orang lain, seperti pembunuhan dan
penganiayaan yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain.
Universitas Sumatera Utara
3. Perbuatan-perbuatan lain yang berupa delik hukum, maupun yang berupa
perbuatan anti sosial seperti gelandangan, pertengkaran. Perbuatan tersebut menimbulkan keresahan sosial sehingga kehidupan
masyarakat tidak harmonis lagi dan jika ditinjau secara yuridis formal ternyata perbuatan anak tersebut bertentangan dengan hukum yang berlaku.
71
Sosial anak juga sangat mempengaruhi perkembangan kejiwaan dan fisik dimasa depan. Banyak anak yang tumbuh tanpa tau harapan yang akan diperoleh
setelah ia dewasa. Pada saat masih kecil dirumahkeluarga makanan terbatas, tempat tinggal tidak layak dan kesehatan tidak terpenuhi dengan baik sehingga
kebanyakan mereka lari dari rumah. Ketidak terpenuhinya menyebabkan anak menghabiskan hari-harinya dengan hura-hura, mabuk-mabukan, dan melakukan
perbuatan lainnya yang tidak berguna dan meresahkan, karena anak tidak mempunyai kegiatan dan pandangan masa depan yang cerah maka pada ahirnya
anak tersebut akan terlibat kriminal.
72
b. Faktor Lingkungan Milieu
Lingkungan atau milieu sekitar tidak selalu baik dan mengutungkan bagi pendidikan dan berkembangnya anak. Lingkungan adakalanya dihuni oleh orang
dewasa serta anak-anak muda criminal dan anti social, yang bisa merangsang timbulnya reaksi emosianal buruk pada anak-anak puber dan adolesen yang masih
71
Sudarsono. Kenakalan Remaja., Jakarta: Rineka Cipta. 2008 hlm 124
72
Marlina,. Peradilan Pidana di Indonesia, Bandung: Refika Aditama. 2009 Cetakan
I.,hlm 63-64
Universitas Sumatera Utara
labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak mudah terjangkit oleh pola kriminal, dan anti sosial.
Kelompok orang dewasa yang kriminal dan asusila tersebut biasanya terdiri dari orang-orang gelandangan, tidak punya rumah dan pekerjaan yang
tetap, malas bekerja namun berambisi besar untuk hidup mewah dan bersenang- senang. Karena itu mereka menempuh jalan pintas, menyerempet-nyerempet
bahaya dengan melakukan bahaya dengan melakukan tindak kriminal dan kekerasan. Jiwa para anak remaja itu amat labil, jika mereka mendapat pengaruh
buruk dari filim biru, buku porno, bacaan immoral dan sadistis, banyak melihat perbuatan anti sosial yang dilakukan orang dewasa, maka mereka akan mudah
terjangkit peralu buruk yang dijadikan pola kebiasan yang menetap. Oleh iklim demam materii napsu berkuasa pada zaman modern sekarang
ini banyak pemuda remaja yang ikut-ikutan kejangkitan keserakahan materiil. Mereka lalu bernafsu untuk memamerkan diri, jaga gengsi dan prestige,
umpamanya dengan memiliki pakaian serba bagus, dan berfoya-foya, mabuk- mabukan yang semua itu didukung oleh keinginan memanjakan diri tanpa kendali.
Maka untuk memenuhi semua itu, maka mereka tidak segan-segan melakukan pencurian, penodongan, perkelahia, perkosaan dan perkelahian.
73
Dinegara-negara yang sedang berkembang atau dalam proses membangun pada umumnya masalah penyediaan lapangan kerja dalam proses upaya
maksimal. Dalam satu sisi pemerintah berusaha terus menerus membangun sarana-sarana industri dan infra struktur yang lebih memadai selain disisi lain
73
Kartini Kartono., Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Jakarta: Rajawali Grafindo
Persada. 2010 hlm 127
Universitas Sumatera Utara
pertambahan penduduk tetap melaju dengan cepat, ahirnya pengangguran makin meningkat. Adanya penganguran didalam masayarakat terutama anak-anak remaja
akan menimbulkan peningkatan kejahatan bahkan timbulnya niat jahat dikalangan anak-anak maupun remaja disebabkan karena menganggur. Pengangguran
mengakibatkan naik turunnya kejahatan, sebagai mana dikatakan oleh Sleldon Gluck bahwa :”Pengangguran tidak adanya pekerjaan akan sedikit banyak
mempengruhi pula tingkah laku seseorang. Bila ia bertingkah baik walaupun menganggur maka kejahatan akan turun dan sebaliknya, akan naik”.
74
c. Faktor Media Massa
Bagi anak atau remaja keinginan atau kehendak untuk berbuat jahat kadang-kadan timbul karena bacaan, gambar-gambar dan flim. Bagi mereka yang
mengisi waktu senggangnya dengan bacaan-bacaan yang buruk misalnya novel seks, maka hal itu akan berbahaya dan dapat mengha-halangi mereka untuk
berbuat hal-hal yang baik. Demikian pula tontonan yang berupa gambar-gambar porno akan memberikan rangsanganseks terhadap anak remaja. Rangsangan seks
tersebut akan berpengruh negative terhadap perkembangan jiwa anak dan remaja. Jiwa anak remaja itu amat labil. Jika mereka mendapatkan pengaruh buruk
dari filim-filim biru, buku porno, bacaan dan tontonan sadistis, banyak melihat perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh orang dewasa, maka mereka dengan
mudah terjangkit perilaku buruk seperti: pemerkosaan, perusakan, penodongan, atau pencurian bahkan pembunuhan.
74
Soekanto, Soerjono, Pengantar Kriminologi, Jakarta :Ghalia Indonesia, 1986 hlm 48-49
Universitas Sumatera Utara
Mengenai hiburan film termasuk video cassette, ada kalanya memiliki dampak kejiwaan yang baik, akan tetapi hiburan tersebut member pengaruh yang
tidak menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak remaja. Misalnya film detektif yang memiliki figure penjahat sebagai peran utama serta film-film action
yang penuh kekerasan dengan latar belakang balas dendam. Adegan-adegan flim tersebut akan mudah mempengaruhi perilaku anak
remaja dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi yang serba destruktif ini dapat berpengaruh negative terhadap anak remaja. Terlebih lagi apabila sianak dibiarkan
menonton sendiri tanpa didampingi orangtua atau orang dewasa untuk memberikan penjelasan-penjelasan yang berkaitan dengan film-film yang
ditontonnya, apakah itu mengenai jalan ceritanya maupun pantas tidaknya sianak menonton film tersebut bagi perkembangan kejiawan sianak.
d. Faktor Sekolah
Kondisi buruk diantara lain berupa bangunan sekolah yang tidak memenuhi persyaratan, tanpa halaman bermain yang cukup luas, tanpa ruang
olahraga, minimnya fasilitas ruang belajar jumlah murit dalam satu kelas yang terlalu banyak dan padat 50-60 orang, selanjutnya berjam-jam lamanya setiap
hari anak-anak harus melakukan kegiatan yang tertekan, duduk dan pasif mendengarkan, sehingga mereka menjadi jemu, jenggkel dan apatis.
Sekolah kita sampai waktu sekarang masih banyak berfungsi sebagai “sekolah dengar” dari pada memberikan kesempatan luas untuk membangun
aktivitas, kreativitas dan inventivitas anak. Dengan demikian sekolah tidak
Universitas Sumatera Utara
membanguan dinamisme anak, dan tidak merangsang kegairahan belajar anak. Ada pula guru yang kurang simpatik, sedikit memiliki dedikasi pada profesi, dan
tidak menguasai didaktik-metodik mengajar. Tidak jarang profesi guru dosen dikomersialkan, dan pengajar hanya berkempentingan dengan pengoperan materi
ajaran belaka. Perkembngan kepribadian anak sama sekali tidak diperhatikan oleh guru, sebab mereka lebih berkepentingan dengan masalah mengajar atau
mengoperasikan informasi belaka. Maka minat belajar anak menjadi menurun, sebaliknya mereka menjadi lebih tertarik pada hal-hal nonpersekolahan, misalnya:
masalah seks, hidup santai, minum-minuman keras, mengisap ganja dan bahan narkotika lainnya, dan suka membolos sekolah, lebih suka berkeliaran dijalan-
jalan raya.
75
Anak-anak yang sekolah tidak semuanya berwatak baik, misalnya pengisap ganja, cross boys dan cross girls yang memberikan kesan kebebasan
tanpa control dari semua pihak terutama dalam lingkungan sekolah. Dalam sisi lain, anak-anak yang masuk sekolah ada yang berasal dari keluarga yang kurang
memperhatikan kepentingan anak dalm belajar yang ketap kali berpengaruh kepada teman yang lain. Pengaruh negatif yang menangani langsung proses
pendidikan antara lain kesulitan ekonomi yang dialami pendidik dapat mengurangi perhatian terhadap anak didik terlantar, bahkan sering terjadi
pendidik marah kepada muritnya. Biasanya guru yang marah apabila terjadi suatu
75
Ibid. hlm 124
Universitas Sumatera Utara
yang menghalangi keinginan tertentu. Dia marah apabila kehormatannya direndahkan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
76
Mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat dimulai dari menetapkan peraturan tentang pakaian seragam dengan maksud agar kehidupan peserta didik
tampak serasi, tidak terjadi penonjolan kemewahan di antara mereka, didik untuk hidup sederhana agar tidak berfoya-foya dilingkungan sekolah khususnya.
76
Sudarsono. Kenakalan Remaja., Jakarta: Rineka Cipta. 2008, hlm 130
Universitas Sumatera Utara
BAB IV UPAYA MENANGGULANGI KENAKALAN DAN KEJAHATAN