Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Hak-haknya.

A. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Hak-haknya.

a. Hak-hak Anak yang Berlawanan dengan Hukum

Hak tersangka meliputi: Hak untuk mendapatkan surat perintah penahanan atau penahan lanjutan atau penetapan Hakim Pasal 21 ayat 2 KUHAP; Hak untuk menerima tembusan surat perintah penahanan atau penahanan lanjutan atau penetapan Hakim Pasal 21 ayat 3 KUHAP; Hak untuk mengajukan keberatan terhadap perpanjangan penahanan Pasal 29 ayat7 KUHAP; hak-hak anak yang menjadi sorotan utama dalam proses ini adalah sebagai berikut; sebagi tersangka, hak-hak yang diperoleh sebagai tindakan perlindungan terhadap tindakan yang merugikan fisik, psikologis dan kekerasan : viktim hak untuk yang dilayani kerena penderitaan fisik, mental, dan sosial atau penyimpangan perilaku sosial; hak didahulukan dalam proses pemeriksaan, penerimaan laporan, pengaduan dan tindakan lanjutan dari proses pemeriksaan; hak untuk dilindungi dari bentuk- bentuk ancaman kekerasan dari akibat laporan dan pengaduan yang diberikan. 51 Hak-hak anak dalam proses penuntutan, meliputi sebagai berikut: menetapkan masa tahanan anak cuma pada sudut urgensi pemeriksaan, membuat dakwaan yang dimengerti anak, secepatnya melimpahkan perkara ke Pengadilan, melaksanakan ketetapan hakim dengan jiwa dan semangat pembinaan atau mengadakan rehabilitasi. Hak-hak anak pada saat pemeriksaan di Kejaksaan sebagai berikut; hak untuk mendapatkan keringanan masa waktu penahanan, hak untuk mengganti status penahanan dari penahanan Rutan Rumah Tahanan 51 19981999. Perumusan Harmonisasi Hukum Bidang Penyerasian KUHAP dengan KUHP Baru, Jakarta; Badan Pembinaan Hukum nasional Departemen Kehakiman. Universitas Sumatera Utara Negara menjadi tahanan rumah atau tahanan kota, hak untuk mendapatkan perlindungan dari ancaman, penganiayaan, pemerasan dari pihak yang beracara, hak untuk mendapatkan fasilitas dalam rangka pemerisaan dan penuntutan, hak untuk didampingi oleh penasehat hukum. Hak-hak anak dalam proses persidangan antara lain adalah; hak untuk memperoleh pemberitahuan datang kesidang pengadilan Pasal 145 KUHAP, hak untuk menerima surat penggilan guna menghadiri sidang pengadilan Pasal 146 ayat 1 KUHAP, hak untuk memperoleh apa yang didakwakan Pasal 51 hurub b KUHAP, hak untuk mendapatkan juru bahasa atau penerjemah Pasal 53, Pasal 177, Pasal 165 ayat 4 KUHAP, hak untuk mengusahakan atau mengajukan saksi Pasal 65 dan Pasal 165 ayat 4 KUHAP Hak anak selama persidangan, masih dibedakan lagi dalam kedudukannya sebagai pelaku, korban dan sebagai saksi. Hak anak selama persidangan dalam kedudukannya sebagai pelaku: 1. Hak mendapatkan penjelasan mengenai tata cara persidangan kasusnya. 2. Hak untuk mendapatkan pendamping dan penasihat selama persidangan. 3. Hak untuk mendapatkan fasilitas ikut serta memperlancar persidangan mengenai dirinya. 4. Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap tindakan yang merugikan penderitaan mental, fisik, sosial dari siapa saja. 5. Hak untuk menyatakan pendapat. 6. Hak untuk memohon ganti kerugian atas perlakuan yang menimbulkan penderitaan karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa Universitas Sumatera Utara alasan berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan. 7. Hak untuk mendapatkan perlakuan pembinaan penghukuman yang positif, yang masih mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya. 8. Hak akan persidangan tertutup demi kepentingannya. Pengembanan hak-hak anak dalam proses peradilan pidana merupakan suatu hasil interaksi anak dengan keluarga, masyarakat, penegak hukum yang saling mempengaruhi. Keluarga, masyarakat, dan penegak hukum perlu meningkatkan kepedulian terhadap perlindungan dan memperhatikan hak-hak anak demi kesejahteraan anak. 52 Hak-hak yang diperoleh anak di PKPA sebagai pelaku tindak kejahatan: 53 1. Memperoleh bantuan hukum dan bantuan hukum lainnya secara efektif mulai dari proses kepolisian, kejaksaan sampai kepengadilan. 2. Tidak dipublikasikan Identitasnya 3. Untuk tidak ditangkap, ditahan atau dipenjara kecuali upaya terahir.

b. Tujuan dan Pedoman Pemidaan Anak

Hukuman yang terbaik bagi anak dalam peradilan pidana bukan hukuman penjara, melainkan tindakan ganti rugi menurut tingkat keseriusan tindak pidananya. “Ganti Rugi yang dimaksud adalah sebuah sanksi yang diberikan oleh 52 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak. Bandung PT Refika Aditama 2010 hlm 113-135 53 Wawancara dengan Ibu Azmiati Zuliah Kordinator di PKPA Setia Budi Medan, 20 Mei 2011 Universitas Sumatera Utara sistem peradilan pidanapengadilan yang mengharuskan pelaku membayar sejumlah uang atau kerja, baik langsung maupun pengganti”. 54 Hukum pidana untuk anak yang diatur dalam UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dianggap belum memberikan perlindungan kepada anak yang berkonflik dengan hukum. Oleh karena itu perlu adanya perubahan dan pembaruan. Tujuan dan dasar pemikiran dari peradilan pidana anak tidak dapat dilepaskan dari tujuan utama mewujudkan kesejahteraan anak yang pada dasarnya merupakan bagian integral dari kesejahteraan sosial. Lady Wotton, menyatakan tujuan dari hukum pidana untuk mencegah terjadinya perbuatan-perbuatan yang dapat merusak masyarakat dan bukanlah untuk membalas kejahatan yang telah dilakukan pembuat dimasa yang lampau akan doktrin yang telah berlaku secara konvensional ini telah menempatkan mens rea ditempat yang salah. 55 Mens rea itu hanya penting setelah penghukuman, sebagai suatu petunjuk tentang ukuran-ukuran apakah yang akan diambil untuk mencegah terulangnya kembali perbuatan-perbuatan terlarang itu. Marlina, menyatakan tujuan dari hukum pidana anak adalah untuk menyembuhkan kembali keadaan kejiwaan anak yang telah terguncang akibat perbuatan pidana yang telah dilakukannya. Jadi tujuan pidana tidak semata-mata menghukum anak yang sedang bersalah, akan tetapi membina dan menyadarkan kembali anak yang telah melakukan kekeliruan aatau telah melakukan perbuatan 54 Burt Galaway and Joe Hudson. Offender Restiturion in Theory and Actions, Lexington: Mass eath, 1978, hlm 1 55 Roeslan Saleh. Pertanggung Jawaban Hukum Pidana, Jakarta: Ghalia Indonesia. 1982 Cetakan I. hlm. 30 Universitas Sumatera Utara menyimpang. Hal ini penting mengingat bahwa apa yang telah dilakukannya perbuatan salah yang melanggar hokum. Untuk itu penjatuhan pidana bukanlah satu-satunya upaya untuk memproses anak yang telah melakukan tindak pidana. 56 Dalam perkembangannya banyak yang mempersoalkan kembali manfaat penggaunaan pidana penjara sebagai salah satu sarana untuk menanggulangi masalah kejahatan, yang sering dipersoalkan adalah efektifitasnya. Bender OP menyatakan, hukum pidana itu ialah hukum alam, sebagai tandanya ialah pada zaman dan disebuah negara selalu ada suatu hukum pidana, hanya saja yang satu lebih sempurna dari yang lain. Tetapi di manapun akan ada hukuman pidana. Dengan alasan sudah pembawaan alami manusia menuntut agar hak-haknya dipertahankan dengan selayaknya, dan hal tidak bisa terjadi jika orang-orang tidak hidup didalam suatu masyarakat dengan hukum pidan posititif. 57 Menurut Alf Ross pidana adalah merupakan tanggung jawap sosial di mana terdapat pelanggaran terhadap aturan hokum yang dibuat. Tanggung jawab untuk menegakkan aturan terhadap aturan tersebut dilaksanakan oleh lembaga yang mengatasnamakan penguasa. Selanjutnya Plato dan Aristoteles mengatakan bahwa pidana itu dijatuhkan bukan karena telah berbuat jahat melainkan agar jangan berbuat kejahatan lagi. 58 Berbicara masalah pidana tentu tidak lepas dari pembicaraan mengenai pemidanaan. Menurut Prof. Soedarto dikatakan bahwa: 56 Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2009 Cetakan I., hlm 158 57 Lili Rasjidi. Filsafat Hukum Apakah Hukum itu. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya, 1991 hlm 151-152 58 Roeslan Saleh. Stelsel Pidana Indonesia, Jakarta: Aksara Baru, 1978 hlm. 5. Universitas Sumatera Utara “Perkataan pemidaan sinonim mengenai istilah “penghukuman”. Penghukuman sendiri berasal dari kata “hukum”, sehingga dapat diartikan sebagai menetapkan hukum atau memutuskan tentang hukumannya brechten. Menetapkan hukuman ini sangat kuat artinya, tidak hanya dalam bidang hukum pidana saja tetapi juga bidang hukum lainya. Oleh karena istilah tersebut harus disempitkan artinya yaitu penghukuman dalam perkara pidana yang kerap kali sinonim dengan pemidanaan atau pemberian atau penjatuhan pidana oleh hakim. 59 Sedangkan Profesor Flew pada tahun 1954 menyatakan bahwa hukuman diberikan karena terjadinya sebuah kejahatan dan perbuatan tidak menyanangkan pada korban dan melanggar aturan yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang. 60 Pendapat Profesor Flew mengatakan bahwa hukuman harus meliputi hal- hal yang jahat dan tidak menyenangkan bagi korban pelakunya, hukuman itu merupakan suatu yang menderitakan diberikan pada pelaku kejahatan dan merupakan pekerjaan atau kegiatan agen manusia perwakilan yang dikerjakan oleh lembaga perwakilan masyarakat dan hukum harus dijatuhkan oleh penguasa setempat lembaga-lembaga peradilan yang telah menetapkan aturan tersebut.

c. Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Anak

Peradilan pidana Anak mewujudkan kesejahteraan anak, sehingga anak diadili secara tersendiri. Segala aktivitas yang dilakukan dalam Peradilan Pidana Anak, seyogianya dilakukan oleh Penyidik Anak , Penuntut Umum Anak , Hakim 59 Laminating. Op.cit, hlm 49 60 Philip Bean. Punishment A Philosophical and Criminologikal Inquiry, Oxfor: Martin Roberston, University, 1981 Laiden Bibl, hlm 6 Universitas Sumatera Utara Anak atau petugas Lembaga Pemasyarakatan Anak, berdasarkan prinsip demi kesejahteraan anak. Hakim menjatuhkan pidana atau tindakan dimaksudkan untuk memberikan yang paling baik bagi, tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat dan tegaknya wibaya hokum. Sanksi pidana yang dijatuhkan kepada anak didasarkan kepada kebenaran, keadilan dan kesejahteraan Anak. Peradilan Pidana Anak, pada dasarnya juga untuk melakukan koreksi, rehabilitasi, sehingga cepat atau lambat, anak dapat kembali ke kehidupan masyarakat normal dan bukan untuk mengakhiri harapan dan potensi masa depannya. Penjatuhan pidana atau tindakan merupakan suatu tindakan yang harus dipertanggaungjawabkan dan dapat bermanfaat bagi anak. Setiap pelaksanakan pidana atau tindakan, diusahakan tidak menimbulkan korban, penderitaan, kerugaian mental, fisik, dan sosial. Mencegah akibat-akibat yang tidak diinginkan yang sifatnya merugikan , perlu diperhatikan dasar etis bagi pemidanaan tersebut, yaitu keadilan sebagai satu-satunya dasar pemidanaan, setiap tindakan pemidanaan dinilai tidak hanya berdasarkan sifat keadilan saja, melainkan juga sifat kerukunan yang akan dicapainya, karena dalam kerukunan tercermin pula keadilan, pemidanaan merupakan tindakan terhadap anak nakal yang dapat mempertanggung jawapkan perbuatannya, penilaian anak nakal, tidak selalu didasarkan pada kualitas kemampuan rohaniah dan psikis pada waktu kenakalan dilakukan, tetapi terutama didasarkan pada kemampuan mereka berhak untuk menerima pidana dan tindakan. 61 61 Maidin Gultom, Perlindungan Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia. Bandung . Refika Aditama. 2008 Cetakan I.hlm. 124 Universitas Sumatera Utara Hakim tidak boleh menjatuhkan kumulasi hukuman kepada terdakwa, artinya pidana dan tindakan tidak boleh dijatuhkan sekaligus. Namun dalam perkara Anak Nakal dapat dijatuhkan pidana pokok dan pidana tambahan sekaligus, misalnya pidana penjara atau ganti rugi. Dalam menjatuhkan pidana atau tindakan, Hakim harus memperhatikan berat ringannya tindakan pidana atau kenakalan yang dilakukan oleh anak. Hakim wajib mempertimbangkan keadaan anak, keadan rumah tangga, orang tuawaliorang tua asuhnya, hubungan anggota keluarga, keadaan lingkungan, dan Laporan Pembimbing Kemasyarakatan. 62

d. Jenis-jenis Sanksi bagi Anak

Secara gradual, jenis-jenis sanksi bagi anak diatur ketentuan Pasal 22-32 Undang-undang Nomor: 3 dan dapat berupa pidana atau tindakan. Apabila diperinci lagi, pidana tersebut bersifat Pidana pokok dan Pidana Tambahan. Pidana pokok terdri dari: ▪ Pidana penjara ▪ Pidana kurungan ▪ Pidan denda; dan ▪ Pidana Pengawasan Pidana Tambahan terdiri dari ▪ Perampasan barang-barang tertentu ▪ Pembayaran ganti rugi Tindakan yang dapat dijatuhkan kepada Anak nakal ialah: 62 Ibid. hlm. 125 Universitas Sumatera Utara ▪ Mengembalikan Kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh; ▪ Menyerahkan kepada Negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja ▪ Menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau Organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak dibidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja. Pada asasnya, identik dengan Hukum Pidana Umum Ius Commune maka pengadilan Anak hanya mengenal penjatuhan 1 satu pidana pokok saja. Tegasnya, komulasi 2 dua pidan pokok diarang. Konkretnya, terhadap Anak Nakal yang melakukan tindak pidana Pasal 1 angka 2 hurup a UU 3 1997 Hakim dapat menjatuhkan salah satu pidana pokok atau tindakan sedangkan terhadap anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan Pasal 1 ayat 2 hurup b UU 31997 Hakim hanya dapat menjatuhkan tindakan Pasal 25 ayat 1, 2 UU 31997. Selanjutnya, dalam menentukan pidana atau tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak, Hakim memperhatikan berat ringannya tindak pidana atau kenakalan yang dilakukan oleh anak yang bersangkutan. Hakim juga wajib memperhatikan keadaan anak, rumah tangga, orang tua, wali, atau orang tua asuh, hubungan antar anggaota keluarga dan lingkungannya. Demikaian pula, Hakim wajib memperhatikan laporan Pembimbing Kemasyarakatan. 63 63 Lilik Mulyadi. Pengadilan Anak di Indonesia dan Teori, Praktik dan Permasalahannya. Bandung. Mandar Maju.2005 hlm. 133 Undang-undang Pengadilan Anak Nomor 3 Tahun 1997 Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Data Tersangka Pelaku Kriminal Sejajaran PUSPA PKPA Sumatera Utara Tahun 2007-2010 Tahun No Sejajaran Polda Sumut 2007 2008 2009 2010 Asahan 24 3 11 11 Binjai 9 11 4 14 Dairi 3 - - 1 Deli Serdang 17 59 23 11 Dolok Masihol - - 2 7 Karo 6 7 - - Labuhan Batu 7 2 15 11 Langkat 10 15 1 - Madina 2 - 1 - Medan 56 96 62 37 Nias - - 1 - P. Berandan 4 2 2 - P. Sidempuan 1 - - - P . Siantar 4 7 - - Serdang Bedagai 3 5 11 1 Simalungun - - - - T anjung Balai 2 3 - - Tebing Tinggi 1 2 - - Tapanuli Selatan 2 - - - Tapanuli Utara 1 - - - Tebing Tinggi 1 - - - Rantau Parapat - - - 1 Sibolga - 2 - - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Jumlah 153 214 133 94 Sumber : Startistika Pusat Kajian Perlindungan Anak Sumatera Utara 2010. Tabel 2 menunjukkan bahwa terlihat tahun 2007 jumlah pelaku kriminal secara keseluruhan 153 orang. Tahun 2008 berjumlah 214 orang. Tahun 2009 jumlah tersangka pelaku kriminal adalah 133 orang dan tahun 2010 berjumlah 94 orang. Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Data Kasus Anak Berkonflik dengan Hukum Usia 13-18 yang ditangani PUSPA PKPA Sumatera Utara 2007-2010 TAHUN No Jenis Kejahatan 2007 2008 2009 2010 Jumlah 1 Penganiayaan 6 9 1 - 16 2 Pencurian 67 94 6 49 216 3 Narkoba 32 59 - 15 106 4 Pencabulan 8 9 - 3 20 5 Terhadap ketertiban - 5 - 19 24 6 Perampokan 13 9 - - 22 7 Pembunuhan 6 - - - 6 8 Pemerkosaan 13 1 - - 14 9 Illegal Loging - - 1 - 1 10 Uang Palsu 1 - - - 1 11 Sumpah palsu 1 - - - 1 12 Ingkar janji - 1 - - 1 13 Pengrusakan - 1 - - 1 14 Penjambretan - 10 - - 10 15 Perjudian - 9 - - 9 16 Inces - 1 - - 1 Jumlah 147 208 8 86 449 Sumber : Data Statistik Pusat Kajian Perlindungan Anak 2010 Tabel 4 tersebut menunjukkan bahwa peningkatan yang sangat menonjol pada tahun 2008 dengan kasus 208, yang sebelumnya tahun 2007 hanya berjumlah 147 kasus. Berdasarkan Tabel diatas, dalam kurun waktu empat tahun mulai tahun 2007-2010 ada empat jenis tindak pidana yang terbesar yang dilakukan oleh anak. Pertama tindak pidana pencurian berjumlah 216 kasus. Kedua, tindak pidana Narkoba 106 kasus. Ketiga, tindak pidana ketertiban 24 kasus. Keempat, tindak pidana perampokan 22 kasus. Universitas Sumatera Utara

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KENAKALAN DAN