3. Gejala perilaku
Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah: ♦
Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan ♦
Menurunnya prestasi performance dan produktivitas ♦
Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan ♦
Perilaku sabotase dalam pekerjaan ♦
Perilaku makan yang tidak normal kebanyakan sebagai pelampiasan, mengarah ke obesitas
♦ Perilaku makan yang tidak normal kekurangan sebagai
bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba- tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi
♦ Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi,
seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi ♦
Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas ♦
Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman
♦ Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.
II.2.5 Dampak Stres Kerja
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya
Universitas Sumatera Utara
gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya. Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat
meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan sebagainya Widyasari,
2007.
Penelitian yang dilakukan Halim 1986 di Jakarta dengan menggunakan 76 sampel manager dan mandor di perusahaan swasta menunjukka n bahwa efek stres
yang mereka rasakan ada dua. Dua hal tersebut adalah:
a Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup kencang,
denyut jantung meningkat, bibir kering, berkeringat, mual. b
Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas, tidak bisa berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin
meninggalkan situasi stres.
Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan
secara psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teralienasi, hingga turnover Widyasari, 2007.
II.2.6 Penilaian Stres
Penilaian pemikiran yang mendatangkan stres itu dapat berpangkal pada 3 tiga pemikiran, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Penilaian kerugian dan kehilangan harm-loss. Misalnya, sebagai
karyawan yang ketahuan korupsi puluhan juta rupiah, peristiwa itu dapat mendatangkan stres, karena akan dipecat dari pekerjaannya
kehilangan, lalu akan kehilangan penghasilan rugi. 2.
Pemikiran tentang ancaman threat. Misalnya, kita sakit parah dan harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Ancaman yang
dihadapi dalam keadaan stres berbaring di rumah sakit dapat berhubunga dengan berapa lama sakit kita berlangsung, berapa
biaya yang akan dikeluarkan, dan proses waktu yang dibutuhkan agar kesehatan kita betul-betul pulih kembali.
3. Pemikiran tentang tantangan challenge. Misalnya, jabatan
dinaikkan dari asisten manejer menjadi manejer. Kenaikan jabatan ini mendatangkan stres karena tanggung jawab akan bertambah
besar dan tuntutan kerja akan bertambah banyak. Tetapi bersamaan dengan itu tantangan akan terasa juga karena dengan
jabatan manejer kemampuan kita akan diuji dan pengaruh kita akan berdampak lebih luas.
Brech 2000, membuat suatu penilaian apakah seorang individu menderita stres berdasarkan gejala-gejala yang timbul sebagai akibat dari hal,
peristiwa, orang, atau keadaan yang mendatangkan stres. Daftar yang diberikan tidak berupa kuesioner untuk mendapatkan skor, tetapi lebih sebagai daftar
gejala, perilaku atau bidang masalah untuk mengecek diri sendiri. Perlu
Universitas Sumatera Utara
diperhatikan, bukan hanya apakah perilaku bersangkutan terjadi, tetapi apakah ada perubahan di dalam perilaku individu.
II.2.7 Manajemen Pengendalian Stres Kerja