Hubungan Kebisingan Terhadap Stres Pada Pekerja Bagian Produksi PT.Hadi Baru Medan Tahun 2008
HUBUNGAN KEBISINGAN TERHADAP STRES PADA
PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT.HADI BARU
MEDAN TAHUN 2008
SKRIPSIOleh :
Apriyanti Sihole 041000179
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
HUBUNGAN KEBISINGAN TERHADAP STRES PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT.HADI BARU MEDAN
TAHUN 2008 SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh: Apriyanti Sihole
041000179
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
Halaman Pengesahan
Skripsi Dengan Judul
HUBUNGAN KEBISINGAN TERHADAP STRES PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT.HADI BARU MEDAN TAHUN 2008
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
APRIYANTI SIHOLE 041000179
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 18 September 2008 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
DR.Mhmd Makmur S,MS Dra.Lina Tarigan Apt,MS
NIP.131655401 NIP.131803345
Penguji II Penguji III
Dr.Halinda Sari Lubis,MKKK Ir.Kalsum, Mkes
NIP. 132148541 NIP.131964120
Medan, Juni 2008 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Dr. Ria Masriani Lubis, Msi NIP. 131124053
(4)
ABSTRAK
Apriyanti Sihole
Hubungan Kebisingan Terhadap Stres Pada Pekerja Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008 ix+58 halaman+ 15 tabel+14 daftar puataka(1993-2008)
Bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Kebisingan dapat berpengaruh terhadap kesehatan pekerja, salah satu gangguan yang ditimbulkan oleh bising adalah stres. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang hubungan kebisingan terhadap stres pada pekerja dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kebisingan terhadap stres pekerja.
Yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008 yang bekerja pada lingkungan kerja dengan intensitas kebisingan >85 dB(A) sebanyak 40 orang pekerja. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan metode wawancara mengisi kuesioner penilaian stres berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan.
Hasil pengukuran yang dilakukan pada empat (4) titik berbeda di bagian produksi diperoleh intensitas kebisingan berada antara 86.1 dB(A)-101.3 dB(A). Hasil waawancara dengan mengisi kuesioner gejala stres diketahui sebanyak 5 orang pekerja (12.5%) mengalami stres dan 35 orang pekerja (87.5%) tidak mengalami stres. Dari hasil uji statistik yang dilakukan diketahui tidak ada hubungan antara kebisingan terhadap stres pada pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Disarankan kepada pihak manajemen PT.HADI BARU MEDAN untuk dapat melakukan pemerikasaan kesehatan secara berkala terhadap pekerja yang memiliki resiko kerja yang tinggi terutama pekerja bagian produksi. Pemerikasaan tidak hanya dilakukan terhadap lingkungan fisik tetapi juga terhadap lingkungan psikologis. Mempertimbangkan alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi bahaya akibat kebisingan, baik bahaya yang langsung dirasakan seperti gangguan komunikasi atau gangguan kenikmatan kerja dan bahaya jangka panjang seperti stres atau penurunan daya dengar (noise induced hearing loss).
(5)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : APRIYANTI SIHOLE
Tempat/ Tanggal Lahir : Selatpanjang, 11 April 1986
Agama : Kristen Katolik
Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah saudara : 4 (empat) orang
Alamat Rumah : Jl. Hang Tuah Ujung gg. Bukit Tolong RT 07/RW 11, Kulim
Pekanbaru Riwayat Pendidikan :
1. Tahun 1992 - 1998 SD Yos Sudarso Selatpanjang 2. Tahun 1998 - 2001 SMP Negeri 10 Pekanbaru 3. Tahun 2001 - 2004 SMA Negeri 1 Pekanbaru 4. Tahun 2004 - 2008 FKM USU Medan
Riwayat Organisasi :
1. Anggota UKM KMK St.ALBERTUS MAGNUS USU sejak 2004 s/d sekarang
2. Anggota UKM KMK St. Lukas sejak Tahun 2004 s/d sekarang
3. Koordinator Sei Konsumsi Bakti Sosial St.Lukas 2005
4. Koordinator Sei Seminar Dies Natalis (Lustrum) UKM KMK St. Albertus Magnus USU Tahun 2005
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur bagi Yesus Kristus dan Bunda Maria karena berkat kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Hubungan
Kebisingan Terhadap Stres Pada Pekerja Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008”.
Selama penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak dr. Mhd.Makmur Sinaga,MS dan
Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dengan keikhlasan untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, Msi selaku dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs.Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
3. Ibu Dra.Lina Tarigan, Apt, MS selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja beserta staf Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK dan Ibu Ir.Kalsum, M.Kes selaku
dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Sofyan Ismail selaku Direktur PT.HADI BARU MEDAN dan Bapak Rusdi Yasin selaku Kepala Pabrik PT.HADI BARU MEDAN beserta staf
atas izin melakukan penelitian dan semua bantuan dalam menyusun skripsi ini.
(7)
6. Keluarga tercinta; Bapak P.Sihole dan Ibu R.Silalahi atas pengorbanan yang tak berkesudahan (this i for my dad n mom!makasih bwt semuanya ya pak, mak!maaf kalo kelamaan;), abang Charles T.P. Sihole(pahatopi!ai adinggan do?maaf ya di potong,he2), serta adik-adik, Marselinus Timbul S.(sbr bwt kul y dek!), Horas Mangaratua S.S(jgn nakal lg ya...), Silvya Agatha S(luv u much...)
7. Sahabat-sahabat terindah; neng ’ngel( choose who is d one!), eve”choy”(saat
itu indah kan eve????), jeng_lot(langkah tinggal setapak,semangat!!) , ame n
d laptop (i know dat between us sumtimez have a big problem, but i still hope i can be d person that u want), dame”yong”(thenkyu for all that u give 2 me...sory, i can’t give u d same way too!!!), loisa(selamat datang!!), ika (weh,acemnya cln eda awak ne?,he2), saurma (watakusiwa,he2),anak-anak saint luke(putri ,tiwi, echa, oi’, vitha, evan, frengki, dkk), bona”rong2”, rekan stambuk 2004 terkhusus peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, warga d hunianQ (bou anar,b’nael,b’asa(kapan???),ledy,choky’de2k’.
8. Semua pihak yang membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, namun demikian penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita ssemua.
Medan, September 2008
(8)
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Riwayat Hidup Penulis ... iii
Kata Pengantar ...iv
Daftar Isi ...vi
Daftar Tabel ...ix
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ...1
I.2 Perumusan Masalah ... 4
I.3 Tujuan Penelitian ...4
I.3.1 Tujuan Khusus ...5
I.3.2 Tujuan Umum...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kebisingan ... 7
II.1.1 Definisi Kebisingan ... 7
II.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebisingan ... 8
II.1.3 Sumber-sumber Kebisingan ... 8
II.1.4 Jenis Kebisingan ... 9
II.1.5 Pengaruh Kebisingan ... 11
II.1.6 Nilai Ambang Batas Pendengaran ... 12
II.2 Stres ... 14
II.2.1 Pengertian Stres ... 14
II.2.2 Stres di Tempat Kerja ... 15
II.2.3 Penyebab Stres di Tempat Kerja ... 17
II.2.4 Gejala-Gejala Akibat Stres... 21
II.2.5 Dampak Stres Kerja... 24
II.2.6 Penilaian Stres... ..25
II.2.7 Manajemen Pengendalian Stres Kerja ... ...26
II.3 Kerangka Konsep ... 27
II.4 Hipotesa Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian ... 28
III.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28
III.2.1 Tempat Penelitian ... 28
III.2.2 Waktu Penelitian ... 28
III.3 Populasi dan Sampel ... 28
III.3.1 Populasi ... 28
III.3.2 Sampel ... 28
(9)
III.5 Definisi Operasional ... 29
III.6 Aspek Pengukuran ... 29
III.6.1 Kebisingan ... 29
III.6.2 Stres ... 30
III.7 Teknik Pengolahan Data ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1 Gambaran Umum PT.HADI BARU ... 32
IV.1.1 Sejarah Perusahaan ... 32
IV.1.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha ... 33
IV.1.3 Pemasaran ... 34
IV.1.4 Lokasi Perusahaan ... 35
IV.1.5 Uraian Proses Produksi ... 35
IV.2 Struktur Organisasi PT.HADI BARU MEDAN... 39
IV.2.1 Struktur Organisasi ... 39
IV.2.2 Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... 39
IV.2.2.1 Tenaga Kerja ... 39
IV.2.2.2 Jam Kerja ... 41
IV.3 Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... 42
IV.4 Karakteristik Responden ... 43
IV.4.1 Umur Responden ... 43
IV.4.2 Pendidikan Terakhir ... 44
IV.4.3 Masa Kerja ... 44
IV.4.4 Status Perkawinan... 44
IV.4.5 Lama Kerja... 45
IV.4.6 Pekerjaan Sampingan ... 45
IV.5 Keluhan Akibat Bising ... 46
IV.5.1 Lingkungan Kerja Yang Bising ... 46
IV.5.2 Gangguan Komunikasi Dalam Bekerja ... 46
IV.5.3 Gangguan Komunikasi Dalam Bekerja ... 47
IV.5.4 Gangguan Kenikmatan Dalam Bekerja ... 47
IV.5.5 Gangguan Pendengaran Akibat Bising ... 48
IV.5.6 Nyeri Bahu, Leher dan Sakit Kepala ... 48
IV.5.7 Beban Pekerjaan ... 49
IV.6 Hasil Pengukuran ... 50
IV.6.1 Kebisingan ... 50
IV.6.2 Stres ... 51
BAB V PEMBAHASAN V.1 Kebisingan ... 52
V.2 Stres ... 54
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN IV.1 Kesimpulan... 57
(10)
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Lampiran 1 : Instrumen Penelitian Lampiran 2 : Hasil Analisis Statistik
Lampiran 3 : Struktur Organisasi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008
Lampiran 4 : Denah Lokasi Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008 (Flow
Chart)
Lampiran 5 : Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan di Bagian Poduksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008
Lampiran 6 : Surat Ijin Survei Penelitian
Lampiran 7 : Surat Keterangan Telah Selesai Mengumpulkan Data Lampiran 8 : Surat Keterangan Peminjaman Sound Level Meter
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 .. Standar Spesifikasi SIR (Standard Indonesian Rubber) Tabel 4.1 Perincian Tenaga Kerja PT. Hadi Baru
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Kelompok Umur di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Tingkat Pendidikan di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Masa Kerja di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerja PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008 Menurut Lama Kerja
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Pekerjaan Sampingan di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Tabel 4.6 Distribusi Pekerja Menurut Gangguan Komunikasi Yang Dialami Akibat Bising di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Tabel 4.7 Distribusi Pekerja Menurut Gangguan Konsentrasi Yang Dialami Akibat Bisinga di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008. Tabel 4.8 Distribusi Pekerja Menurut Gangguan Kenikmatan Kerja Yang Dialami
Akibat Bising di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Tabel 4.9 Distribusi Pekerja Menurut Gangguan Pendengaran Yang Dialami Akibat Bising di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Tabel 4.10 Distribusi Pekerja Menurut Nyeri Bahu, Leher dan Sakit Kepala Yang Dirasakan Dalam Waktu Tertentu di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Tabel 4.11 Distribusi Pekerja Menurut Kesesuaian Kemampuan Yang Dirasakan Dengan Beban Kerja di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Tabel 4.12 Gambaran Stres Pada Pekerja Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
(12)
ABSTRAK
Apriyanti Sihole
Hubungan Kebisingan Terhadap Stres Pada Pekerja Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008 ix+58 halaman+ 15 tabel+14 daftar puataka(1993-2008)
Bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Kebisingan dapat berpengaruh terhadap kesehatan pekerja, salah satu gangguan yang ditimbulkan oleh bising adalah stres. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang hubungan kebisingan terhadap stres pada pekerja dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kebisingan terhadap stres pekerja.
Yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008 yang bekerja pada lingkungan kerja dengan intensitas kebisingan >85 dB(A) sebanyak 40 orang pekerja. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan metode wawancara mengisi kuesioner penilaian stres berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan.
Hasil pengukuran yang dilakukan pada empat (4) titik berbeda di bagian produksi diperoleh intensitas kebisingan berada antara 86.1 dB(A)-101.3 dB(A). Hasil waawancara dengan mengisi kuesioner gejala stres diketahui sebanyak 5 orang pekerja (12.5%) mengalami stres dan 35 orang pekerja (87.5%) tidak mengalami stres. Dari hasil uji statistik yang dilakukan diketahui tidak ada hubungan antara kebisingan terhadap stres pada pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Disarankan kepada pihak manajemen PT.HADI BARU MEDAN untuk dapat melakukan pemerikasaan kesehatan secara berkala terhadap pekerja yang memiliki resiko kerja yang tinggi terutama pekerja bagian produksi. Pemerikasaan tidak hanya dilakukan terhadap lingkungan fisik tetapi juga terhadap lingkungan psikologis. Mempertimbangkan alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi bahaya akibat kebisingan, baik bahaya yang langsung dirasakan seperti gangguan komunikasi atau gangguan kenikmatan kerja dan bahaya jangka panjang seperti stres atau penurunan daya dengar (noise induced hearing loss).
(13)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
GBHN menggariskan bahwa pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan Sumber Daya Manusia yang diarahkan pada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien dan efektif. Pembangunan ini bertujuan kepada suatu pertumbuhan yang cukup cepat dan dapat dicapai bila produktivitas dan efisiensi tenaga kerja cukup tinggi (Dekdikbud 1999).
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian produktivitas dan efisiensi kerja yang baik. Selain dari beban kerja yang harus ditanggung langsung oleh pekerja, kondisi lingkungan kerja atau tempat kerja dapat menjadi beban tersendiri bagi pekerja tersebut. Dalam lingkungan atau tempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor penyebab tambahan yang terdiri dari : (Suma’mur, 1996)
1. Faktor-faktor fisik, yang meliputi pencahayaan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara vibrasi mekanis, radiasi dan tekanan udara. 2. Faktor-faktor kimia, yaitu gas, uap, debu, “fume”, asap, awan, cairan dan
benda padat.
3. Faktor biologi, baik dari golongan tumbuhan ataupun hewan. 4. Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap dan cara kerja.
faktor mental atau psikologis, pemilihan kerja, waktu kerja, masalah pribadi atau lain-lain.
(14)
Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan. WHO (1995) memperkirakan hampir 14% total tenaga kerja negara industri terpapar bising melebihi 90 dB di tempat kerjanya. Diperkirakan sebanyak 20 juta orang Amerika terpapar bising lebih dari 85 dB. Wough dan Forcier mendapat data bahwa perusahaan kecil di sekitar Sidney mempunyai tingkat kebisingan 87 dB. Quebec – Canada, Frechet mendapat data bahwa 55% daerah industri memiliki tingkat kebisingan lebih dari 85 dB. Peningkatan suara dengan gelombang kompleks yang tidak beraturan dikenal sebagai bising, merupakan salah satu stresor bagi individu. Bila hal tersebut terjadi berulangkali dan terus menerus sehingga melampaui adaptasi individu maka berakibat terjadi kondisi stres yang merusak atau sering disebut stres. Keadaan bising dapat berakibat kelainan pada sistem pendengaran serta menurunkan kemampuan dalam berkomunikasi, disamping sebagai stresor yang dapat memodulasi respons imun. Menurut Ivancevich dan Matteson, bising yang berlebih, berulang kali didengar dan dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan stres. Bising oleh pekerja pabrik dinilai sebagai pembangkit stres yang membahayakan ( Roestam, 2004).
Menurut penelitian Barker dkk, stres yang dialami oleh seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stres akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang cenderung sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah ( Rini, 2002).
(15)
Dua orang peneliti yaitu Plaut dan Friedman berhasil menemukan hubungan antara stres dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stres sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, karena alergi serta menurunkan sistem autoimunnya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood sesesorang sedang negatif dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif ( Rini, 2002).
Peneliti lain Dantzer dan Kelly berpendapat tentang stres dihubungkan dengan daya tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stres yang dialami seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stres yang dialami seseorang itu sudah berjalan sangat lama, akan membuat letih health ptomoting
response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan
tubuh ( Rini, 2002).
Banyak sudah penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab akibat antara stres dengan penyakit, seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, alergi, maag dan beberapa penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran setiap orang untuk mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikologis ( Rini, 2002).
Beberapa tahun terakhir, pegukuran terhadap hormon stres berupa adrenalin, noradrenalin dan kortisol digunakan secara luas untuk mengetahui mekanisme dari reaksi psikologis terhadap paparan kebisingan. Penelitian yang dilakukan oleh Levi dkk, menunjukkan bahwa adanya peningkatan norendoprine dan adrenalin pada subyek yang terpapar kebisingan industri. Sukamoto (1957), mengatakan peningkatan
(16)
kadar kortisol akibat keterpaparan bising lebih besar daripada akibat keterpaparan oleh panas (Babisch, 2003).
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa setiap tempat kerja mempunyai bahaya kerja tersendiri, begitu juga di PT.HADI BARU MEDAN bagian produksi terdapat mesin yang menimbulkan suara yang menganggu pekerja. PT.HADI BARU merupakan pabrik yang memproduksi Crumb Rubber, dimana proses produksinya terdiri dari dua proses yaitu proses basah dan proses kering. Pada proses basah inilah terdapat mesin-mesin yang menimbulkan suara bising. Proses basah dilakukan melalui 8 (delapan) tahapan, yaitu; stasiun penimbangan, stasiun pencincangan dan pembersihan, stasiun kerja penggilingan dan pembentukan lembaran, stasiun kerja panjemuran, stasiun kerja peremahan dan pembentukan butiran, stasiun kerja pengeringan, stasiun kerja penimbangan dan pengepresan dan stasiun yang terakhir adalah stasiun pengemasan. Pada stasiun pencincangan terdapat mesin-mesin seperti slub cutter, hamer mill, rotary cutter yang memiliki tingkat kebisingan yang lebih besar bila dibandingkan dengan stasiun penggilingan yang meggunakan mesin creeper sebanyak 8 unit pada proses kerjanya. Pada manusia kebisingan dapat menimbulkan ganggua n pada sistem pendengaran dan pencernaan, stres, sakit kepala, peningkatan tekanan darah serta dapat menurunkan prestasi kerja (Suma’mur,1996).
Untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan yang timbul akibat kebisingan serta pengendalian tingkat kebisingan yang ada, pemerintah telah membuat UU RI No.4 tahun 1982 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.718/Menkes/Per/XI tahun
(17)
1987 yang berisikan aturan kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan (Suharyanto, 1994).
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas mengenai gambaran pengaruh kebisingan terhadap stres pada pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran pengaruh kebisingan terhadap stres pada pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
I.3 Tujuan Penelitian I.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengaruh kebisingan terhadap stres pada pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
I.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat kebisingan bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
2. Untuk mengetahui tingkat stres pada pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
3. Untuk mengetahui gambaran pengaruh kebisingan terhadap stres pada pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
(18)
I.4. Manfaat Penelitian
1. Sumber informasi bagi pihak manejemen mengenai kondisi umum pekerja dan masalah kesehatan yang dialami oleh pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
2. Masukan kepada pihak manajemen mengenai alternatif yang dapat dipergunakan untuk mengatasi dampak atau bahaya yang ditimbulkan oleh kebisingan di bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
3. Mengetahui gambaran pengaruh kebisingan terhadap stres pada pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
4. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai kebisingan dan pengaruhnya terhadap stres pada pekerja PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA II.1. KEBISINGAN
II.1.1. Definisi Kebisingan
Bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki (WHO, 1995).
Suara dikatakan bising bila suara-suara tersebut menimbulkan gangguan terhadap lingkungan seperti gangguan percakapan, gangguan tidur dan lain-lain (Suma’mur, 1996).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.718/Menkes/Per/XI/1987 : kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak diinginkan sehingga mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini merupakan kumpulan nada-nada dengan macam-macam intensitas yang tidak diinginkan sehingga mengganggu kesehatan orang terutama pendengaran. Sedangkan menurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. SE 01/Men/1978, kebisingan di tempat kerja adalah semua bunyi atau suara-suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat di tempat kerja (Depkes RI, 1993).
Dalam bahasa K3, National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) telah mendefinisikan status suara atau kondisi kerja dimana suara berubah menjadi polutan secara lebih jelas, yaitu : ( Tambunan, 2005)
a. suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 104 dBA
b. kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus menghadapi tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dBA selama lebih dari 8 jam.
(20)
II.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kebisingan antara lain : (WHO, 1995)
1. Intensitas, intensitas bunyi yang dapat didengar telinga manusia berbanding langsung dengan logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat di dengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi di ukur dengan logaritma dalam desible (dB).
2. Frekuensi, frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia terletak antara 16-20000 Hertz. Frekuensi bicara terdapat antara 250- 4000 Hertz.
3. Durasi, efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan dan berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam.
4. Sifat, mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil, berfluktuasi, intermiten). Bising impulsive (satu/lebih lonjakan energi bunyi dengan durasi kurang dari 1 detik) sangat berbahaya.
II.1.3. Sumber-sumber kebisingan
Ditempat kerja disadari atau tidak, cukup banyak fakta yang menunjukkan bahwa perusahaan beserta aktivitas-aktivitasnya ikut menciptakan dan menambah keparahan tingkat kebisingan di tempat kerja, misalnya : ( Tambunan, 2005)
a. Mengoperasikan mesin-mesin produksi “ribut” yang sudah cukup tua
b. Terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas kerja cukup tinggi dalam periode operasi cukup panjang
(21)
c. Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala kadarnya, misalnya mesin diperbaiki pada saat mesin mengalami kerusakan parah
d. Melakukan modifikasi atau perubahan secara parsial pada komponen-komponen mesin tanpa mengindahkan kaidah-kaidah keteknikan yang benar, termasuk menggunakan komponen-komponen mesin tiruan
e. Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak tepat (terbalik atau tidak rapat/longgar), terutama pada bagian penghubung antara modul mesin (bad connection)
f. Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai dengan fungsinya, misalnya penggunaan palu (hammer) alat pemukul sebagai alat pembengkok benda-benda metal atau bantu pembuka baut.
II.1.4 Jenis Kebisingan
Ditempat kerja, kebisingan diklasifikasikan menjadi dua yaitu: (Tambunan, 2005)
1. Kebisingan Tetap
Kebisingan tetap dibagi lagi menjadi:
a. kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise) kebisingan ini berupa ”nada-nada murni pada frekuensi yang beragam, contoh suara mesin, suara kipas dan sebagainya.
b. Broad Band Noise
Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise sama-sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady noise). Perbedaanya adalah broad
(22)
2. Kebisingan Tidak Tetap
Kebisingan tidak tetap dibagi lagi menjadi:
a. Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise)
Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama selang waktu tertentu.
b. Intermitten Noise
Sesuai dengan terjemahanya, itermitten noise adalah kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contohnya kebisingan lalu lintas.
c. Impulsive noise
Kebisingan impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara senjata dan alat-alat sejenisnya.
Sedangkan menurut Suma’mur, jenis kebisingan dibagi atas :
1. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain. 2. Kebisingan kontinu dengan sprektum frekuensi yang sempit (steady state,
narrow band noise) misalnya gergaji sikuler, katup gas dan lain-lain.
3. Kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya lalu lintas, suara kapal terbang dilapangan udara.
4. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise) seperti tembakan bedil atau lain sebagainya.
5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa diperusahaan.
(23)
Pengaruh kebisingan seperti tidur terganggu, beberapa ketegangan mental yang disebabkan oleh kebisingan, akan menyebabkan bertambah cepatnya denyut nadi serta hipertensi, yang dapat mengarah kepada suatu bahaya lain di mana si penderita tidak dapat mendengar teriakan atau suara peringatan sehingga memungkinkan dapat mengakibatkan kecelakaan. Secara terus-menerus berada ditengah-tengah kebisingan ditempat kerja dan lalu lintas dapat berakibat hilangnya kepekaan mendengar yang mengarah kepada ketulian ( Buchari, 2007).
Lebih rinci lagi, menurut Ambar W. Roestam (2004), gangguan akibat kebisingan dapat berupa :
1. Gangguan fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, stres, kelelahan, dan lain-lain. 3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
(24)
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan ter-ganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya; gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan tenaga kerja.
4. Gangguan keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.
5. Efek pada pendengaran
Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising, namun bila terus menerus bekerja di tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali.
Tingkat kebisingan dinyatakan dalam desible (dB) yang membandingkan tingkat tekanan suara. Berikut beberapa contoh tingkat suara itu: 60-70 dB untuk pembicaraan biasa, 80-90 dB untuk lalu lintas ramai dan 140-150 dB untuk bunyi mesin jet. Tingkat maksimal yang dapat didengar telinga manusia adalah 130 dB, walaupun dianjurkan sebaiknya manusia jangan sampai dihadapkan pada tingkat suara setinggi itu. Intensitas suara 90-95 dB dapat merusak pendengaran (Drs.Kus Irianto, 2004).
(25)
II.1.6 Nilai Ambang Batas Pendengaran
Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan telah direkomendasikan menurut ACGIH dan ISO (International Standart Organization) sebesar 85 dB (A) sedangkan menurut OSHA (Occupational Safety and Health Assosiation) sebesar 90 dB(A) untuk waktu kerja 8 jam sehari dan 40 jam seminggu ( Susanto, 2006).
Ketentuan NAB kebisingan di Indonesia diatur dalam KepMenaker No.Kep.51/Men/1999 tentang NAB Faktor Fisik di tempat kerja yang menetapkan NAB 85 dB(A) untuk waktu kerja 8 jam sehari atau 40 jam seminggu, dapat dilihat dari tabel dibawah ini: ( Susanto, 2006)
Waktu pemajanan per hari Intensitas kebisingan dB(A)
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
15 100
7.5 103
3.75 106
1.88 109
0.94 112
(26)
14.06 118
7.03 121
3.52 124
1.76 127
0.88 130
0.44 133
0.22 136
0.11 139
Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dB(A) walaupun sesaat
Sumber :
Menurut Suma’mur Intensitas dan jam kerja yang diperbolehkan adalah :
Intensitas Kebisingan dB(A) Waktu pemaparan
85 8
87 6
90 4
92 3
95 2
97 1.5
100 1
105 0,5
110 0,25
(27)
II.2 Stres
II.2.1 Pengertian Stres
Menurut Morgan dan King ”..as an internal state can be caused by physical
demand on the body (disease condition, exercise, extremes of temperature, and the like) or by environmental and cosial situations which are evaluated as potentially harmful, uncontrollable, or exceeding our resources for coping”. Jadi stres adalah
suatu keadaan yang bersifat internal yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan dan situasi sosial yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol ( Widyasari, 2007).
Stres juga didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan subyek. Pengertian ini disampaikan oleh Profesor Cary Cooper dari The University of Manchester Institude of Science and Technology (UMIST). Dengan penjelasan bahwa stres itu sangat bersifat personal. Setiap orang memiliki toleransi tertentu pada tekanan di setiap waktunya, yaitu kemampuan untuk mengatasi atau tidak mengatasinya (Agung, 2008).
Atau dengan cara yang lebih sederhana lagi, stres merupakan bentuk tanggapan seseorang baik secara fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkungan yang dirasakan menggangu dan mengakibatkan dirinya terancam ( Anoraga, 1998).
II.2.2 Stres di Tempat Kerja
Menurut Phillip L.Rice, Penulis buku Stress and Health, seseorang dikategorikan stres kerja jika : ( Rini, 2002)
(28)
• Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah yang terbawa ke rumah juga dapat menjadi penyebab stres kerja.
• Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu. Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua pihak untuk menyelesaikan persoalan stres tersebut.
“Work stress is an individual’s response to work related environtmental stressors. Stress as the reaction of organism, which can be physiological, psychological, or behavioral reaction” Berdasarkan definisi di atas,
stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Seperti yang telah diungkapkan di atas, lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stressor kerja. Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang di persepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja ( Widyasari, 2007).
Luthans mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan
(29)
setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda. Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berpikir dan kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur (Agung, 2008).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan. Adanya beberapa atribut tertentu dapat rnempengaruhi daya tahan stres seorang karyawan ( Agung, 2008).
Seperti yang telah diartikan, stres merupakan masalah yang serius dalam lingkungan kerja zaman modern ini. Stres berhubungan dengan biaya kesehatan yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dan biaya jumlah absen dari pekerja yang nilainya lebih dari 150 miliar rupiah. Hampir 15 % dari keseluruhan penyakit akibat kerja berhubungan dengan stres yang dialami pekerja (David L Goetsch, 2000).
(30)
II.2.3 Penyebab Stres di Tempat Kerja
Penyebab stres di tempat kerja berhubungan dengan kondisi psikologi pekerjaan, pekerjaan yang melebihi kemampuan, batasan pekerjaan yang tidak jelas, ketidakpuasan akan besarnya gaji, kepribadian, masalah pribadi dan keluarga pekerja. Penyebab lain terjadinya stres di tempat kerja yaitu : (David L.Goestch,2000).
1. Kompleksitas pekerjaan sehubungan dengan perbedaan tuntutan atas masing-masing pekerja. Pemikiran kompleksnya pekerjaan menimbulkan rasa ketidakmampuan pekerja dan akhirnya memicu stres. Pekerjaan yang berulang dan monoton menyebabkan pekerja menjadi cepat bosan dan merasa tidak puas dengan pekerjaan yang dilakukan serta memungkinkan terjadinya stres sebagai akibat kebosanan tersebut.
2. Pengawasan yang terlalu ketat pada tanggungjawab pekerjaan juga dapat memicu terjadinya stres. Stres yang dialami pekerja akan berkurang dengan adanya partisipasi dari pekerja untuk mengatasi masalah rutinitas, dengan membuat jadwal kerja dan memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan pekerja.
3. Rasa bertanggungjawab terhadap kesejahteraan atau kesehatan anggota keluarga dapat menyebabkan stres kerja. Rasa tanggung jawab ini mendorong pekerja untuk mengabaikan resiko kerja yang ada. Pekerja merasa adanya pemikiran bahwa mereka ”terperangkap dalam pekerjaan yang mereka lakukan.”
(31)
4. Persaingan dalam pekerjaan menimbulkan resiko menjadi pengangguran. Pekerja yang bekerja dengan tingkat pemecatan yang tinggi akan memicu terjadinya stres. Tersedianya jaminan untuk memperoleh pekerjaan di tempat lain dan memiliki salah satu keahlian yang dibutuhkan akan mengurangi stres karena isu pemecatan.
5. Tuntutan beban kerja dapat memicu terjadinya stres apabila beban tersebut sudah melebihi kemampuan pekerja. Tuntutan ini juga dapat memaksa pekerja untuk menggunakan waktu dan perhatian seefisien mungkin seperti dalam hal mengambil keputusan dan melaksanakan perintah. Pada akhirnya beban kerja yang melebihi kemampuan pekerja dapat memicu terjadinya stres kerja.
6. Dorongan semangat dari manager dan assisten manager akan memberikan perasaan nyaman dan dihargai sehingga dapat menurunkan resiko stres. Kurangnya perhatian dari pihak managemen akan meningkatkan beban kerja yang dirasakan oleh pekerja sehingga dapat memicu terjadinya stres.
7. Kurangnya pengawasan terhadap keselamatan pekerja di tempat kerja dapat menjadi salah satu pemicu stres. Pekerja yang merasa tidak aman dalam bekerja dapat mengalami stres. Pekerja harus merasa aman dalam bekerja terutama dari bahaya di tempat kerja seperti suhu yang terlalu panas, getaran, sengatan listrik, kebakaran, ledakan, bahan beracun, radiasi, kebisingan dan mesin yang beresiko menyebabkan kecelakaan kerja. Untuk mengurangi stres sehubungan dengan bahaya di lingkungan kerja, pihak managemen harus mempunyai komitmen dalam menjamin keselamatan pekerja dan perusahaan tersebut memiliki program keselamatan kerja.
(32)
Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang menyebabkan seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam pembangkit tetapi dari beberapa pembangkit stres. Sebagian besar dari waktu manusia bekerja. Karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan seseorang yang bekerja. Pembangkit stres di pekerjaan merupakan pembangkit stres yang besar perannya terhadap kurang berfungsinya atau jatuh sakitnya seseorang tenaga kerja yang bekerja. Faktor-faktor di pekerjaan yang berdasarkan penelitian dapat menimbulkan stres dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori besar yaitu faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, serta struktur dan iklim organisasi Hurrel : ( Agung, 2008)
1. Faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan termasuk dalam kategori ini ialah tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan fisik misalnya faktor kebisingan. Sedangkan faktor-faktor tugas mencakup: kerja malam, beban kerja, dan penghayatan dari resiko dan bahaya.
2. Peran Individu dalam Organisasi. Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi, artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh atasannya. Namun demikian tenaga kerja tidak selalu berhasil untuk memainkan perannya tanpa menimbulkan masaiah. Kurang baik berfungsinya peran, yang merupakan pembangkit stres yaitu meliputi: konflik peran dan ketaksaan peran (role ambiguity).
(33)
3. Pengembangan Karir. Unsur-unsur penting pengembangan karir meliputi:
• Peluang untuk menggunakan keterampilan jabatan sepenuhnya
• Peluang mengembangkan ketrampilan yang baru
• Penyuluhan karir untuk memudahkan keputusan-keputusan yang menyangkut karir. Pengembangan karir merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih, dan promosi yang kurang.
4. Hubungan dalam Pekerjaan. Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya kepercayaan yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam organisasi. Ketidakpercayaan secara positif berhubungan dengan ketaksaan peran yang tinggi, yang mengarah ke komunikasi antar pribadi yang tidak sesuai antara pekerja dan ketegangan psikologikal dalam bentuk kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan dari kodisi kesehatan, dan rasa diancam oleh atasan dan rekan-rekan kerjanya 5. Struktur dan iklim Organisasi. Faktor stres yang dikenali dalam kategorf ini
adalah terpusat pada sejauh mana tenaga kerja dapat tcrlihat atau berperan serta pada support sosial. Kurangnya peran serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan suasana hati dan perilaku negalif. Peningkatan peluang untuk berperan serta menghasilkan peningkatan produktivitas, dan peningkatan taraf dari kesehatan mental dan fisik.
(34)
6. Tuntutan dari Luar Organisasi/Pekerjaan. Kategori pembangkit stres potensial ini mencakup segala unsur kehidupan seseorang yang dapat berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja di dalam satu organisasi, dan dapat memberi tekanan pada individu. Isu-isu tentang keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan pribadi dan organisasi yang bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan, semuanya dapat merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya, sebagaimana halnya stres dalam pekerjaan mempunyai dampak yang negatif pada kehidupan keluarga dan pribadi.
7. Ciri-ciri Individu. Menurut pandangan interaktif dari stres, stres ditentukan pula oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres. Reaksi-reaksi sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres. Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis, dan dalam bentuk perilaku terhadap stres adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya, mencakup ciri-ciri kepribadian yang khusus dan pola-pola perilaku yang didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai-nilai, pengalaman masa lalu, keadaan kehidupan dan kecakapan (antara lain inteligensi, pendidikan, pelatihan, pembelajaran). Dengan demikian, faktor-faktor dalam diri individu berfungsi sebagai faktor pengaruh antara rangsang dari lingkungan yang merupakan pembangkit stres potensial dengan individu. Faktor pengubah ini yang menentukan bagaimana, dalam kenyataannya, individu bereaksi terhadap pembangkit stres potensial.
(35)
II.2.4 Gejala-Gejala Stres akibat Kerja
Menurut Terry Beehr dan John Newman mengkaji ulang beberapa kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu: ( Widyasari, 2007)
1. Gejala psikologis
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil penelitian mengenai stres pekerjaan :
♦ Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
♦ Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
♦ Sensitif dan hyperreactivity
♦ Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
♦ Komunikasi yang tidak efektif
♦ Perasaan terkucil dan terasing
♦ Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
♦ Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi
♦ Kehilangan spontanitas dan kreativitas
(36)
2. Gejala fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:
♦ Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular
♦ Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin)
♦ Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)
♦ Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
♦ Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome)
♦ Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
♦ Gangguan pada kulit
♦ Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot
♦ Gangguan tidur
♦ Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker
(37)
3. Gejala perilaku
Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:
♦ Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan
♦ Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
♦ Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
♦ Perilaku sabotase dalam pekerjaan
♦ Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan, mengarah ke obesitas
♦ Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi
♦ Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi
♦ Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas
♦ Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman
♦ Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.
II.2.5 Dampak Stres Kerja
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya
(38)
gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya. Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan sebagainya ( Widyasari, 2007).
Penelitian yang dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan menggunakan 76 sampel manager dan mandor di perusahaan swasta menunjukka n bahwa efek stres yang mereka rasakan ada dua. Dua hal tersebut adalah:
a) Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup kencang, denyut jantung meningkat, bibir kering, berkeringat, mual.
b) Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas, tidak bisa berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin meninggalkan situasi stres.
Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teralienasi, hingga turnover ( Widyasari, 2007).
II.2.6 Penilaian Stres
Penilaian pemikiran yang mendatangkan stres itu dapat berpangkal pada 3 (tiga) pemikiran, yaitu :
(39)
1. Penilaian kerugian dan kehilangan (harm-loss). Misalnya, sebagai karyawan yang ketahuan korupsi puluhan juta rupiah, peristiwa itu dapat mendatangkan stres, karena akan dipecat dari pekerjaannya (kehilangan), lalu akan kehilangan penghasilan (rugi).
2. Pemikiran tentang ancaman (threat). Misalnya, kita sakit parah dan harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Ancaman yang dihadapi dalam keadaan stres berbaring di rumah sakit dapat berhubunga dengan berapa lama sakit kita berlangsung, berapa biaya yang akan dikeluarkan, dan proses waktu yang dibutuhkan agar kesehatan kita betul-betul pulih kembali.
3. Pemikiran tentang tantangan (challenge). Misalnya, jabatan dinaikkan dari asisten manejer menjadi manejer. Kenaikan jabatan ini mendatangkan stres karena tanggung jawab akan bertambah besar dan tuntutan kerja akan bertambah banyak. Tetapi bersamaan dengan itu tantangan akan terasa juga karena dengan jabatan manejer kemampuan kita akan diuji dan pengaruh kita akan berdampak lebih luas.
Brech (2000), membuat suatu penilaian apakah seorang individu menderita stres berdasarkan gejala-gejala yang timbul sebagai akibat dari hal, peristiwa, orang, atau keadaan yang mendatangkan stres. Daftar yang diberikan tidak berupa kuesioner untuk mendapatkan skor, tetapi lebih sebagai daftar gejala, perilaku atau bidang masalah untuk mengecek diri sendiri. Perlu
(40)
diperhatikan, bukan hanya apakah perilaku bersangkutan terjadi, tetapi apakah ada perubahan di dalam perilaku individu.
II.2.7 Manajemen Pengendalian Stres Kerja
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat ( Agung, 2008).
(41)
II.3 Kerangka Konsep
II.4 Hipotesa Penelitian
Ho : Tidak ada hubungan kebisingan terhadap stres pada pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Ha : Ada hubungan kebisingan terhadap stres pada pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Bising
Stres Pekerja Bagian
(42)
BAB III
METODE PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan studi cross sectional ( Notoatmojo, 2002).
III.2 Tempat dan Waktu Penelitian III.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di PT.HADI BARU MEDAN pada bagian produksi Tahun 2008.
III.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Tahun 2008 sampai selesai.
III.3 Populasi dan Sampel
III.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja yang bekerja pada bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN yang berjumlah 189 orang.
III.3.2 Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, dimana tenaga kerja yang akan dijadikan sampel harus memenuhi syarat sebagai berikut :
- Bekerja pada bagian produksi PT.HADI BARU dengan intensitas kebisingan > 85 dB(A).
(43)
III.4 Cara Pengumpulan Data
1. Data primer
Data dari lapangan berupa pengisian kuesioner yang berhubungan dengan stres. Wawancara dilakukan langsung oleh peneliti terhadap pekerja yang telah ditentukan menjadi sampel sesudah bekerja yaitu pukul 11.00 WIB sampai 12.00 WIB.
2. Data Sekunder
Berupa gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah ringkas berdirinya perusahaan, struktur organisasi dan alur proses produksi.
III.5 Definisi Operasional
1. Kebisingan adalah suara yang ditimbulkan oleh mesin-mesin bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN dengan intensitas > 85 dB(A).
2. Stres adalah diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri pekerja yaitu kebisingan di tempat kerja.
3. Tenaga Kerja adalah orang atau karyawan yang bekerja di bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN.
(44)
III.6 Aspek Pengukuran III.6.1 Kebisingan
Tingkat kebisingan diukur dengan Sound Level Meter (SLM). Dengan prosedur pengukuran sebagai berikut :
1. Periksa output baterai dengan menswicth on swicth test baterai, jarum harus dihubungkan dengan skala meter yang benar. Posisi swicth test ini berbeda untuk instrumen dengan instrumen lainnya tetapi umumnya berkaitan dengan swicth on/off dan selalu dibari tanda dengan jelas.
2. Swicth on istrumen dan panaskan hingga dua menit.
3. Kalibrasi instrumen sebagai berikut : lepaskan penutup mikropon, tempatkan kalibrator pada mikropon dan set skala pada dB(A) dan pada rentanan yang benar untuk uotput kalibrator. Jika instrumen memiliki swicth respons cepat dan lambat, maka setlah kebagian yang cepat. Aktifkan kalibrator dan amati bacaan pada meter. Jika tidak mampu membaca dengan cepat, aturlah tampilan layar sedemikian dengan memutar sekrup kalibrasi menggunakan obeng kecil.
4. Untuk mengukur paparan kebisingan, lepaskan tutup mikropon, aktifkan
switch pada respon yang tepat dan tempatkan instrumen sejauh lengan dari
tubuh dengan tetap menjaganya satu meter diatas lantai. Jika paparan pekerja telah diukur, tempatkan mikropon lebih dekat ke telinga pekerja tetapi dengan mengarah pada sumber dan catat bacaan pada setiap sisi. Jika mengalami fluktuasi yang terlalu besar untuk mendapatkan nilai yang dapat dibaca, maka switchlah ke respon yang lebih lambat dan bacalah sekali lagi.
(45)
5. Jika para pekerja berada pada mesin yang bising, maka sangatlah bermanfaat untuk mendapatkan kebisingan latar belakang, sehingga ulangi point 4 diatas dengan mematikan mesin.
III.6.2 Stres
Menurut Brench (2000), penilaian stres dapat dilakukan berdasarkan gejala-gejala yang timbul akibat stres. Daftar periksa yang diberikan merupakan daftar gejala-gejala stres yang terjadi. Total skor tertinggi 188. Aspek pengukuran stres menurut Brench adalah sebagai berikut :
• ≥ 60 : stres
• < 60 : tidak stres
III.7 Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa dengan SPSS dan di uji dengan t-test.
(46)
BAB IV
HASIL PENELITIAN IV.1 GAMBARAN UMUM PT.HADI BARU
IV.1.1 Sejarah Perusahaan
PT. Hadi Baru yang berlokasi di Jalan Medan-Binjai adalah pabrik yang memproduksi karet jenis Crumb Rubber. Karet Spesifikasi teknis atau crumb rubber adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat-sifat teknis. Hasil produksi dari PT. Hadi Baru seluruhnya diekspor ke luar negeri seperti Amerika Serikat, Jerman, Kanada dan Eropa.
PT.Hadi Baru didirikan tanggal 1 Agustus 1964 di hadapan notaris, Roesli, SH, di Medan dengan akte No. 97/HB/1/1961 tertanggal 17 Januari 1961 dengan nama Perusahaan Dagang dan Perindustrian Hadi disingkat PT.Hadi.
Tanggal 3 oktober 1963 terjadi perubahan pengurusan dari pemegang saham yang juga di hadapan notaris, Roesli, SH, di Medan dengan akte No. 55. Lalu terjadi lagi perubahan pengurus serta anggaran dasar melalui akte No. 29 di hadapan notaris Panusunan Batubara, SH di Medan pada tanggal 18 Januari 1964, nama perusahaan menjadi PT. Hadi Baru dan telah didaftarkan pada Departemen Kehakiman No. J.A. 5/19/8 tanggal 29 Januari 1964 dan diumumkan dalam lembaran berita Negara Republik Indonesia No. 37 tanggal 8 Mei 1964.
Pada awal pendiriannya, perusahaan ini bergerak dalam proses remilling, yaitu pengolahan getah karet menjadi berbentuk lembaran-lembaran (remilled brown
(47)
(PMDN) dan produksinya berubah dari remilling menjadi crumb rubber (karet remah) dengan mutu standard Indonesia Rubber (SIR), setelah mendapat izin dari Mentri Perdagangan Republik Indonesia dengan surat keputusan No. 288/Kp/IX/1970 tertanggal 14 September 1970.
IV.1.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha
Produk utama dari perusahaan ini adalah crumb rubber dengan mutu SIR 20. Produksi crumb rubber dengan mutu SIR 20 mencapai 98% dari total produksi. Selain itu PT. Hadi Baru juga menghasilkan crumb rubber dengan mutu lain, yaitu SIR 5 dan SIR 10. Di samping pengolahan crumb rubber, PT. Hadi Baru juga menjalankan jasa pengolahan crumb rubber untuk PTP. Dalam hal ini, PTP menyediakan bahan baku sendiri dan PT. Hadi Baru hanya mengolahnya.
Penggolongan kualitas crumb rubber tersebut berdasarkan syarat-syarat spesifikasi sebagai berikut:
1. Kadar Kotoran (Dirt Content)
Kadar kotoran menjadi kriteria terpenting dalam spesifikasi mutu crumb rubber karena berpengaruh pada ketahanan retak dan kelenturan barang-barang yang terbuat dari karet ini nantinya.
2. Kadar Abu (Ash Content)
Spesifikasi kadar abu berguna untuk melindungi konsumen terhadap penambahan bahan-bahan pengisi ke dalam karet pada waktu pengolahan.
(48)
Spesifikasi ini berguna untuk menjamin bahwa karet yang disajikan cukup kering.
4. Plasticity Retention Index (PRI)
PRI menggambarkan ketahanan karet mentah terhadap degradasi oleh oksidasi. Nilai ini menunjukkan bahwa karet yang dihasilkan cukup plastis.
5. Kadar Nitrogen
Spesifikasi ini untuk menjamin jumlah maksimal nitrogen yang boleh terdapat pada karet.
Jenis SIR yang dihasilkan ditentukan dengan pengukuran kadar-kadar yang tersebut di atas melalui uji laboratorium. Tabel 4.1. berikut menunjukkan data spesifikasi SIR terakhir, yang berlaku sejak 1977.
Tabel 4.1. Standar Spesifikasi SIR (Standard Indonesian Rubber)
SPESIFIKASI SIR 5 SIR 10 SIR 20
Kadar Kotoran (%), Max 0,05 0,10 0,20
Kadar Abu (%), Max 0,50 0,75 1,00
Kadar Zat Menguap (%), Max
0,80 0,80 0,80
PRI, Min 70,00 70,00 60,00
Kadar Nitrogen (%), Max 0,60 0,60 0,60
(49)
IV.1.3 Pemasaran
Crumb rubber diperdagangkan dalam bentuk bongkahan (bal)
berukuran 28 x 14 x 6,5 inci3 dengan bobot 35 kg per bongkah, terbungkus rapi menggunakan plastik, dan dikemas di dalam palet yang terbuat dari kayu, di mana satu palet berisikan 36 bal crumb rubber.
Produk crum rubber yang dihasilkan mutunya terdiri dari SIR 5, SIR 10 dan SIR 20. Umumnya produksi utama adalah crumb rubber dengan mutu SIR 20, tetapi hal ini tetap disesuaikan dengan pesanan atau keinginan konsumen.
Seluruh hasil produksi PT.Hadi Baru dipasarkan keluar negeri seperti Amerika Serikat, Jerman, Kanada, Chekoslavakia, Spanyol, Itali, Belanda dan negara- negara Amerika latin dan Jepang. Perusahaan memilih pasar luar negeri karena pasar luar negeri lebih luas dan kebutuhan yang besar atas Crumb rubber yang nantinya diolah menjadi produk yang mempunyai nilai lebih tinggi.
IV.1.4 Lokasi Perusahaan
Lokasi PT. Hadi Baru terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Pabrik Crumb Rubber PT. Hadi Baru dengan luas ±10 Ha yang berlokasi di Jalan Medan-Binjai Km. 16,75 Desa Sumber Melati Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang,
2. Kantor Pemasaran PT. Hadi Baru berlokasi di Jalan Kumango no. 16 Medan.
(50)
Proses pembuatan crumb rubber dapat dibagi menjadi beberapa tahapan proses produksi, yang diuraikan sesuai dengan urutan-urutan prosesnya. Tahapan-tahapan proses produksi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Stasiun Kerja Penimbangan
Bahan baku yang diterima dari pemasok disimpan dalam gudang bahan baku. Bahan baku untuk pembuatan crumb rubber ini biasanya disebut dengan Bokar atau bahan olah karet. Bahan baku kemudian ditimbang dengan timbangan bokar untuk dibawa ke stasiun pencincangan dan pembersihan.
2. Stasiun Kerja Pencincangan dan Pembersihan
Bahan olah karet (Bokar) yang berasal dari tempat penimbangan diangkut dengan
Shovel Loader ke bak air untuk dicuci. Air yang digunakan dialirkan dari menara
air melalui pipa. Dari hasil pencucian air buangan diolah untuk digunakan kembali. Pengolahannya melalui 2 tahap di stasiun pengolahan limbah. Pada tahap pertama air disaring di bak I untuk mendapatkan sisa getah yang dibawa kembali ke gudang bahan baku secara manual. Sedangkan air yang masih mengandung kotoran diendapkan kotorannya dengan tawas di bak II pengolahan limbah. Air yang telah bersih dibawa kembali ke menara air. Bokar yang telah dicuci diangkut dengan bucket elevator ke Mesin Slab Cutter I. Pada mesin tersebut, Bokar dicincang menjadi potongan-potongan kecil sebesar kepalan tangan. Hasil olahan dengan mesin Slab Cutter I diangkut dengan Belt Conveyor ke Bak Pembersihan I. Fungsi Bak Pembersihan ini adalah supaya pasir, tanah, batu dan kayu yang masih bercampur dengan Bokar tenggelam akibat berat jenisnya yang lebih besar. Setelah dicuci dalam Bak Pembersihan I, Bokar
(51)
diangkut ke Mesin Slab Cutter II dengan Bucket Elevator. Prinsip mesin kerja
Slab Cutter II sama dengan Slab Cutter I, perbedaannya adalah hasil olahan
mesin Slab Cutter II berukuran lebih kecil. Bokar kemudian dijatuhkan dengan corong gravitasi untuk diayak dengan Vibrating Screen dengan ukuran saringan 0.5 cm yang juga berfungsi untuk memisahkan kotoran, selama pengayakan terus dilakukan penyiraman air pada Bokar. Selanjutnya Bokar ditampung oleh Belt
Conveyor untuk diangkut ke Bak Pembersihan II yang berfungsi untuk
memisahkan kotoran. Kemudian Bokar diangkut dengan Bucket Elevator ke Mesin Hammer Mill, yang mencincang Bokar menjadi potongan-potongan kecil. Gerakan di dalam Hammer Mill juga menyebabkan kotoran-kotoran yang berada di dalam gumpalan karet menjadi terpisah. Hasil keluaran dari Hammer Mill kembali dijatuhkan melalui corong gravitasi ke dalam Vibrating Screen dan disirami air secara kontiniu. Bokar yang lolos dari Vibrating Screen dialirkan ke Bak Pembersihan III dengan belt conveyor untuk memisahkan kotoran. Kemudian Bokar diangkut dengan Bucket Elevator ke Rotary Cutter. Hasil olahan Rotary
Cutter yang berupa potongan-potongan kecil Bokar, dimasukkan ke dalam Bak
Pembersihan IV dengan belt conveyor, dan dilakukan pemisahan kotoran. Setiap air buangan dari bak pembersihan diolah di Bak I dan II pengolahan limbah, sedangkan air buangan dari vibrating screen hanya diolah di Bak II pengolahan limbah.
3. Stasiun Kerja Penggilingan dan Pembentukan Lembaran
Bokar diangkut ke stasiun kerja ini dengan menggunakan Bucket Elevator. Proses awal dari tahap ini adalah pembentukan lembaran oleh mesin Creper I. Lembaran
(52)
karet hasil olahan Creper I ini masih berbentuk agak kasar dan kadang masih terputus-putus. Lembaran kemudian diangkut ke Creper II dengan Belt Conveyor untuk diproses menjadi lembaran yang lebih tipis dan lebih halus. Hasil olahan
Creper II diangkut dengan Belt Conveyor ke mesin Shredder untuk dicincang
kembali menjadi potongan-potongan kecil. Kemudian, potongan-potongan Bokar diangkut ke Creper III untuk dibentuk kembali menjadi lembaran. Proses selanjutnya adalah melalui mesin Creper IV, V, VI, VII dan VIII dengan pola proses yang sama dengan alat angkut belt conveyor. Lembaran karet yang dihasilkan oleh Creper VIII dibawa ketempat pemotongan dengan belt conveyor dan dipotong dengan panjang sekitar 1 m kemudian dilipat menjadi 4 lipatan untuk diangkut dengan Hand Truck ke Stasiun Penjemuran.
4. Stasiun Kerja Penjemuran
Lembaran karet dari stasiun kerja sebelumnya untuk dijemur pada rak-rak penjemuran yang dibuat bertingkat-tingkat. Lembaran diangkut dengan lift ke rak penjemuran. Fungsi penjemuran adalah untuk pengeringan dan peningkatan PRI (Plasticity Retention Index) yaitu indeks ketahanan karet terhadap degradasi oleh oksidasi. Penjemuran dilakukan sekitar 15 hari. Lembaran diturunkan kembali dengan lift ke hand truck.
5. Stasiun Kerja Peremahan dan Pembutiran
Lembaran karet kering dari penjemuran dibawa ke mesin Shredder dengan Hand
Truck. Pada mesin tersebut, lembaran dicincang menjadi butiran-butiran kecil dan
langsung ditampung pada Bak Pembersihan. Butiran-butiran tersebut kemudian diangkut dengan hydrocylone ke corong pengisi yang berfungsi untuk
(53)
memudahkan pengisian butiran-butiran Bokar ke dalam Troli Biscuit Crumb. Troli tersebut terdiri atas kotak-kotak besi yang berjumlah 24 buah. Setelah penuh, troli-troli tersebut dimasukkan ke dalam Drier dengan didorong.
6. Stasiun Kerja Pengeringan
Troli yang sudah terisi penuh dengan butiran-butiran Bokar dimasukkan ke dalam
Drier. Di dalam Drier Bokar dikeringkan dalam burner I dengan suhu 135oC selama 50 menit, dilanjutkan dikeringkan di burner II dengan suhu 115oC selama 50 menit. Bagian akhir proses pengeringan melibatkan pendinginan hingga suhu 31oC selama 210 menit dengan hembusan udara dari Blower.
7. Stasiun Kerja Penimbangan dan Pengepresan
Butiran-butiran yang dari drier dikeluarkan dari dalam Troli secara manual dengan alat bantu gancu, lalu ditimbang dan disesuaikan beratnya hingga tepat 35 kg dengan timbangan duduk. Kemudian Crumb Rubber tersebut dibawa ke mesin pres secara manual dan dipres menjadi berbentuk empat persegi dengan ukuran 28 in. x 14 in. x 6,5 in. Lama pengepresan adalah kurang lebih 15 detik dengan tekanan 1500 Psi. Bongkahan Crumb Rubber yang telah dipres dilewatkan operator ke metal detector dengan belt conveyor untuk pengujian ada atau tidaknya logam. Bongkahan yang mengandung logam akan dibawa ke gudang bahan baku untuk diproses ulang. Bongkahan yang lewat pemeriksaan akan dibawa ke stasiun pengepakan dengan belt conveyor.
8. Stasiun Kerja Pengepakan
Di stasiun pengepakan bongkahan dibungkus dengan plastik secara manual lalu disusun dalam pallet dan forming box yang telah dilapisi plastik, kemudian
(54)
dibawa ketempat pengepresan dengan forklift, dimana forming box akan ditimpa oleh besi press seberat 1 ton selama satu hari. Setelah itu besi press diangkat dari
forming box dan forming box dibuka secara manual. Bal diberi label, dan
disimpan di gudang bahan jadi.
IV.2 STRUKTUR ORGANISASI PT.HADI BARU IV.2.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang dianut perusahaan ini adalah struktur organisasi garis dan fungsional. Struktur organisasi fungsional ditunjukkan dalam hal PT.Hadi Baru membuat pembagian tugas berdasarkan jenis pekerjaan atau fungsi, dimana kegiatan-kegiatan yang sejenis atau fungsi-fungsi manajemen yang sama dikelompokkan ke dalam satu kelompok kerja. Struktur organisasi lini ditunjukkan dalam hal tugas, wewenang dan tanggung jawab berjalan vertikal menurut garis lurus mulai dari pimpinan tertinggi sampai pada bawahan masing-masing. Setiap bawahan bertanggungjawab secara langsung terhadap pimpinan yang berada dilini atasnya. Struktur organisasi PT. Hadi Baru dapat dilihat pada lampiran 1.
IV.2.2 Tenaga Kerja dan Jam Kerja IV.2.2.1 Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada PT. Hadi Baru berjumlah 302 orang, yang terdiri atas tenaga kerja pria dan wanita dengan tingkat pendidikan yang bervariasi dari SD, SLTP, SMU, dan Sarjana. Karyawan di PT. Hadi Baru rata-rata adalah lulusan SD yaitu buruh pabrik yang bertindak sebagai tenaga kasar pada perusahaan tersebut. Status kepegawaian dari keseluruhan tenaga kerja pada perusahaan ini terdiri dari:
(55)
produksi.
Contoh : pegawai kantor, satpam, dll
2. Karyawan harian tetap, yaitu karyawan yang terlibat langsung dalam proses produksi.
Contoh : karyawan bagian penimbangan, karyawan bagian penjemuran, karyawan bagian penggilingan, dll
Perincian tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini:
Tabel 4.1. Perincian Tenaga Kerja PT. Hadi Baru
Jabatan Jumlah (orang)
I. Bagian Kantor 1. Komisaris 2. Direksi 3. Staf kantor 4. Karyawan 5. Kebersihan 6. Keamanan II. Bagian Pabrik
1. Kepala bagian dan staf pabrik 2. Laboratorium
3. Bengkel 4. Gudang
5. Karyawan bagian produksi
7 3 7 5 2 1
21 9 23 10
(56)
a. Karyawan giling/jemur b. Karyawan timbang c. Karyawan press d. Karyawan pallet 6. Keamanan
7. Tukang kebun
79 38 68 4 21
4
Jumlah 302
Sumber: PT. Hadi Baru
IV.2.2.2 Jam Kerja
Untuk mencapai kinerja yang baik, maka perusahaan harus mengatur jam kerja bagi para karyawannya. Jam kerja di PT. Hadi Baru dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Jam kerja kantor:
a. Hari Senin s.d. Jumat : jam 07.00 – 15.00 WIB Istirahat : jam 11.00 – 12.00 WIB b. Hari Sabtu : jam 08.00 – 13.00 WIB 2. Jam kerja pabrik:
a. Karyawan Non Shift, yaitu karyawan bagian penimbangan bahan baku, pembuatan pallet dan laboratorium.
Hari Senin s.d. Sabtu : jam 07.00 – 15.00 WIB Istirahat : jam 11.00 – 12.00 WIB
(57)
b. Karyawan Shift, yaitu karyawan bagian pencincangan dan pembersihan, penggilingan, penjemuran, pembutiran, pengeringan dan pengepresan.
Shift I : jam 07.00 – 14.00 WIB Shift II : jam 14.00 – 21.00 WIB
IV.3 Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya
Salah satu faktor untuk meningkatkan produktivitas adalah kesejahteraan para karyawan. Sarana yang terpenting dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan adalah cukupnya biaya dalam memenuhi kebutuhan hidup para karyawan yaitu dalam bentuk upah.
Sistem pengupahan yang berlaku pada PT. Hadi Baru adalah dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Karyawan bulanan
Tenaga kerja yang menerima gaji bulanan adalah tenaga kerja pada tingkat manajer, kepala bagian dan karyawan kantor lainnya. Pembayaran gaji dilakukan pada akhir bulan, dengan nilai yang tetap menurut jabatan masing-masing.
2. Karyawan Harian Tetap
Tenaga kerja yang menerima upah per shift adalah tenaga kerja di bagian produksi. Pembayaran dilakukan berdasarkan hasil kerja. Para karyawan harian tetap mendapatkan upah berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan per bulannya. Hasil total perbulan dibagi rata dengan semua anggota kelompok kerja. Karyawan yang pernah absen akan menerima pemotongan upah.
Selain gaji/upah yang telah ditentukan diatas, perusahaan juga memberikan upah tambahan (insentif) berdasarkan prestasi kerja, yaitu apabila absent
(58)
perbulan pekerja dianggap baik, maka karyawan tersebut berhak mendapatkan tambahan gaji.
Perusahaan menyediakan fasilitas-fasilitas dan jaminan sosial demi kesejahteraan para karyawan, yaitu :
1. Sarana kesehatan
Sarana kesehatan berupa poliklinik yang terdapat dipabrik, dimana karyawan dapat memperoleh pengobatan secara cuma-cuma.
2. Sarana Transportasi.
Sarana transportasi berupa bus dan mobil, yang digunakan untuk mengantar-jemput karyawan yang tinggal jauh dari lokasi pabrik.
3. Asuransi dan Tunjangan-tunjangan
Asuransi yang diberikan perusahaan adalah asuransi tenaga kerja. Tunjangan- yang diberikan adalah tunjangan hari raya, tunjangan kerajinan, tunjangan, tunjangan kerja, transport dan natura (beras).
4. Sarana Ibadah
Perusahaan menyediakan sarana ibadah berupa mesjid yang berada di dekat lokasi pabrik.
(59)
IV.4 Karakteristik Responden IV.4.1 Umur Responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Kelompok Umur di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Umur(tahun) Jumlah Persentase(%)
≤42 21 52.5
>42 19 47.5
Total 40 100
Umur pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN berada antara 35-58 tahun. Umur dibedakan atas nilai tengah (median) umur pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN, yaitu 42 tahun. Berdasarkan tabel diatas, 21 orang pekerja (52.5%) berusia ≤42 tahun dan 19 orang pekerja (47.5%) berusia >42 tahun.
IV.4.2 Tingkat Pendidikan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Tingkat Pendidikan di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Tingkat
Pendidikan Jumlah Persentase(%)
SD 14 35
SMP 16 40
SMA 10 25
Total 40 100
Berdasarkan tabel diatas, 14 orang pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN (35%) berpendidikan SD, 16 orang pekerja (40%) berpendidikan SMP dan 10 orang pekerja lainnya (25%) berpendidikan SMA.
(60)
IV.4.3 Masa Kerja
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Masa Kerja di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Masa Kerja Jumlah Persentase(%)
≤18 22 55
>18 18 45
Total 40 100
Masa kerja pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN adalah 15-40 tahun. Pembagian kelompok masa kerja berdasarkan nilai tengah (median) masa kerja pekerja bagian produksi, yaitu 18 tahun. Berdasarkan tabel diatas, 22 orang pekerja (55%) bekerja ≤18 tahun dan 18 orang pekerja (45%) bekerja > 18 tahun.
IV.4.4 Status Perkawinan
Dari seluruh responden sebanyak 40 orang (100%) pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN didapatkan bahwa semuanya berstatus sudah menikah.
IV.4.5 Lama Kerja
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Lama Kerja di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Lama Kerja Jumlah (orang) Persentase
8 jam 6 15%
<8 jam 32 80%
>8 jam 2 5%
Total 40 100%
Dari tabel di atas, sebanyak 6 orang pekerja (15%) bagian produksi PT.HADI BARU bekerja selama 8 jam perhari, 32 orang pekerja (80%) bagian produksi bekerja
(61)
selama <8 jam perhari dan 2 orang pekerja (5%) bagian produksi bekerja selama >8 jam perhari.
IV.4.6 Pekerjaan Sampingan
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Pekerjaan Sampingan di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008. Pekerjaan Sampingan Jumlah (orang) Persentase
Ya 3 7.5%
Tidak 37 92.5%
Total 40 100%
Pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN sebanyak 3 orang pekerja (7.5%) memiliki pekerjaan sampingan dan 37 orang pekerja (92.5%) tidak memiliki pekerjaan sampingan.
IV.5 Keluhan Akibat Kebisingan
IV.5.1 Lingkungan Kerja yang Bising
Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan 40 orang pekerja(100%), terpapar bising di ruang produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
IV.5.2 Gangguan komunikasi Dalam Bekerja
Tabel 4.6 Distribusi Pekerja Menurut Gangguan Komunikasi Yang Dialami Akibat Bising di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Gangguan Komunikasi Jumlah (orang) Persentase
Ya 19 65.52
Tidak 10 34.48
(62)
Berdasarkan tabel diatas gangguan komunikasi dalam melakukan pekerjaan dialami oleh 19 orang (65.52%) pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN, sedangkan 10 orang (34.48%) pekerja bagian produksi yang tidak mengalami gangguan komunikasi dengan sesama pekerja dalam proses produksi.
IV.5.3 Gangguan Konsentrasi Dalam Bekerja
Tabel 4.7 Distribusi Pekerja Menurut Gangguan Konsentrasi Yang Dialami Akibat Bising di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008 .
Gangguan Konsentrasi Jumlah (orang) Persentase
Ya 11 37.93
Tidak 18 62.07
Total 29 100
Gangguan konsentrasi bekerja akibat bising dialami oleh 11 orang (37.93%) pekerja bagian produksi, sedangkan sebanyak 18 orang (62.07%) pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN tidak mengalami gangguan konsentrasi dalam bekerja akibat bising di lingkungan kerja.
IV.5.4 Gangguan Kenikmatan Dalam Bekerja
Tabel 4.8 Distribusi Pekerja Menurut Gangguan Kenikmatan Kerja Yang Dialami Akibat Bising di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Gangguan Kenikmatan Jumlah (orang) Persentase
Ya 12 41.38
Tidak 17 58.62
(63)
Gangguan kenikmatan kerja dialami oleh 12 orang (41.38%) pekerja bagian produksi dan 17 orang (58.62%) pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN tidak mengalami gangguan kenikmatan kerja akibat bising di lingkungan kerja.
IV.5.5 Gangguan Pendengaran Akibat Bising
Tabel 4.9 Distribusi Pekerja Menurut Gangguan Pendengaran Yang Dialami Akibat Bising di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Gangguan Pendengaran Jumlah (orang) Persentase
Ya 24 82.76
Tidak 5 17.24
Total 29 100
Gangguan pendengaran dialami oleh 24 orang (82.76%) pekerja bagian produksi dan 5 orang ( 17.24%) pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN tidak mengalami gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran yang dialami pekerja dapat berupa telinga berdengung atau tidak jelas mendengar pada jarak tertentu.
IV.5.6 Nyeri Bahu, Leher dan Sakit Kepala
Tabel 4.10 Distribusi Pekerja Menurut Nyeri Bahu, Leher dan Sakit Kepala Yang Dirasakan Dalam Waktu Tertentu di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Nyeri bahu, leher , sakit kepala Jumlah (orang) Persentase
Ya 24 60
Tidak 16 40
(64)
Gangguan nyeri pada bahu, leher dan sakit kepala dialami oleh 24 orang (60%) pekerja bagian produksi dan 16 orang (40%) pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008 tidak mengalami gangguan nyeri bahu, leher atau sakit kepala. Gangguan nyeri bahu, leher atau sakit kepala yang dirasakan dalam waktu tertentu oleh pekerja tidak semata-mata disebabkan oleh bising di tempat kerja, tetapi dapat juga disebabkan cara kerja yang tidak ergonomis atau beban kerja yang berlebihan.
IV.5.7 Beban Perkerjaan
Tabel 4.11 Distribusi Pekerja Menurut Kesesuian Kemampuan Yang Dirasakan Dengan Beban Kerja di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Sesuai Kemampuan Jumlah (orang) Persentase
Ya 34 85
Tidak 6 15
Total 40 100
Sebanyak 36 orang pekerja (90%) bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN menyatakan beban pekerjaan sudah sesuai dengan kemampuan dan 4 orang pekerja (10%) tidak merasakan kesesuaian antara beban kerja dengan kemampuan.
IV.6 Hasil Pengukuran IV.6.1 Kebisingan
Suara bising yang didengar oleh para pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN berasal dari suara mesin produksi yang sedang beroperasi. Pada
(65)
proses produksi digunakan beberapa mesin seperti slab cutter I, slab cutter II,
vibrating screen, hammer mill, rotary cutter dan creper I-VIII.
Pengukuran tingkat kebisingan pada proses produksi dilakukan pada pukul 09.00-10.00 WIB dengan menggunakan sound level meter pada empat titik yang berbeda untuk mewakili keseluruhan lingkungan proses produksi. Pengukuran dilakukan selama 10 menit dengan pencatatan setiap 5 detik, dengan hasil sebagai berikut :
• Titik 1 : 86.1 dB(A) dengan tingkat intensitas terendah sebesar 85.6 dB(A) dan intensitas kebisingan tertinggi sebesar 88.7 dB
• Titik 2 : intensitas kebisingan relatif sebesar 98.2 dB(A) dengan tingkat intensitas terendah sebesar 89.1dB(A) dan tingkat intensitas tertinggi sebesar 101.3 dB(A)
• Titik 3 : intensitas kebisingan relatif sebesar 90.4 dB(A) dengan tingkat intensitas terendah sebesar 86.4 dB(A) dan intensitas tertinggi sebesar 96.5 dB(A)
• Titik 4 : tingkat kebisingan relatif sebesar 88 dB(A) dengan tingkat intensitas terendah sebesar 87.8 dB(A) dan tertinggi sebesar 93.2 dB (A)
IV.6.2 Stres
Pengukuran stres kerja dilakukan dengan menggunakan kuesioner stres kerja. Tujuan dari pengukuran stres kerja ini adalah untuk mengetahui gambaran stres pada pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
(66)
Tabel 4.12 Gambaran Stres Pada Pekerja Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.
Gambaran Stres Jumlah Persentase(%)
Stres 5 12.5
Tidak stress 35 87.5
Total 40 100
Berdasarkan tabel diatas, terdapat 5 orang (12.5%) pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN yang mangalami stres dan 35 orang (87.5%) pekerja bagian produksi tidak mengalami stres.
(1)
Bahan Olahan Karet(bokar)
Ruang Produksi PT.HADI BARU
Salah satu mesin yang digunakan dalam produksi
Bokar yang sedang diolah
(2)
(3)
HASIL PENGUKURAN KEBISINGAN
DI PT.HADI BARU BAGIAN PRDUKSI
1.
Lokasi Pengukuran
: PT.HADI BARU pada bagian produksi
2.
Hari/Tanggal Pengukuran
: Kamis, 7 Agustus 2008
3.
Waktu Pengukuran
: 10.00 WIB
4.
Lama Pengukuran
: 10 menit dengan pembacaan 5 detik sekali
5.
Alat Ukur Kebisingan
: Sound Level Meter
6.
Hasil Pengukuran
:
waktu(detik) titik per1 titik ke2 titik ke3 titik ke4
1 85.7 89.1 86.6 87.8
2 85.6 89.6 86.4 87.9
3 85.6 89.8 86.4 87.8
4 85.6 92.8 86.4 87.8
5 85.7 95.9 86.8 87.8
6 85.6 96.8 86.6 87.9
7 85.8 96.7 88.2 88.1
8 85.7 97.8 88.1 88.2
9 85.7 97.6 88.3 88.3
10 85.6 98.9 88.5 88.2
11 85.7 98.9 88.4 88.4
12 85.6 98.6 88.2 88.5
13 85.6 99.7 88.6 88.4
14 86.2 101.3 89.2 88.6
15 88.7 101.1 89.4 88.8
16 86.4 99.8 89.2 88.6
17 85.6 99.8 89.5 88.6
18 85.6 99.4 91.2 88.4
19 85.7 98.9 91.8 88.6
20 85.6 98.9 92.2 88.8
21 86.8 98.7 92.4 88.8
22 87.4 98.5 93.2 89.2
23 88.7 98.7 94.3 90.2
24 87.3 98.6 95.2 90.2
25 86.8 98.5 95.4 91.4
26 86.6 98.2 96.4 90.6
27 86.8 97.9 96.5 90.4
28 85.6 97.9 94.2 90.6
29 85.6 97.6 93.8 92.6
30 85.8 97.4 89.2 93.2
31 85.6 99.8 89.4 89.2
32 85.7 99.8 89.2 90.2
(4)
36 88.7 98.7 92.2 90.4
37 86.4 98.5 92.4 90.6
38 85.6 98.7 93.2 88.3
39 85.6 98.6 94.3 88.2
40 85.7 98.5 95.2 88.4
41 85.6 98.2 95.4 88.5
42 86.8 97.9 96.4 88.4
43 87.4 97.9 96.5 88.6
44 88.7 97.6 94.2 88.8
45 87.3 97.4 93.8 88.6
46 86.8 89.1 88.1 88.6
47 86.6 89.6 88.3 88.4
48 86.8 89.8 88.5 88.6
49 85.6 92.8 88.4 88.8
50 85.6 95.9 88.2 88.8
51 85.8 96.8 88.6 87.8
52 85.7 96.7 86.6 87.9
53 85.6 97.8 86.4 87.8
54 85.6 97.6 86.4 87.8
55 85.6 98.9 86.4 87.8
56 85.7 98.9 86.8 87.9
57 85.6 98.6 86.6 88.1
58 85.8 99.7 88.2 88.2
59 85.7 101.3 86.6 88.4
60 85.7 101.1 86.4 88.6
61 85.7 99.8 86.4 87.8
62 85.6 99.8 86.4 87.9
63 85.6 99.4 86.8 87.8
64 85.6 98.9 86.6 87.8
65 85.7 98.9 88.2 87.8
66 85.6 98.7 88.1 87.9
67 85.8 98.5 88.3 88.1
68 85.7 98.7 88.5 88.2
69 85.7 98.6 88.4 88.3
70 85.6 98.5 88.2 88.2
71 85.7 98.2 88.6 88.4
72 85.6 97.9 89.2 88.5
73 85.6 97.9 89.4 88.4
74 86.2 97.6 89.2 88.6
75 88.7 97.4 89.5 88.8
76 86.4 99.8 91.2 88.6
77 85.6 99.8 91.8 88.6
78 85.6 99.4 92.2 88.4
79 85.7 98.9 92.4 88.6
80 85.6 98.9 93.2 88.8
(5)
82 87.4 98.5 95.2 89.2
83 88.7 98.7 95.4 90.2
84 87.3 98.6 96.4 90.2
85 86.8 98.5 96.5 91.4
86 86.6 98.2 94.2 90.6
87 86.8 97.9 93.8 90.4
88 85.6 97.9 89.2 90.6
89 85.6 97.6 89.4 92.6
90 85.8 97.4 89.2 93.2
91 85.6 89.1 89.5 89.2
92 85.7 89.6 91.2 90.2
93 85.6 89.8 91.8 90.2
94 85.6 92.8 92.2 91.4
95 86.2 95.9 92.4 90.6
96 88.7 96.8 93.2 90.4
97 86.4 96.7 94.3 90.6
98 85.6 97.8 95.2 88.3
99 85.6 97.6 95.4 88.2
100 85.7 98.9 96.4 88.4
101 85.6 98.9 96.5 88.5
102 86.8 98.6 94.2 88.4
103 87.4 99.7 93.8 88.6
104 88.7 101.3 88.1 88.8
105 87.3 101.1 88.3 88.6
106 86.8 89.1 88.5 88.6
107 86.6 89.6 88.4 88.4
108 86.8 89.8 88.2 88.6
109 85.6 92.8 88.6 88.8
110 85.6 95.9 86.6 88.8
111 85.8 96.8 86.4 87.8
112 85.7 96.7 86.4 87.9
113 85.6 97.8 86.4 87.8
114 85.6 97.6 86.8 87.8
115 85.6 98.9 86.6 87.8
116 85.7 98.9 88.2 87.9
117 85.6 98.6 86.4 88.1
118 85.8 99.7 86.4 88.2
119 85.7 101.3 86.4 88.4
(6)