c. Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala kadarnya,
misalnya mesin diperbaiki pada saat mesin mengalami kerusakan parah
d. Melakukan modifikasi atau perubahan secara parsial pada komponen-
komponen mesin tanpa mengindahkan kaidah-kaidah keteknikan yang benar, termasuk menggunakan komponen-komponen mesin tiruan
e. Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak tepat
terbalik atau tidak rapatlonggar, terutama pada bagian penghubung antara modul mesin bad connection
f. Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai dengan fungsinya, misalnya
penggunaan palu hammer alat pemukul sebagai alat pembengkok benda- benda metal atau bantu pembuka baut.
II.1.4 Jenis Kebisingan
Ditempat kerja, kebisingan diklasifikasikan menjadi dua yaitu: Tambunan, 2005
1. Kebisingan Tetap
Kebisingan tetap dibagi lagi menjadi: a.
kebisingan dengan frekuensi terputus discrete frequency noise kebisingan ini berupa ”nada-nada murni pada frekuensi yang beragam,
contoh suara mesin, suara kipas dan sebagainya. b.
Broad Band Noise Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise sama-sama
digolongkan sebagai kebisingan tetap steady noise. Perbedaanya adalah broad band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi bukan ”nada” murni.
Universitas Sumatera Utara
2. Kebisingan Tidak Tetap
Kebisingan tidak tetap dibagi lagi menjadi: a.
Kebisingan fluktuatif fluctuating noise Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama selang waktu tertentu.
b. Intermitten Noise
Sesuai dengan terjemahanya, itermitten noise adalah kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contohnya kebisingan lalu lintas.
c. Impulsive noise
Kebisingan impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi memekakan telinga dalam waktu relatif singkat, misalnya suara senjata dan alat-
alat sejenisnya. Sedangkan menurut Suma’mur, jenis kebisingan dibagi atas :
1. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas steady state, wide
band noise, misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain. 2.
Kebisingan kontinu dengan sprektum frekuensi yang sempit steady state, narrow band noise misalnya gergaji sikuler, katup gas dan lain-lain.
3. Kebisingan terputus-putus intermitten, misalnya lalu lintas, suara kapal
terbang dilapangan udara. 4.
Kebisingan impulsif impact or impulsive noise seperti tembakan bedil atau lain sebagainya.
5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa diperusahaan.
II.1.5 Pengaruh Kebisingan
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh kebisingan seperti tidur terganggu, beberapa ketegangan mental yang disebabkan oleh kebisingan, akan menyebabkan bertambah cepatnya denyut
nadi serta hipertensi, yang dapat mengarah kepada suatu bahaya lain di mana si penderita tidak dapat mendengar teriakan atau suara peringatan sehingga
memungkinkan dapat mengakibatkan kecelakaan. Secara terus-menerus berada ditengah-tengah kebisingan ditempat kerja dan lalu lintas dapat berakibat hilangnya
kepekaan mendengar yang mengarah kepada ketulian Buchari, 2007. Lebih rinci lagi, menurut Ambar W. Roestam 2004, gangguan akibat
kebisingan dapat berupa : 1. Gangguan fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan
tekanan darah ± 1 mmHg, peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer
terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan
sensoris. 2. Gangguan psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat
menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, stres, kelelahan, dan lain-lain. 3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
Universitas Sumatera Utara
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan ter-ganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena
tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya; gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan tenaga kerja.
4. Gangguan keseimbangan Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa
atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing vertigo atau mual-mual.
5. Efek pada pendengaran Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat
menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising, namun bila terus
menerus bekerja di tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembal
i.
Tingkat kebisingan dinyatakan dalam desible dB yang membandingkan tingkat tekanan suara. Berikut beberapa contoh tingkat suara itu: 60-70 dB untuk
pembicaraan biasa, 80-90 dB untuk lalu lintas ramai dan 140-150 dB untuk bunyi mesin jet. Tingkat maksimal yang dapat didengar telinga manusia adalah 130 dB,
walaupun dianjurkan sebaiknya manusia jangan sampai dihadapkan pada tingkat suara setinggi itu. Intensitas suara 90-95 dB dapat merusak pendengaran Drs.Kus
Irianto, 2004.
Universitas Sumatera Utara
II.1.6 Nilai Ambang Batas Pendengaran