Kerangka Pikir KAJIAN TEORI

58 Model ini memiliki dua karakteristik, yaitu model ini digunakan untuk pengambilan keputusan dimana manusia adalah sebagai instrument pengukuran.Model ini juga diturunkan dari model metaphoric atau perumpamaan untuk menghasilkan konsep-konsep dasar evaluasi. Model Connoisseurshipini juga menggunakan pengumpulan data, analisis penafsiran atau interpretasi data yang berlangsung di dalam pikiran si pembuat keputusan. Model ini tidak lain adalah usaha menggambarkan penyimpangan dari metodologi yang telah dieksploitasi oleh para praktisi evaluasi. Dari beberapa model evaluasi tersebut, dalam pendidikan kesehatan reproduksi umumnya menggunakan model evaluasi sumatif dan formatif. Model ini dirasa paling tepat digunakan untuk siswa tunanetra karena sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa.

D. Kerangka Pikir

Pendidikan kesehatan reproduksi sebagai jawaban dari pemenuhan kebutuhan layanan pendidikan anak dalam hal pemeliharaan kesehatan reproduksinya serta pola hidup yang sehat, pertumbuhan fisik dan psikis yang lebih baik, menyesuaikan diri dalam kelompok, peningkatan kemampuan berpikir, peningkatan kualitas hidup manusia dan pemenuhan hak-hak reproduksi secara terpadu. Kebutuhan-kebutuhan tersebut menjadi tujuan dari pembelajaran pada pendidikan kesehatan reproduksi. 59 Proses pembelajaran pada pendidikan kesehatan reproduksi sama halnya dengan mata pelajaran lain, yaitu terdiri dari tiga tahapan antara lain perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada pembelajaran pendidikan kesehatan reproduksi terdapat modifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak tunanetra dalam pelakasanaan tiga tahapan tersebut. Pembelajaran pendidikan kesehatan reproduksi tidak mudah diterapkan pada anak tunanetra sehingga perlu ditinjau ulang dari aspek- aspek lain agar sesuai dengan kebutuhan anak tunanetra. Anak tunanetra mengalami hambatan pada kemampuan visualnya dan hambatan pada kemampuan persepsinya, sehingga keterbatasan kemampuan tersebut menghambat siswa tunanetra dalam memahami materi pembelajaran kesehatan reproduksi.Sekolah luar biasa bagian A Yaketunis Yogyakarta merupakan sekolah khusus untuk anak tunanetra.Sekolah tersebut memberikan layanan program pendidikan kesehatan reproduksi untuk memenuhi hak-hak kesehatan dan reproduksi anak tunanetra. Berdasarkan kondisi tersebut, maka deskripsi tentang proses dan hasil pembelajaran pendidikan kesehatan reproduksi untuk kelas VI tunanetra di Sekolah Luar Biasa A Yaketunis Yogyakarta yang meliputi tiga tahapan dalam proses pembelajaran yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi perlu diteliti. Secara lebih jelas, perlu diungkapkan mengenai kompetensi dasar atau tujuan pendidikan kesehatan reproduksi yang hendak dicapai, penyusunan program semester, rancangan pelaksanaan 60 pembelajaran, materi yang disampaikan, strategi pembelajaran yang sesuai, media dan metode yang digunakan, teknik dalam pembelajaran, jenis evaluasi yang digunakan, dan pertimbangan kriteria dalam pemilihan instrument tes. Dengan demikian siswa tunanetra akan memahami materi dan mencapai tujuan pembelajaran kesehatan reproduksi. Gambar 3.0 Skema Kerangka Pikir Anak Tunanetra Pembelajaran Kesehatan Reproduksi Untuk Siswa tunanetra di SLB A Yaketunis Komponen pembelajaran kesehatan reproduksi Tujuan, kurikulum, materi, pendidik, peserta didik, media, metode, serta evaluasi proses dan hasil. Perencanaan. Pembelajaran, dan Evaluasi Anak tunanetra dapat mengelola dirinya sendiri terkait kesehatan reproduksinya sebagai bekal kemandirian. Keterbatasan anak tunanetra 61

E. Pertanyaan Penelitian