Impelementasi Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah

belajar mengajar berlangsung masih ada beberapa anak yang bermain handphone, mengobrol, membolos sekolah, terlambat datang ke sekolah, tidak jujur dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan peserta didik kurang konsentrasi dalam belajar. Karakter peserta didik ini sendiri terbentuk dari suatu pembiasaan-pembiasaan yang prosesnya begitu panjang yang dapat dipengaruhi oleh faktor luar seperti keadaan keluarga dan juga keadaan masyarakat tempat ia tinggal, atau bahkan lingkungan tempat peserta didik belajar. Kebiasaan itu bisa berupa kebiasaan- kebiasaan yang baik maupun tidak baik, yang kemudian di sekolah kebiasaan-kebiasan yang tidak baik itu berusaha untuk dihilangkan. Karakter dan perilaku peserta didik bisa berubah karena itu memang suatu kebiasaan yang membudaya, akan tetapi perubahan karakter ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan itu pun harus dilakukan tidak hanya dilingkungan sekolah saja akan tetapi di lingkungan keluarga dan masyarakat. Indikator dari adanya perubahan sikap ataupun perilaku peserta didik menjadi berkarakter sendiri diantaranya peserta didik lebih sopan santun terhadap guru, dari segi kedisiplinan mereka lebih disiplin, bila diberi tugas mengerjakan dan mengumpulkan tepat waktu, munculnya sikap kejujuran dan kerja keras. Berdasarkan penuturan guru yang mengajar di SMK Muhammadiyah 1 Prambanan Klaten pendidikan karakter dalam penerapannya di dalam sekolah masih memiliki pengaruh kecil terhadap perilaku peserta didik, karena kondisi lingkungan keluarga, masyarakat, dan pengaruh teman di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa pelaksanaan pendidikan karakter melalui budaya sekolah telah dilaksanakan dan berjalan dengan baik serta perubahan karakter perilaku atau sikap peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor tidak hanya melalui penanaman karakter di sekolah.

d. Kendala dalam Implementasi Pendidikan Karakter

Implementasi pendidikan karakter dalam prosesnya tidaklah selalu mulus, tentunya banyak terjadi kendala pada pelaksanaannya. Kendala-kendala dalam Implementasi Pendidikan Karakter di SMK Muhammadiyah 1 Prambanan Klaten meliputi: 1. Karakter peserta didik yang berbeda-beda; Kebiasaan yang dilakukan semenjak peserta didik masih kecil sampai sekarang dengan dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, masyarakat, pergaulan dan bahkan media elektronik. Karakter peserta didik yang berbeda-beda ini tentunya memberikan kerja ekstra bagi pendidik untuk menyesuaikan agar dapat terlaksana pendidikan karakter secara maksimal, sesuai yang diungkapkan oleh Ibu YAW yang menyebutkan bahwa perlu adanya penyesuaian karena siswa mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda sehingga karakter yang dimiliki pun berbeda-beda. Ibu N juga mengatakan bahwa karakter anak yang berbeda yang dipengaruhi juga oleh peran serta dari orang tua dan keluarga yang masih sangat kurang. 2. Faktor keluarga yang kurang mendukung; Pendidikan karakter seharusnya dilakukan secara bersama baik itu di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat bahkan pemerintah, yang terjadi saat ini bahwa yang namanya pemerintah menunjuk sekolah, orang tua menunjuk sekolah, dan masyarakat pun demikian. Sehingga yang terjadi ialah peserta didik hanya melaksanakan nilai karakter di sekolah yang belum tentu setelah ia pulang sekolah mendapat nilai karakter. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu N yang menyatakan bahwa peran serta dari orang tua dan keluarga masih sangat kurang. Ibu YAW juga mengungkapkan hal serupa bahwa faktor keluarga juga menjadi kendala karena latar belakang keluarga peserta didik yang beragam dari kalangan menengah ke bawah. Contohnya di sekolah peserta didik diajarkan untuk sholat berjamaah, tetapi di lingkungan keluarganya tidak ada yang sholat itu merupakan suatu kendala tersendiri bagi guru karena kurangnya keteladanan di lingkungan keluarga. Ibu S mengungkapkan bahwa keteladanan itu perlu yaitu dengan guru memberi contoh terlebih dahulu setelah itu peserta didik diminta untuk berperilaku baik. Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Guru dan tenaga kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai nilai- nilai budaya dan karakter bangsa, maka guru dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai itu. 3. Segi kedisipilan peserta didik; Peserta didik di sekolah ini masih ada yang kurang disiplin, entah itu disiplin waktu maupun disiplin belajar. Bapak DA menyatakan bahwa terkadang anak di dalam kelas sibuk dengan pikirannya sendiri, dan lebih memilih untuk bermain gadget sehingga peserta didik kurang berkonsentrasi dalam pelajaran. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa beberapa peserta didik masih ada yang bolos sekolah maupun datang terlambat dengan alasan kesiangan, urusan pribadi, bahkan malas. Peserta didik MDR juga menyatakan bahwa ia masih melihat teman-temannya terlambat datang ke sekolah karena ada urusan pribadi bahkan ada yang malas.