Pendekatan dalam Pendidikan Karakter
2 Pembelajaran
Pembelajaran karakter dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, di satuan pendidikan formal dan non formal,
serta di luar satuan pendidikan. a
Di kelas, pembelajaran karakter dilaksanakan melalui proses setiap materi pelajaran atau kegiatan yang
dirancang khusus.
Pada proses
pembelajaran dikembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik, sehingga dalam pembelajaran dapat disisipkan pengembangan atau penanaman nilai-nilai pada
pendidikan karakter. b
Di satuan pendidikan formal dan non formal, pembelajaran karakter dilaksanakan melalui berbagai
kegiatan satuan pendidikan formal dan non formal yang diikuti seluruh peserta didik, pendidik, dan tenaga
kependidikan. Perencanaan dilaksanakan sejak awal tahun pelajaran, dimasukkan ke dalam kalender akademik, dan
dilaksanakan pada kehidupan sehari-hari sebagai bagian dari budaya satuan pendidikan formal dan non formal.
Contoh kegiatan yang dapat dimasukkan ke dalam satuan pendidikan formal dan non formal adalah lomba kesenian
antar kelas, lomba olahraga antar kelas, melakukan wawancara kepada tokoh yang berkaitan dengan karakter,
dan kegiatan lain yang dapat menumbuhkan karakter peserta didik.
c Di luar satuan pendidikan formal dan non formal,
pembelajaran karakter dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh
seluruh sebagian peserta didik, dirancang satuan pendidikan formal dan non formal sejak awal tahun
pelajaran atau program pembelajran, dan dimasukkan ke dalam kalender akademik. Misalnya, kunjungan ke
tempat-tempat yang menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial
seperti membantu mereka yang tertimpa musibah banjir, serta kegiatan lainnya.
3 Pemberdayaan dan pembudayaan
Pengembangan nilai karakter dapat dilihat pada dua latar, yaitu pada latar makro dan latar mikro. Latar makro bersifat
nasional yang mencakup keseluruhan konteks perencanaan dan implementasi pengembangan nilai karakter yang melibatkan
seluruh pemangku pendidikan nasional. Secara makro pengembangan karakter dibagi dalam tiga tahap, yakni
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Pada tahap perencanaan dikembangkan perangkat karakter yang digali,
dikristalisasikan, dan dirumuskan dengan menggunakan berbagai sumber.
Pada tahap implementasi dikembangkan pengalaman belajar dan proses pembelajaran yang bermuara pada
pembentukan karakter dalam diri peserta didik. Proses ini dilaksanakan melalui proses pemberdayaan dan pembudayaan
sebagaimana digariskan
sebagai salah
satu prinsip
penyelenggaraan pendidikan nasional. Proses ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam satuan pendidikan
formal dan non formal, keluarga, dan masyarakat. Secara mikro pengembangan karakter dibagi dalam
empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan
pendidikan formal dan non formal, kegiatan kokurikuler dan atau ekstrakurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan
masyarakat. 4
Penguatan Penguatan sebagai respon dari pendidikan karakter perlu
dilakukan dalam jangka panjang dan berulang-ulang. Di samping pembelajaran dan pemodelan, penguatan merupakan
bagian dari proses intervensi. Penguatan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk termasuk penataan lingkungan belajar
dalam satuan pendidikan formal dan non formal yang
menyentuh dan
membangkitkan karakter.
Proses pemberdayaan dan pembudayaan yang mencakup pemberian
contoh, pembelajaran, pembiasaan, dan penguatan harus dikembangkan secara sistemik, holistik, dan dinamis.
5 Penilaian
Pada dasarnya, penilaian terhadap pendidikan karakter dapat
dilakukan terhadap
kinerja pendidik,
tenaga kependidikan, dan peserta didik. Kinerja pendidik atau tenaga
kependidikan dapat dilihat dari berbagai hal terkait dengan berbagai aturan yang melekat pada diri pegawai, antara lain: a
hasil kerja yang meliputi kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan waktu penyelesaian kerja, kesesuaian dengan
prosedur, b komitmen kerja yang meliputi inisiatif, kualitas kehadiran, konstribusi terhadap keberhasilan kerja, kesediaan
melakukan tugas dari pimpinan, c hubungan kerja yang meliputi kerjasama, integritas, pengendalian diri, kemampuan
mengarahkan dan memberikan inspirasi bagi orang lain. Selain penilaian untuk pendidik dan tenaga kependidikan,
penilaian pencapaian nilai-nilai budaya, dan karakter juga ditujukkan kepada peserta didik yang didasarkan pada
beberapa indikator. Penilaian dilakukan secara terus menerus, setiap saat pendidik berada di kelas atau di satuan pendidikan
formal maupun non formal. Model catatan anekdotal catatan
yang dibuat pendidik ketika melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan selalu digunakan
pendidik. Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan,
dan sebagainya pendidik dapat memberikan kesimpulan pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan
suatu nilai.
Kesimpulanpertimbangan tersebut
dapat dinyatakan dalam pernyataan kualitatif dan memiliki makna
terjadinya proses penmbangunan karakter sebagai berikut: a
BT: Belum Terlihat, apabila peserta didik belum memperlihatkan
tanda-tanda awal
perilaku yang
dinyatakan dalam indikator karena belum memahami makna dan nilai itu. Tahap
Anomi
b MT: Mulai Terlihat, apabila peserta didik sudah mulai
memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten karena
sudah ada pemahaman dan mendapat penguatan lingkungan terdekat. Tahap
Heteronomi
c MB: Mulai Berkembang, apabila peserta didik sudah
memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten, karena selain sudah
ada pemahaman dan kesadaran juga mendapat penguatan
lingkungan terdekat dan lingkungan yang lebih luas. Tahap
Sosionomi
d M: Membudaya, apabila peserta didik terus menerus
memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten karena selain sudah ada pemahaman dan
kesadaran dan mendapat penguatan lingkungan.