Pegawai Pemda Transportasi Anjar Setianingsih S841008004

commit to user Berdasarkan kutipan di atas, menjelaskan bahwa pekerjaan ayah Alif adalah seorang guru matematika di madrasah. Hal tersebut tidak terlepas dari kewajiban seorang kepala keluarga yaitu mencari nafkah. Walaupun ayah Alif berprofesi sebagai guru. Beliau lebih banyak diam yang berkaitan dengan sekolah Alif. Sementara itu yang berperan dalam urusan pendidikan Alif adalah Amak. Amak bekerja sebagai seorang guru di sekolah swasta. Bahkan Amak rela tidak dibayar. Hal itu dilakukan Amak, supaya mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan yang ijadikan pegangan hidup di masa depan. Hal itu dapat terlihat pada kutipan dalam novel sebagai berikut: Beberapa hari setelah eforia kelulusan mulai kisut, Amak mengajakku duduk dilankan rumah.amakku seorang perempuan berbadan kurus dan mungil. Wajahnya sekurus badannnya, dengan sepasang mata yang bersih dan dinaungi alis tebal. Mukanya selalu mengibarkan senyum ke siapa saja. Kalau keluar rumah selalu menggunakan baju kurung yang dipadu dengan kain atau rok panjang. Tidak pernah celana panjang. Kepalanya selalu ditutup songkok dan dilehernya digantung selendang. Dia menamatkan SPG bertepatan dengan pemberontakan G30S, sehingga negara yang sedang kacau tidak mampu segera mengangkatnya menjadi guru. Amak terpaksa menjadi guru sukarelayang hanya dibayar dengan beras selama 7 tahun, sebelum dianggakat menjadi pegawai negeri. AHMAD FUADI, 2011 : 6

2. Pegawai Pemda

Pegawai pemerintahan daerah merupakan mata pencaharian yang terdapat dalam novel Negri Lima Menara. Pegawai daerah ini adalah mata pencaharian Pak Yunus. Pak Yunus adalah ayah Atang. Keluarga Pak Yunus tinggal di Bandung. Hal ini sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut: commit to user Pak Yunus adalah pegawai Pemda Bandung dan aktif di Muhammadyah. Kaca depan rumahnya menempel sebuah stiker hujau dengan gambar matahari di tengahnya. “Dari mulai orang tua saya sudah aktif dipengurus cabang Muhammadyah,” katanya Pak Yunus. AHMAD FUADI, 2011 : 218

g. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Sistem peralatan hidup dan teknologi merupakan tujuh unsur kebudayaan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat. Sistem peralatan hidup dan teknologi ini berhubungan dengan transportasi, peralatan komunikasi, peralatan konsumsi dalam bentuk wadah, pakaian dan tempat berlindung. Hal ini dapat terlihat pada kutipan novel sebagai berikut:

1. Transportasi

Bersama ayah, aku menumpang bus kecil Harmonis yang terkentut-kentut merayapi kelok Ampek Puluah Ampek. Jalan mendaki dengan 44 kelok patah. Kawasan Danau Minanjau menyerupai kuali raksasa, dan kami sekarang memanjat pinggir kuali untuk keluar. Makin lama kami makin tinggi di atas Danau Minanjau. Dalam satu jam permukaan danau yang biru tenang itu menghilang dari pandangan mata. Berganti dengan horison yang didomonasi dua puncak gunung yang gagah, merapi yang kepundan aktifnya mengeluarkan asap dan Singgalang yang puncaknya dipeluk awan. Tujuan kami ke kaki Merapi, Kota Bukittinggi. Di kota sejuk ini kami berhenti di loket bus antar pulau, P.O.ANS. Dari ayah aku tahu kalau PO itu kependekan dari perusahaan oto bus. AHMAD FUADI, 2011 : 15 Dari kutipan di atas terlihat bahwa transportasi yang digunakan Alif dan ayah adalah bus. Bus digunakan sebagai alat transportasi menuju ke Pondok madani yang ada di Jawa Timur. Hal tersebut dipilih karena tiket bus lebih murah. Mengingat keluarga Alif berasal dari keluarga yang kurang mampu. Menggunakan armada pesawat tidak mampu membeli tiketnya. commit to user Jawa Timur terletak di sebelah selatan pulau Sumatra. Untuk sampai ke Pulau Jawa harus menyebrang pulau. Alat transportasi yang digunakan adalah kapal. Kapal merupakan alat transportasi laut. Alif dan ayah menyebrang laut dengan menggunakan ferry. Ketika menyebrang lautan pada waktu malam hari, ombak sangat besar. Sebingga Alif marasa takut, cemas dan mual. Hal ini sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut: “Pegangan yang kuat,” terriak laki-laki bercambang lembat dengan seragam kelasi kepada penumpang ferry raksasa yang aku tumpangi. Dari laut yang gulita, deburan demi deburan terus datang menampar badan kapal, bagai tidak setuju dengan perjalananku. Lampu ruang penumpang mengeridip setiap goyangan keras datang. Angin bersiut-siutan melontarkan tempiasair laut yang terasa asin di mulut. Muka dan bajuku basah. Aku segera mencekal erat pagar besi dengan tangan kanan. Tapi aku tetap terhuyung ke kanan, ketika kapal besar menampar lambung ferry. Mukaku terasa pias karena cemas dan mual.berkali-kali aku komat-kamit memasang doa, agar laut kembali tenang. Ayah memeluk tiang besi disebelahnya. AHMAD FUADI, 2011 : 22 Sementara itu, ketika Alif sudah lulus dari Pondok Madani dan lulus kuliah mendapat kesempatan untuk bertemu dengan dua kawan lama di Podok Madani. Pertemuannya itu dilakukan di London. Untuk sampai di London Alif menggunakan armada pesawat terbang. Hal ini dapat terlihat pada kutipan dalam novel sebagai berikut: Penerbangan Washington DC-London dengan Britis Air Ways sungguh nyaman. Aku tertidur nyenyak hampir empat jam. Sebuah tidur yang penuh mimpi. Mimpi yang deras dengan kenangan hidupku masa lalu bersama 5 bocah nusantara yang terdampar disebuah kampung di Jawa dalam misi merebut mimpi mereka. AHMAD FUADI, 2011 : 286 commit to user

2. Peralatan Komunikasi