commit to user
Berdasarkan  kutipan  di  atas,  menjelaskan  bahwa  pekerjaan  ayah  Alif adalah  seorang  guru  matematika  di  madrasah.  Hal  tersebut  tidak  terlepas  dari
kewajiban  seorang  kepala  keluarga  yaitu  mencari  nafkah.  Walaupun  ayah  Alif berprofesi sebagai guru. Beliau lebih banyak diam yang berkaitan dengan sekolah
Alif. Sementara itu yang berperan dalam urusan pendidikan Alif adalah Amak.
Amak  bekerja  sebagai  seorang  guru  di  sekolah  swasta.  Bahkan  Amak  rela  tidak dibayar. Hal itu dilakukan Amak, supaya mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan yang
ijadikan pegangan hidup di masa depan. Hal itu dapat terlihat pada kutipan dalam novel sebagai berikut:
Beberapa  hari  setelah  eforia  kelulusan  mulai  kisut,  Amak  mengajakku duduk  dilankan  rumah.amakku  seorang  perempuan  berbadan  kurus  dan
mungil. Wajahnya sekurus badannnya, dengan sepasang mata yang bersih dan  dinaungi  alis  tebal.  Mukanya  selalu  mengibarkan  senyum  ke  siapa
saja.  Kalau  keluar  rumah  selalu  menggunakan  baju  kurung  yang  dipadu dengan  kain  atau  rok  panjang.  Tidak  pernah  celana  panjang.  Kepalanya
selalu  ditutup  songkok  dan  dilehernya  digantung  selendang.  Dia menamatkan  SPG  bertepatan  dengan  pemberontakan  G30S,  sehingga
negara  yang  sedang  kacau  tidak  mampu  segera  mengangkatnya  menjadi guru.  Amak  terpaksa  menjadi  guru  sukarelayang  hanya  dibayar  dengan
beras  selama  7  tahun,  sebelum  dianggakat  menjadi  pegawai  negeri. AHMAD FUADI, 2011 : 6
2. Pegawai Pemda
Pegawai pemerintahan daerah merupakan mata pencaharian yang terdapat dalam  novel  Negri  Lima  Menara.  Pegawai  daerah  ini  adalah  mata  pencaharian
Pak  Yunus.  Pak  Yunus  adalah  ayah  Atang.  Keluarga  Pak  Yunus  tinggal  di Bandung. Hal ini sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut:
commit to user
Pak  Yunus  adalah  pegawai  Pemda  Bandung  dan  aktif  di  Muhammadyah. Kaca  depan  rumahnya  menempel  sebuah  stiker  hujau  dengan  gambar
matahari di tengahnya. “Dari mulai orang tua saya sudah aktif dipengurus cabang  Muhammadyah,”  katanya  Pak  Yunus.  AHMAD  FUADI,  2011  :
218
g. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Sistem peralatan hidup dan teknologi merupakan tujuh unsur kebudayaan yang  dikemukakan  oleh  Koentjaraningrat.  Sistem  peralatan  hidup  dan  teknologi
ini  berhubungan  dengan  transportasi,  peralatan  komunikasi,  peralatan  konsumsi dalam  bentuk  wadah,  pakaian  dan  tempat  berlindung.  Hal  ini  dapat  terlihat  pada
kutipan novel sebagai berikut:
1. Transportasi
Bersama ayah, aku menumpang bus kecil Harmonis yang terkentut-kentut merayapi  kelok  Ampek  Puluah  Ampek.  Jalan  mendaki  dengan  44  kelok
patah.  Kawasan  Danau  Minanjau  menyerupai  kuali  raksasa,  dan  kami sekarang  memanjat  pinggir  kuali  untuk  keluar.  Makin  lama  kami  makin
tinggi  di  atas  Danau  Minanjau.  Dalam  satu  jam  permukaan  danau  yang biru tenang itu menghilang dari pandangan mata. Berganti dengan horison
yang didomonasi dua puncak gunung  yang gagah, merapi  yang kepundan aktifnya  mengeluarkan  asap  dan  Singgalang  yang  puncaknya  dipeluk
awan.  Tujuan  kami  ke  kaki  Merapi,  Kota  Bukittinggi.  Di  kota  sejuk  ini kami berhenti di loket bus antar pulau, P.O.ANS. Dari ayah aku tahu kalau
PO itu kependekan dari perusahaan oto bus. AHMAD FUADI, 2011 : 15
Dari  kutipan  di  atas  terlihat  bahwa  transportasi  yang  digunakan  Alif  dan ayah  adalah  bus.  Bus  digunakan  sebagai  alat  transportasi  menuju  ke  Pondok
madani yang ada di Jawa Timur. Hal tersebut dipilih karena tiket bus lebih murah. Mengingat  keluarga  Alif  berasal  dari  keluarga  yang  kurang  mampu.
Menggunakan armada pesawat tidak mampu membeli tiketnya.
commit to user
Jawa  Timur  terletak  di  sebelah  selatan  pulau  Sumatra.  Untuk  sampai  ke Pulau  Jawa  harus  menyebrang  pulau.  Alat  transportasi  yang  digunakan  adalah
kapal.  Kapal  merupakan  alat  transportasi  laut.  Alif  dan  ayah  menyebrang  laut dengan  menggunakan  ferry.  Ketika  menyebrang  lautan  pada  waktu  malam  hari,
ombak sangat besar. Sebingga Alif marasa takut, cemas dan mual.  Hal ini sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut:
“Pegangan  yang  kuat,”  terriak  laki-laki  bercambang  lembat  dengan seragam kelasi kepada penumpang ferry raksasa yang aku tumpangi. Dari
laut  yang  gulita,  deburan  demi  deburan  terus  datang  menampar  badan kapal,  bagai  tidak  setuju  dengan  perjalananku.  Lampu  ruang  penumpang
mengeridip  setiap  goyangan  keras  datang.  Angin  bersiut-siutan melontarkan  tempiasair  laut  yang  terasa  asin  di  mulut.  Muka  dan  bajuku
basah.
Aku segera mencekal erat pagar besi dengan tangan kanan. Tapi aku tetap terhuyung ke kanan, ketika kapal besar menampar lambung ferry. Mukaku
terasa  pias  karena  cemas  dan  mual.berkali-kali  aku  komat-kamit memasang  doa,  agar  laut  kembali  tenang.  Ayah  memeluk  tiang  besi
disebelahnya. AHMAD FUADI, 2011 : 22
Sementara  itu,  ketika  Alif  sudah  lulus  dari  Pondok  Madani  dan  lulus kuliah  mendapat  kesempatan  untuk  bertemu  dengan  dua  kawan  lama  di  Podok
Madani.  Pertemuannya  itu  dilakukan  di  London.  Untuk  sampai  di  London  Alif menggunakan armada pesawat terbang. Hal ini dapat terlihat pada kutipan dalam
novel sebagai berikut: Penerbangan  Washington  DC-London  dengan  Britis  Air  Ways  sungguh
nyaman.  Aku  tertidur  nyenyak  hampir  empat  jam.  Sebuah  tidur  yang penuh  mimpi.  Mimpi  yang  deras  dengan  kenangan  hidupku  masa  lalu
bersama  5  bocah  nusantara  yang  terdampar  disebuah  kampung  di  Jawa dalam misi merebut mimpi mereka. AHMAD FUADI, 2011 : 286
commit to user
2. Peralatan Komunikasi