Kaligrafi Bangunan Anjar Setianingsih S841008004

commit to user Rasanya tidak ada yang melebihi cara PM mengistimewakan wakyu ujian. Ujian maraton sepanjang 15 hari di sambut bagai pesta akbar, riuh dan semarak. You can feel the exam in the air. Itulah the moment of truth seorang pencari ilmu untuk membuktikan bahwa jerih payah belajar selama ini mendatangkan hasil setimpal, yaitu meresapnya ilmu tadi sampai ke sumsumnya. AHMAD FUADI, 2011 : 189

e. Kesenian

Kesenian merupakan salah satu unsur yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat. Kesenian yang terdapat dalam Novel Negeri Lima Menara berupa kesenian kaligrafi dan bangunan.

1. Kaligrafi

Kaligrafi merupakan salah satu mata pelajaran di Pondok Madani. Kaligrafi tersebut belajar mengenai menulis arab yang indah. Ketika ujian, kaligrafi juga diujikan. Pelajaran kaligrafi juga merupakan pelajaran yang digemari oleh Alif. Hal ini sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut: Ujian hari akhir adalah dua pelajaran favoritku: kaligrafi Arab dan bahasa Inggris. Walau bukan pelajaran utama, untuk kaligrafi, aku mempersiapkan diri lebih dari para Sahibul Menara. Kaligrafi tidak dihapalkan, tapi dipraktekkan. Dengan tekun, aku menulis berlembar- lembar kertas dengan menggunakan beragam gaya kaligrafi yang diajarkan dan yang belum diajarkan. Aku bahkan meminjam beberapa buku referensi kaligrafi terbitan Mesir dan lokal. Qalam pena khusus kaligrafi pun aku siapkan dengan berbagai ukuran. Semua aku lakukan dengan penuh antusiasme. Dengan gembira dan percaya diri aku mengerjakan soal ujian kaligrafi dan Bahasa Inggris. Inilah hari tersuksesku dalam ujian kali ini. AHMAD FUADI, 2011 : 203 commit to user

2. Bangunan

Selanjutnya bangunan dalam unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat ini merupakan kesenian. Bangunan yang digambarkan dalam novel Negeri Lima Menara adalah bangunan pondok Madani dan menara. Bangunan di Pondok Madani memang sangat luas. Bangunan tersebut terdiri dari beberapa bagian yang memiliki fungsi tersendiri. Bangunan pertama berupa masjid. Bangunan kedua berupa aula serba guna. Aula tersebut berguna untuk semua kegiatan penting seperti: pegelaran teater, musik, diskusi ilmiah, upacara selamat datang buat siswa baru dan penyambutan tamu penting. Bangunan ketiga asrama, yaitu gedung yang digunakan untuk menginap bagi murid baru. Hal ini sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut: “yang kedua adalah aula serba guna. Di sini semua kegiatan penting berlangsung. Pegelaran teater, musik, diskusi ilmiah, upacara selamat datang buuat siswa baru dan penyambutan tamu penting,” kata Burhan sambil memipin kami melewati aula. Gedung ini seukuran hampir setengah lapangan sepak bola dan diujungnya ada panggung serta tirai pertunjukan. Tampak mukanya minimalis dengan gaya art-deco, bergaris- garis lurus. Sederhana tapi megah. Di atas gerbangnya yang menghadap ke luar, tergantung jam antik dan tulisan dari besi berlapis krom: Pondok Madani. Rombongan kecil kami melintasi lapangan besar yang berada di depan masjid dan balai pertemuan menuju bangunan memanjang berbentuk huruf L. Dindingnya dikapur putih bersih, atap segitiganya dilapisi genteng berwarna bata dan ubinya berwarna semen mengkilat. Kusen, jendela dan tiangnya dilaburi cat minyak hijau muda. Bangunan sederhana yang tampak bersih dan terawat ini terdiri dari 14 kamar besar. Bangunan ini semakin teduh dengan beberapa pohon rindang dan kolam air mancur di halamnnya. “Gedung ini salah satu asrama murid dan dikenal baik oleh semua alumni, karena setiap anak tahun pertama akan tinggal di asrama yang bernama Al- Barq, yang berarti petir. Kami ingin anak baru bisa menggelegar sekuat commit to user petir dan bersinar seterang petir,” terang pemandu kami. Mata Raja yang berdiri disebelahku berbinar-binar. AHMAD FUADI, 2011 : 32 Bangunan selanjutnya adalah Menara. Menar adalah tempat berkumpulnya Sahibul Menara. Di kaki menara itu, Sahibul menara mengadakan diskusi, belajar dan berkhayal tentang masa depannya. Manara itu dibangun dengan menjulang tinggi dengan gaya arsitektur Turki. Puncak menara itu berupa kubah yang mengkilat dan lancip serta terdapat corong pengeras suara. Hal tersebut sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut: Tepat disamping kanan Masjid Jami, menjulang menara yang diilhami arsitektur gaya Turki yang kokoh, efisien, tanpa melupakan keindahan. Menara dipucuki oleh sebuah kubah metal yang mengkilat dan lancip ujungnya. Di leher kubah ini menyembul empat corong pengeras suara yang selalu setia mengabarkan panggilan shalat sampai berkolo-kilo meter jauhnya.AHMAD FUADI, 2011 : 93

f. Sistem Mata Pencaharian

Mata pencaharian yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara adalah guru dan pegawai pemkab. Hal ini terlihat pada mata pencaharian orang tua Alif dan orang tua Atang. Hal ini dapat terlihat pada kutipan novel sebagai berikut:

1. Guru