commit to user
tidak cukup, tetapi harus dilengkapi dengan man shabara zhafira artinya siapa yang sabar akan beruntung.
2. Aspek Sosial Budaya yang Terdapat dalam Novel Negeri Lima Menara
Karya Ahmad Fuadi
Aspek sosial budaya yang terdapat dalam sebuah novel Negeri Lima Menara yang mendasari sebuah cerita rekaan. Menurut para ahli memandang
bahwa karya sastra sebagai dokumen sosial budaya. Menurut Koentjaraningrat 2000: 9 kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari budi dan karyanya itu. Sementara itu, Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai
komponen atau unsur kebudayaan antara lain C. Kluckhohn dalam bukunya Universal Categories of Culture membahas kerangka-kerangka kebudayaan yang
kemudian dijadikan kerangka umum. Berdasarkan itu pulalah, Koentjaraningrat dalam P. Hariyono, 2009: 38 dan Mg. Sri Wijiyati, 2007: 133 memaparkan tujuh
unsur kebudayaan sebagai berikut: 1 sistem religi; 2 sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial; 3 sistem pengetahuan; 4 bahasa; 5 kesenian; 6 sistem
mata pencaharian hidup; dan 7 sistem peralatan hidup atau teknologi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka sosial budaya yang terdapat dalam novel
Negeri Lima Menara adalah sistem religi, sistem kemasyarakan atau komunikasi sosial, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan
sistem peralatan hidup dan teknologi.
commit to user
a. Sistem Religi
1 Sistem Kepercayaan
Masyarakat Minang merupakan pemeluk agama islam. Apabila ada masyarakat yang keluar dari agama islam murtad, secara langsung yang
bersangkutan juga dianggap keluar dari masyarakat Minang, dalam istilahnya disebut dibuang sepanjang adat. Kedatangan Haji Miskin, Haji Sumanik dan
Haji Piobang dari Mekkah sekitar tahun 1803, memainkan peranan penting dalam penegakan hukum Islam di pedalaman Minangkabau. Walau di saat bersamaan
muncul tantangan dari masyarakat setempat yang masih terbiasa dalam tradisi adat, dan puncak dari konflik ini muncul Perang Padri sebelum akhirnya muncul
kesadaran bersama bahwa Adat berazaskan Al-Quran.
Amak Alif menganjurkan Alif untuk masuk ke Pondok, Amak percaya bahwa Alif akan menjadi pemimpin agama yang hebat. Bagaimanapun juga garis
keturunan Amaak adalah garis keturunan ulama. Alif tidak mau melanjutkan sekolah ke pondok. Alif ingin melanjutkan ke SMA dan kuliah agar bisa seperti
Habibie. Amaak tetap tidak mengijinkan karena bersekolah di SMA membutuhkan uang yang banyak. hal ini sesuai kutipan dalam novel:
Tapi aku tidak ingin… Waang anak pandai dan berbakat. Waang akan jadi pemimpin umat yang
besar. Apalagi waang punya darah ulama dari dua kakekmu.AHMAD FUADI, 2011 : 9
commit to user
Sementara itu, Alif bersedia bersekolah di pondok. Namun pondok yang dipilih adalah Pondok Madani di Jawa Timur. Pelajaran agama di pondok dapat
dilakukan setiap saat. Hal ini terungkap dalam novel sebagai berikut: “Terima kasih atas pertanyaannya Pak. Menurut Kyai kami, pendidikan
PM tidak membedakan agama dan non agama. Semuanya satu dan semuanya berhubungan. Agama langsung dipraktekkan dalam kegiatan
sehari-hari. Di Madani, agama adalah oksigen, dia ada dimana-mana,” Jelas Burhan lancar. AHMAD FUADI, 2011 : 35
Pendidikan agama di Pondok Madani tidak mengenal waktu. Setiap saat agama selalu diajarkan di pondok. Kiai di pondok membuat aturan agama harus
diajarkan setiap saat. Di sela-sela pelajaran umum juga diberikan materi agama. Hal ini sesuai dengan pertanyaan dari bapak Alif. Bahwa di pondok banyak
dijarkan tentang pelajaran umum, kapan agama akan di ajarkan? Dengan senang hati pemandu pondok menjelaskan bahwa agama di pondok diajarkan setiap
waktu. Pendidikan agama islam dalam novel ini sangat kental sekali. Setiap detail
diceritakan dengan sanagat menarik. Ini menandakan bahwa ajaran di pondok memang sangat ketat. Apalagi soal agama islam. Di pondok waktu sholat memang
segala aktifitas harus dihentikan. Semua harus datang ke masjid pada waktu sholat Magrib. Namun, untuk sholat lainnya dilakukan di kamar masing-masing. Hal ini
dilakukan untuk melatih murid agar bisa menjadi imam bagi orang lain. Hal ini sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut:
Shalat Magrib di masjid jami` dihadiri seluruh penduduk sekolah. Karena hampir semua orang hadir, kecuali yang sakit atau pura-pura sakit, waktu
seperempat jam setelah shalat dimanfaatkan untuk memberikan maklumat penting bagi semua warga. Kismul I`lam, bagian yang khusus mengurusi
commit to user
pengumuman tampil di depan jamaah. Ditemani secarik kertas dan kepercayaan diri, mereka membacakan pengumuman. AHMAD FUADI,
2011 : 70
Kami termenung-menung meresapi pesan yang menggugah ini. Awan- awan sumber khayal kami sekarang berganti warna menjadi merah terang,
seiring dengan merapatnya matahari ke peraduannya. Lonceng berdentang, waktunya kami ke masjid menunaikan Maghrib. AHMAD FUADI, 2011 :
211
Untuk sholat isya, subuh, dhuhur, ashar dan sholat sunah dilakukan di kamar sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa sistem religi dalam novel tersebut
sangat menonjol. Shalat malam biasa Alif dan kawan-kawan kerjakan. Shalat dan berdoa merupakan usaha yang dilakukan agar semua pekerjaan dan kesulitan
dalam belajar bisa teratasi. Hanya kepada Tuhanlah semua memohon dan meminta bantuan. Semua itu dilakukan dengan khusuk dan ikhlas. Hal ini sesuai
dengan kutipan dalam novel sebagai berikut: Aku membentang sajadah dan melakukan shalat Tahajud. Di akhir rakaat,
aku benamkan ke sajadah sebuah sujud yang panjang dan dalam. Aku coba memusatkan perhatian kepadaNya dan menghilang selainNya. Pelan-pelan
aku merasa badanku semakin mengecil dan mengecil dan mengkerut hanya menjadi setitik debu yang melayang-layang di semesta luas yang
diciptakanNYa. Betapa keci dan tidak berartinya didiku, dan betapa luas kekuasanNya. Dengan segala kerendahan hati, aku bisikkan doaku.
“Ya Allah, hamba datang mengadu kepadaMu dengan hati rusuh dan berharap. Ujian pelajaran Muthala`ah tinggal besok, tapi aku belum siap
dan belum hapal pelajaran. HambaMu ini datang meminta kelapangan pikiran dan kemudahan untuk mendapat ilmu dan bisa menghapal dan
lulus ujian dengan baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar terhadap doa hamba yang kesulitan. Amiiinnn”.
Alhamdulillah, selesai tahajud badanku terasa lebih enteng dan segar. Aku siap sahirul lail, belajar keras dini hari sampai subuh. Dengan setumpuk
buku di tangan, sarung melilit leher dan sebuah sajadah, aku bergabung dengan para pelajar malam lainnya di teras asrama. Ada belasan orang
yang sudah lebih dulu membuka buku pelajaran di tengah malam buta ini. Ada yang bersila, ada yang berselonjor, ada yang menopang punggungnya
dengan dinding, dengan bermacam gaya. Tapi semuanya sama: mulut komat-kamit, buku terbuka di tangan, sarung melilit leher, segelas kopi
commit to user
dan duduk diatas hamparan sajadah. Sekilas mereka seperti sedang naik permadani terbang. AHMAD FUADI, 2011 : 197-198
Dengan sholat tahajud badan juga terasa ringan dan segar. Apalagi menjelang ujian, banyak murid yang melakukan doa malam dan belajar malam.
Sungguh hal yang jarang dilaukan oleh orang awam.
2 Sistem Nilai dan Pandangan Hidup
Pandangan hidup yang terungkap dalam novel Negeri Lima Menara adalah kata mujarab yang sampaikan oleh Ustad Salman. Kata mujarab yang
memikat semua orang tersebut adalah Man Jadda Wajada. Hal tersebut terdapat dalam kutipan novel seperti di bawah ini:
Man jadda wajada : sepotong kata asing ini bak mantera ajaib yang ampuh bekerja. Dalam hitungan beberapa helaan napas saja, kami bagai tersengat
ribuan tawon. Kami tiga puluh anak tanggung, menjerit balik, tidak mau kalah kenceng.
“Man jadda wajada” Berkali-kali, berulang-ulang, sampai tenggorokan panas dan suara serak.
Ingar bingar ini berdesibel tinggi. Telingaku panas dan berdenging- denging sementara wajah kami merah padam memfosir tenaga. Kaca
jendela yang tipis sampai bergetar-getar disebelahku. Bahkan, meja kayuku pun berkilat-kilat basah, kuyup oleh liur yang ikut berloncatan
setiap berteriak lantang.
Tapi kami tahu, mata laki-laki kurus yang enerjik ini tidak dimuati aura jahat. Dia dengan royal membagi energi positif yang sangat besar dan
meletup-letup. Kami tersengat menikatinya. Seperti sumbu kecil terpecik api, mulai terbakar, membesar, dan terang
Dengan wajah berseri-seri dan senyum senti menyilang di wajahnya, laki- laki ini hilir mudik diantara bangku-bangku murid baru, mengulang-ulang
mantera ajaib ini di depan kami bertiga puluh. Setiap dia berteriak, kami menyela balik dengan kata yang sama man jadda wajada. Mantera ajaib
berbahasa Arab ini bermakna tegas: “Siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil”. AHMAD FUADI, 2011 : 40-41
commit to user
Kata-kata mujarab man jadda wajada artinya bahwa siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Kata itulah yang pertama kali diberikan
kepada murid baru. Man jadda wajada diberikan kepada murid baru untuk memotivasi. Bahkan kata-kata itu diucapkan berkali-kali sampai melekat di dalam
hati. Bahwa segala sesuatu itu apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh akan membuahkan hasil.
Setiap kelas, setiap mulut berlomba-lomba menyuarakan man jadda wajada dengan lantang. Bahkan suara itu sampai membahana ke Ponorogo.
Hampir satu jam perlombaan menyuarakan man jadda wajada itu dilakukan. Namun, tak satupun dari murid yang protes. Justru kata itulah sampai sekarang
tetap terpatri di dalam hati dan jiwa setiap murid. Walaupun sudah keluar dari pondok man jadda wajada tetap membahana keliang telinga setiap orang. Hal ini
terlihat terlihat dalam kutipan novel sebagai berikut: Selain kelas kami, puluhan kelas lain juga demikian. Masing-masing
dikomandoi seorang kondaktur yang energik, menyalakan “man jadda wajada”. Hampir satu jam non stop, kalimat ini bersahut-sahutan dan
bertalu-talu. Koor ini bergelombang seperti guruh di musim hujan, menyesaki udara pagi di sebuah desa terpencil di udik Ponorogo.
Inilah pelajaran hari pertama kami di PM. Kata mutiara sederhana tapi kuat. Yang menjadi kompas kehidupan kami kelak. AHMAD FUADI,
2011 : 41
“Man jadda wajada,” teriakku pada diri sendiri. Sepotong syair Arab yang diajarkan di hari pertama masuk kelas membakar tekadku. Siapa yang
bersungguh-sungguh akan sukses. AHMAD FUADI, 2011 : 82
Rumus man jadda wajada terbukti mujarab. Kesungguhanku segera dibalas kontan. AHMAD FUADI, 2011 : 82
commit to user
Siapapun yang meresapi dan melaksanakan kata man jadda wajada dengan sungguh-sungguh. Maka, usahanya itu akan segera di balas kebaikan oleh
Tuhan. Hal itu dilakukan oleh Alif sekaligus pengarang novel tersebut. Alif dengan sungguh-sungguh berdoa dan berusaha. Usaha tersebut tidak sia-sia. Alif
mendapatkan apa yang diinginkan. Namun, semua itu tidak terlepas dari suratan takdir Allah SWT.
3 Komunikasi Keagamaan
Komunikasi keagamaan juga terdapat dalam novel Negeri Lima Menara. Komunikasi keagamaan ini terjadi ketika Alif, Atang dan Baso berlibur ke rumah
Atang di Bandung. Komunikasi keagamaan yang terdapat dalam kutipan novel ini adalah komunikasi keagamaan berupa dakwah. Dahwah itu dilakukan di masjid
Universitas Unpad Bandung. Hal tersebut sesuai dengan pesan Kiai Rais. Bahwa dinamapun kalian berada sampaikan kebaikan atau nasehat walaupun hanya satu
ayat. Kiai Rais adalah pimpinan Pondok Madani. Kutipan dalam novel tersebut adalah sebagai berikut:
“Silakan gunakan liburan untuk berjalan, melihat alam dan masyarakat di sekitar kalian. Dimana pun dan kapanpun, kalian adalah murid PM.
Sampaikanlah kebaikan dan nasehat walau satu ayat”, begitu pesan singkat Kiai Rais di acara melepas libur minggu lalu. Kesempatan seperti
yang disampaikan Atang adalah pelajari di luar PM, menjalanan amanah Kiai Rais dan melaksanakan ajaran Nabi Muhammad, Billighual anni
walau aayah. Sampaikanlah sesuatu dariku, walau hanya sepotong ayat. AHMAD FUADI, 2011 : 219
Undangan dari Universitas Unpad sudah diterima Atang. Undangan tersebut berisi tentang permintaan mengisi dahwah setelah sholat Ashar di masjid
Universitas Unpad. Mulanya Atang, Alif dan Baso tercengang melihat banyaknya
commit to user
jamaah yang ada di masjid tersebut. Tetapi, karena pendidikan di Pondok Madani yang sangat ketat dan berkualitas tinggi. Hal itu bisa di tepis oleh ketiga orang
tersebut. Dengan semangat yang tinggi, ketiganya membawakan dahwah dengan tiga bahasa. Bahasa Indonesia, bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Jamaah yang ada
di masjid itu terkagum-kagum dengan dahwah Atang, Alif dan Baso. Semuanya sungguh sangat bagus. Hal itu sesuai dengan kutipan pada novel tersebut sebagai
berikut: Seperti undangan yang diterima Atang, kami datang ke Masjid Unpad
sebelum Ashar. Diluar dugaan, shalat Ashar berjamaah di masjid kampus ini penuh. Aku sempat agak grogi melihat jamaah yang beragam, mulai
dari mahasiswa, dosen, masyarakat umum dan terutama para mahasiswa yang manis-manis.tapi begitu aku tampil di mimbar membawakan pidato
bahasa Inggris favoritku yang berjudul “How Islam Solves Our Problems”, pelan-pelan grogiku menguap. Semua teks pidato dan potongan dalil masih
aku hafal dengan baik. AHMAD FUADI, 2011 : 220
b. Sistem Kemasyarakatan atau Komunikasi Sosial
1 Kekerabatan
Matrilineal merupakan salah satu aspek utama dalam mendefinisikan identitas masyarakat Minang. Garis keturunan dirujuk kepada ibu yang dikenal
dengan Samande se-ibu. Sedangkan ayah mereka disebut oleh masyarakat dengan nama Sumando ipar dan diperlakukan sebagai tamu dalam keluarga.
Kaum perempuan di Minangkabau memiliki kedudukan yang istimewa sehingga dijuluki dengan Bundo Kanduang, memainkan peranan dalam
menentukan keberhasilan pelaksanaan keputusan-keputusan yang dibuat oleh kaum lelaki dalam posisi mereka sebagai mamak paman atau saudara dari pihak
commit to user
ibu, dan penghulu kepala suku. Matrilineal tetap dipertahankan masyarakat Minangkabau sampai sekarang walau hanya diajarkan secara turun temurun dan
tidak ada sanksi adat yang diberikan kepada yang tidak menjalankan sistem kekerabatan tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan tokoh Amaak. Amaak menyarankan Alif agar bersekolah di Pondok Pesantren. Semua keputusan tersebut berada di tangan
Amaak. Sedangkan ayah hanya diam dan menuruti keputusan Amaak. Hal ini sesuai dengan kutipan dalam novel Negeri Lima menara sebagai berikut:
“Amak ingin anak laki-lakiku menjadi seorang pemimpin agama yang hebat dengan pengetahuan yang luas. Seperti Biaya Hamka yang
sekampung dengan kita itu. Melakukan amar ma`ruf nahi munkar, mengajak orang kepada kebaikan dan meninggalkan kemungkaran,” kata
Amak pelan-pelan.
Beliau berhenti sebentar untuk menarik napas. Aku cuma mendengarkan. Kepalaku kini terasa melayang.
Setelah menenangkan diri sejenak dan menghela nafas panjang, Amak meneruskan dengan suara gemetar.
“Jadi Amak minta dengan sangat waang tidak masuk SMA. Bukan karena uang tapi supaya ada bibit unggul yang masuk madrasah aliyah” AHMAD
FUADI, 2011 : 8
Dalam kutipan di atas, Amak memegang peranan penting di dalam keluarga. Amak yang memutuskan segala segala sesuatu yang ada di keluarga.
Ayah Alif hanya berperan sebagai tamu dalam keluarga. Amak yang berbicara kepada Alif. Amak berharap Alif bersedia untuk melanjutkan sekolah ke
madrasah aliyah atau sering disebut sebagai pondok pesantren.
commit to user
2 Asosiasi dan Perkumpulan
Asosiasi dan perkumpulan yang terdapat dalan Novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi ini berupa asosiasi persahatan sahibul menara di
manara masjid yang dilakukan setiap sore menjelang maghrib. Sahibul menara berasal dari bahasa Arab. Kata Sahibul kerab digunakan untuk menyatakan
kepunyaan. Sahibul menara itu terdiri dari Alif, Baso, Atang, Said, Raja dan Dulmajid. Kutipan dalam novel antara lain sebagai berikut:
Setelah termenung beberapa lama, Said berteriak.
“ Aku tahu di mana kita bisa berkumpul tanpa diganggu dan tempatnya
dekat dengan masjid. Yuk ” kata dia langsung berjalan cepat dan memaksa kami ikut.
........................................................................................................................
Kami sepakat, kaki menara ini tempat yang sangat cocok untuk berkumpul. Pertama, dekat dengan masjid, kapanpun lonceng shalat
berbunyi, kami tinggal berjalan sedikit langsung sampai di masjid. Kedua, relatif tidak terpantau para petugas keamanan yang terlalu sibuk
menyatroni asrama demi asrama. Semen berundak ini cukup tersembunyi karena di tutupi taman, sementara kami bisa memantau keadaan PM
melalui sela-sela dedaunan. Ketiga, tempat ini teduh dan memungkinkan kami berlama-lama, untuk belajar, ngobrol, bahkan tidur-tiduran sambil
lurus menatap langit ditemani ujung menara yang lancip mrngkilap.
Di bawah bayangan menara ini kami lewatkan waktu untuk bercerita tentang impian-impian kami, membahas pelajaran tadi siang, ditemani
kacang sukro. Bagaikan menara cita-cita kami tinggi menjulang. Kami ingin sampai di puncak-puncak mimpi kalak. AHMAD FUADI, 2011 :
93-94
Di menara tersebut merupakan tempat untuk berkumpul. Membahas pelajaran tadi siang. Membicarakan pelajaran yang sulit, menghafal, diskusi dan
menghayal negara yang diimpikan. Masing-masing anggota sahibul menara memiliki cita-cita. Cita-cita itu dilukiskan di awan dengan gambar negara sesuai
keinginan masing-masing anggota sahibul menara. Alif ingin melihat awan itu
commit to user
sebagai benua Amerika, Raja melihat awan seperti benua Eropa, Atang melihat awan itu sebagai negara Timur Tengah dan Afrika, Baso lebih suka melihat awan
itu sebagai benua Asia dan Afrika, dan Dulmajid serta Said lebih suka melihat awan itu tetap sebagai negara Indonesia. Hal ini sesuai dengan kutipan novel
sebagai berikut: Kini di bawah menara PM, imajinasiku kembali melihat awan-awan ini
menjelma menjadi peta dunia. Tepatnya menjadi daratan yang didatangi Columbus sekitar 500 tahun silam: Benua Amerika.
........................................................................................................................ AHMAD FUADI, 2011 : 207
Selain perkumpulan sahibul menara di menara masjid, Aula juga merupakan tempat berkumpul bagi semua murid PM. di aula tersebut sebagian
kegitan di lakukan. Hal itu sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut Sehabis Isya, murid-murid berbodong-bondong memenuhi aula. Ratusan
kursi disusun sampai ke teras untuk menampung tiga ribu orang. Semua orang mengobrol seperti dengungan ribuan tawon transmigrasi. Di
panggung duduk berjejer beberapa ustad senior dan kiai. Sebuah tulisan besar menggantung sebagai latar: Pekan Perkenalan Siswa PM. AHMAD
FUADI, 2011 : 48
Malamnya, semua murid dikumpulkan di aula untuk menyaksikan pembukaan musim ujian oleh Kiai Rais, seakan-akan ujian adalah sebuah
hari besar keramat ketiga setelah Idul Adha dan Idul Fitri. AHMAD FUADI, 2011 : 189-190
Aku layangkan pandanganku ke aula di seberang Al-Barq. Jam 2 malam, aula ini sudah ramai seperti pasar subuh Puluhan lampu semprong
berkerlap-kerlip di atas setiap meja pasukan sahirul lail. Ketika angin malam berhembus, mata apinya serentak menari-nari seperti kunang.
AHMAD FUADI, 2011 : 198
Pengumuman kelulusan kita sudah ada, bisa di lihat di aula,” seru Said sebagai ketua angkatan kami berteriak-teriak setelah subuh. Walau masih
pegal-pegal dengan perjalanan keliling Jawa Timur kemarin, kami tidak sabar untuk berbondong-bondong ke aula. Walau sudah bertawakal
commit to user
sepenuh hati, tetap saja hatiku berdebur-debur ketika melihat pengumuman yang di tempel di aula. AHMAD FUADI, 2011 : 395
Aula merupakan tempat untuk perkumpulan murid baru. Di aula tersebut murid baru di beri amanat, pengumuman dan nasehat yang berkaitan dengan
pendidikan di Pondok Madani. Biasanya para kiai dari Pondok Madani yang memimpin pertemuan tersebut. Semua murid baru harus mengikuti acara tersebut.
Selain perkumpulan untuk murid bari, aula juga digunakan untuk belajar para murid ketika akan menghadapi ujian. Semua murid belajar di aula, bahkan aula
diubah menjadi perkemahan masal. Semua itu dilakukan demi ujian. Ujian bagi Pondok Madni adalah hari yang istimewa selain Hari Idul Fitri dan Idul Adha.
Aula juga digunakan untuk menyampaikan pengumuman kelulusan bagi murid kelas enam. Hal itu semua dilakukan di aula.
c. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan ini berhubungan dengan tubuh manusia dan hubungan antar sesama manusia. Sistem pengetahuan yang terkait dengan novel Negeri
Lima menara ini adalah sistem pengetahuan tentang pengetahuan dan sistem pengetahuan tentang pengajaran di Pondok yang bersifat modern. Hal ini sesuai
dengan kutipan dalam novel Negeri Lima Menara sebagai berikut Masih segar dalam ingatanku bagaimana senior kelas enam tahun lalu
membuat gempar dengan show mereka. Di tengah gelapnya aula, tahu- tahu sesosok tubuh terbang Benar-benar terbang di atas kepala penonton.
Lebih hebat lagi, badannya diliputi api yang menyala-nyala. Ini adegan yang mempersonifikasikan iblis yang melayang-layang siap membakar
nafsu manusia. Rahasia efek itu adalah membaluri baju pemadam kebakaran dengan spritus untuk menyulut api, dan mencantolkan baju
berisi pemberat ini ke kabel berjalan. Untyuk keamanan, tentu saja tidak ada orang di dalam baju ini. Selama berbulan-bulan, kami tidak bosan
commit to user
membahasnya. Kelas enam tahun lalu bahkan disebut “The Fire Maker”. AHMAD FUADI, 2011 : 338
Bagi siswa kelas enam di Pondok Madani, diwajibkan menampilkan sebuah pentas. Pesta itu dihadiri oleh seluruh warga Pondok Madani dan
masyarakat sekitar. Hal ini berhubungan dengan sistem pengetahuan yaitu bahwa siswa kelas enam tahun lalu berhasil membuat pesta yang luar biasa. Pesta
pertunjukan itu biasa di sebut dengan Class Six Show. Class Six Show yang ditampilakan senior kelas enam tahun lalu yaitu bercerita tentang iblis yang
melayang-layang di udara. Iblis itu melayang dengan tubuh terbakar oleh api. Dengan pertunjukan itu, menunjukkan bahwa sistem pengetahuan murid kelas
enam sudah maju dan kreatif. Terbukti dengan menampilkan iblis yang melayang, digunakan manusia tiruan yang memakai baju pemadam kebakaran. Rahasianya
adalah baju pemadam itu dibalur dengan spiritus untuk menyulut api. Baju itu diletakan pada kabel berjalan. Sehingga, pertunjukan itu benar-benar seperti
dalam kehidupan nyata. Sistem pengetahuan lain adalah kelas Alif yang menampilkan pertunjukan
Class Six Show dengan cerita Ibnu Batutah. Class Six Show ini juga spektakuler. Hal ini terlihat pada kutipan novel yang menceritakan perjalanan Ibnu Batutah
dalam menyebarkan agama islam. Ide itu disampaikan oleh Atang. Ketika Ibnu Batutah berjalan topan badai, maka penonton juga merasakan angin kencang.
Waktu Ibnu Batutah terkena hujan tropis, penonton juga ikut merasakan basah karena hujan. Ibnu Batutah edang berjalan menembus kabut Himalaya, maka
penonton juga harus ikut tersesat bersamanya. Hal ini sesuai dengan kutipan dalan novel sebagai berikut:
commit to user
“Aku punya ide,” kata Atang menggebu-gebu, seminggu sebelum hati H. “jadi, kawan-kawan, aku ingin kita membuat teater yang panggungnya
tidak terbatas di panggung depan, tapi panggungnya juga ada di tempat duduk penonoton. Kalau Ibnu Batutah sedang berjalan menembus topan
badai, maka penonton akan ikut di terpa angin kencang, kalau dia sedang kena hujan tropis, penonton ikut basah oleh percikan air, kalau dia sedang
menembus kabut Himalayala, penonton juga harus ikut tersesat bersamanya.” AHMAD FUADI, 2011 : 340
Namun, untuk melaksanakan ide cemerlang itu, membutuhkan pengorbanan. Untuk membuat asap buatan, Alif, Said dan Atang harus pergi ke
Surabaya. Bahan utama untuk membuat asap itu adalah karbon dioksida kering. Karbon dioksida bersuhu rendah yang dipadatkan, sehingga apabila terkena udara
sedikit saja, karbon dioksida akan mengeluarkan asap banyak. Istilah ilmiahnya ada kondensasi, sehingga asap tersebut bisa kita lihat seperti kabut.
Sementara itu sistem pengetahuan yang berkaitan dengan pembelajaran yang bersifat modern adalah pengajaran mengenai penggunaan bahasa asing.
Penggunaan bahasa asing wajib bagi semua murid. Bagi murid baru diberi kesempatan untuk belajar selama empat bulan. Siapa yang melanggarnya akan
mendapatkan sanksi. Hal ini sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut: “Dan yang tidak kalah penting, bagi anak baru, kalian hanya punya waktu
empat bulan untuk boleh berbicara bahasa Indonesia. Setelah empat bulan, semua wajib berbahasa Inggris dan Arab, 24 jam. Percaya kalian bisa
kalau berusaha. Sesungguhnya bahasa asing adalah anak kunci jendela- jendela dunia.” AHMAD FUADI, 2011 : 51
Bahasa Asing yang perlu dipelajari oleh murid adalah bahasa Arab dan bahasa Inggris. Bagaimanapun juga bahasa asing adalah kunci untuk membuka
jendela dunia. Pondok Madani berharap lulusan pondok bisa bersaing di kancah dunia.
commit to user
d. Bahasa
Bahasa dalam
unsur kebudayaan
yang di
kemukakan oleh
Koentjaraningrat ada dua macam, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara ini adalah bahasa lisan dan
bahasa tulisan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Minang, bahasa Indonesia, bahasa Arab dan bahasa Inggris.
1. Lisan