Sikap Terhadap Seksualitas Faktor Personal

Tabel 2.1. Klasifikasi Centers for Disease Control and Prevention CDC berdasarkan gejala klinis dan jumlah CD4 CD4 Kategori Klinis Total A Asimtomatik, Infeksi Akut B Simtomatik C AIDS ≥ 500ml ≥ 29 A1 B1 C1 200-499ml 14-28 A2 B2 C2 200ml 14 A3 B3 C3 Kategori klinis A meliputi infeksi HIV tanpa gejala asimtomatik, Persistent Generalized lymphadenopathy , dan infeksi HIV akut primer dengan penyakit penyerta atau adanya riwayat infeksi HIV akut. Kategori Klinis B terdiri atas kondisi dengan gejala simtomatik pada remaja atau dewasa yang terinfeksi HIV yang tidak termasuk dalam kategori C dan memenuhi paling sedikit satu dari beberapa kriteria berikut: a Keadaan yang dihubungkan dengan infeksi HIV atau adanya kerusakan kekebalan yang diperantarakan sel b Kondisi yang dianggap oleh dokter telah memerlukan penanganan klinis atau membutuhkan penatalaksanaan akibat komplikasi infeksi HIV, misalnya Kandidiasis Orofaringeal, Oral Hairy Leukoplakia, Herpes Zoster, dan lain-lain. Kategori klinis C meliputi gejala yang ditemukan pada pasien AIDS misalnya Sarkoma Kaposi, Pneumonia Pneumocystis cariniin , Kandidiasis Esofagus, dan lain-lain.

b. Sikap Terhadap Seksualitas

Menurut Secord dan Backman dalam Azwar, 2012 “sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan afeksi, pemikiran kognisi, dan predisposisi tindakan konasi seseroang terhadap sutatu aspek di lingkungan sekitarnya”. Sedangkan LaPierre dalam Azwar, 2012 mendefinisikan sikap perpustakaan.uns.ac.id commit to user sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Definisi mengenai sikap di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan dan keyakinan seseorang terhadap suatu hal yang bersifat mendekati positif atau menjauhi negatif ditinjau dari aspek afektif dan kognitif dan mengarahkan pada pola perilaku tertentu. Sedangkan definisi sikap terhadap operasi peneliti simpulkan sebagai kecenderungan dan keyakinan individu mengenai operasi yang bersifat mendekati positif dan menjauhi negatif ditinjau dari aspek afektif dan kognitif dan mengarahkan pada pola perilaku tertentu. Komponen sikap menurut Azwar 2012 terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang yaitu: a Komponen kognitif yang merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan opini terutama apabila menyangkut masalah isu atau yang kontroversial. b Komponen afektif yang merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. c Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang dimiliki oleh seseorang. Aspek ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Seks adalah sesuatu yang bersifat biologis dan karenanya seks dianggap sebagai sesuatu yang stabil Wahid, 2011. Sedangkan menurut Handoyo 2010, Seks adalah bagian dari kehidupan manusia, sesuatu yang ada dan tidak bisa ditolak. Berikut ini bentuk-bentuk perilaku seksual menurut Sarwono 2010, antar lain: 1 Berpelukan, Perilaku seksual berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan menimbulkan rangsangan seksual pada individu. 2 Ciuman kering, Perilaku seksual cium commit to user kering berupa sentuhan pipi dengan pipi dan pipi dengan bibir. 3 Cium basah, Aktifitas cium basah berupah sentuhan bibir, dampak cium bibir dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan menimbulkan dorongan seksual sehingga tidak terkendali. 4 Merupakan kegiatan meraba atau memegang bagian tubuh yang sensitif seperti payudara, vagina dan penis. 5 Petting, Merupakan keseluruan aktifitas seksual non intercourse hingga menempelkan alat kelamin dan dampakny menimbulkan ketagihan. 6 Oral seksual, Oral seksual pada laki-laki adalah ketika seseorang mengunakan bibir, mulut dan lidahnya pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada wanita melibatkan bagian disekitar vulva yaitu labia, klitoris dan bagian dalam vagina. 7 Intercourse atau bersenggama, merupakan aktifitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan. Berdasarkan definisi dari sikap dan seks di atas dalam penelitian ini sikap terhadap seksualitas didefinisikan sebagai tingkatan sejauhmana seseorang mendukung atau memihak favorable maupun tidak mendukung atau tidak memihak unfavorable terhadap aktivitas seksual, yang antara lain necking , petting , masturbasi, oral seks, anal seks, dan sexual intercourse yang dilakukan oleh pasangan yang keduanya tidak terikat dalam pernikahan.

c. Efikasi Diri