Pengawasan Orang Tua Faktor Lingkungan

remaja, orangtua, guru, pendidik, pemuka agama dan tokoh masyarakat merasa takut apabila informasi dan pendidikan seks diberikan pada remaja akan disalahgunakan oleh remaja. Sehingga remajapun lebih senang bertanya pada teman sebaya yang tidak lebih baik pengetahuannya dan tidak menerima pendidikan seks yang bertanggungjawab. Remaja menerima informasi yang salah bahkan menyesatkan misalnya dari cerita teman, melihat film atau video porno, tayangan televisi, membaca buku, majalah yang lebih banyak menyajikan seks secara vulgar dibandingkan pengetahuan pendidikan seksual yang benar Burgess dkk, 2005. Penelitian Jaccard dkk 2005 menyatakan bahwa pengaruh kelompok atau teman sebaya pada individu meningkatan perilaku berisiko. Peran teman sebaya yang menjadi salah satu motivasi dan pembentukan identitas diri, bahkan informasi dari teman sebaya bisa menimbulkan dampak negatif. Penelitian Kim dan Free 2008 menyatakan bahwa teman sebaya merupakan salah satu sumber informasi yang cukup signifikan dalam membentuk pengetahuan dikalangan usia remaja namun dapat juga menimbulkan dampak negatif karena informasi yang mereka peroleh hanya melalui tayangan media seperti film, VCD, televisi maupun pengalaman sendiri. Peran teman sebaya dalam mempengaruhi perilaku berisiko Penyakit Menular Seksual didukung oleh persamaan nilai dan perasaan memiliki sehingga dapat mempengaruhi perilaku.

b. Pengawasan Orang Tua

Orang tua merupakan penganggung jawab dari sebuah keluarga. Orang tua terdiri ayah dan ibu yang mempunyai ikatan perkawinan yang sah. Pengetahuan kesehatan reproduksi antara orang tua dengan anak perlu diketahui tingkat intensitas komunikasinya orang tua dan anaknya. Orang tua dan anak remaja harus mempunyai pengetahuan yang sama tentang pengetahuan reproduksi. Pengetahuan kesehatan reproduksi meliputi perubahan-perubahan yang terjadi pada diri remaja yang meliputi fisik, psikologi dan sosial. Kesehatan reproduksi meliputi kehamilan, persalinan, commit to user pendidikan seks bagi remaja, penyimpangan seksual, penyakit menular seksual, HIV dan AIDS, kekerasan seksual, bahaya narkoba terhadap kesehatan reproduksi. Selain itu termasuk juga pengaruh sosial dan media terhadap perilaku sosial, kemampuan berkomunikasi, hak-hak reproduksi dan gender pada diri remaja. Tetapi tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi orang tua dengan anak tidak sama, karena orang tua sudah mempunyai pengalaman berfungsinya reproduksi sedangkan anak belum mengalami fungsi reproduksi. Pengetahuan reproduksi orang tua dan anak tidak hanya dengan praktek tetapi melalui informasi-informasi dari berbagai cara. Sehubungan dengan itu menurut BKKBN 2012 bahwa orangtua perlu memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan pengetahun kesehatan reproduksi baik pengetahuan untuk diri sendiri maupun pengetahuan untuk anak remajanya. Orang tua perlu memahami kondisi anak remajanya yang sedang mengalami perubahan-perubahan pada dirinya, yang menyangkut proses reproduksi. Orang tua harus mempunyai kemampuan memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi kepada anak remajanya, agar memilki informasi proses reproduksi yang benar. Anak remaja yang tidak memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi yang benar dari orangtua, mereka akan mencari informasi lain melalui gambar, teman, film yang menyesatkan. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab khususnya mengenai proses reproduksi. Orang tua yang baik bagi anak remajanya adalah mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan diskusi dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1 orang tua tidak menggurui, 2 jangan beranggapan bahwa orang tua lebih mengetahui sesuatu dibandingkan dengan anak remaja, 3 memberikan kesempatan kepada remaja untuk mengemukakan pandangan dan pendapatnya, 4 memberikan argumen yang jelas dan masuk akal terhadap suatu persoalan, 5 memberikan dukungan pada anak apabila memang pantas diberi dukungan, 6 mengatakan salah kalau memang salah, dengan alasan yang masuk akal menurut pemikiran mereka, 7 menjadikan anak remaja sebagai teman untuk berdiskusi, bukan sebagai individu untuk diberitahu. commit to user Penelitian Strehl 2010 menyatakan bahwa lingkungan keluarga yang harmonis dan lingkungan yang positif berhubungan dalam menurunkan tingkat risiko perilaku berisiko Penyakit Menular Seksual. Orang tua yang memonitor aktifitas dan lingkungan anak, selalu ikut terlibat dalam kegiatan dan meningkatkan komunikasinya dengan anaknya behubungan dengan menurunkan risiko perilaku seksual berisiko pada anak jalanan dan lebih baik pada keluarga yang religious. Keterlibatan orang tua dan kedekatan keluarga dalam mendukung pencegahan perilaku berisiko berhubungan dengan penurunan kehamilan pada remaja. Perilaku seksual berisiko disimpulkan dapat dicegah dengan dukungan lingkungan keluarga. Dukungan keluarga menjadi kekuatan dalam mencegah perilaku seksual berisiko pada remaja. Menurut WHO 2012 menyatakan bahwa komunikasi dengan keluarga atau orang tua memberikan efek kesehatan yang positif seperti angka kesehatan yang tinggi, kepuasan hidup yang tinggi, mengurangi keluhan fisik dan psikis serta mengurangi hal-hal negatif. Cukup tidaknya pendidikan agama yang diberikan orang tua terhadap anaknya, cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh anak, cukup tidaknya keteladanan yang diterima sang anak dari keluarga dan lain-lain menjadi hak anak dari orangtuanya. Jika tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian di jalan-jalan sehingga memaksa mereka untuk berperilaku bebas dan terjebak dalam beperilaku berhubungan seks berisiko.

c. Akses Informasi