membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru Mubarak dkk, 2007.
b. Perilaku Seksual
Seks adalah kata yang sangat tidak asing di telinga kita, tetapi anehnya seringkali kita merasa tabu dan agak malu-malu jika
menyinggungnya. Oleh karena agar kita dapat membicarakan dan mendiskusikannya dengan bebas terbuka, maka para ahli bahasa dan ilmuwan
pun membuat seks ini menjadi ilmiah dengan menambahkan akhiran “-tas” dan “-logi” menjadi “seksualitas” dan “seksologi”, sehingga jadilah
seksualitas adalah untuk dibahas dan didiskusikan, seksologi adalah untuk ditul
is secara ilmiah, dan seks adalah untuk dialami dan „dinikmati‟. Menurut Simkins 1984 dalam Sarwono 2010, perilaku seksual
adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini
bisa bermacam-macam, mulai dari membaca buku porno, nonton film porno, perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan
bersenggama. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rita Damayanti
terhadap remaja SLTA di Jakarta tahun 2008 diperoleh hasil bahwa perilaku pacaran remaja adalah mengobrol, pegangan tangan, berangkulan, berciuman
pipi, berpelukan, berciuman bibir, meraba-raba dada, meraba alat kelamin, menggesek kelamin, seks oral, dan hubungan seks.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Gatra bekerja sama Laboratorium Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia LIP FISIP-UI menjaring 800 subjek penelitian remaja berusia 15- 22 tahun di Jakarta, Yogyakarta, Medan, Surabaya, dan Ujungpandang dapat
diketahui bahwa subjek penelitian menunjukkan sikap yang makin permisif sikap serba boleh terhadap perilaku seks gaya modern seperti berpelukan
antar lawan jenis, cium pipi, cium bibir,
necking
cium leher atau cupang, meraba-raba,
petting
, dan senggama. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Penelitian tentang perilaku seksual juga pernah dilaksanakan di luar negeri oleh Sprecher, McKinney, Walsh, dan Anderson pada tahun 1988 yang
kemudian mengkategorikan perilaku seks menjadi
petting
saling menggesek- gesekkan alat kelamin,
sexual intercourse
hubungan seksual, dan
oral- genital sex
seks oral-genital. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa
petting
merupakan perilaku seksual yang paling banyak dapat diterima oleh subjek, kemudian hubungan seksual dan seks oral.
Perilaku seksual yang banyak dilakukan oleh remaja dapat menimbulkan berbagai dampak, seperti yang dijelaskan dalam Tabel 2.2:
Tabel 2.2 Dampak Perilaku Seksual PERILAKU
ASIKNYA NGGAK ASIKNYA
Nggak disalurkan Nggak merasa berdosa
Nggak bakal hamil Diterima masyarakat
Nggak „greng‟
Pegangan Tangan Aman
Gak bakal hamil Diterima masyarakat
Bosan Nggak seru
Ciuman Nggak hamil
Romantis Bisa dinikmati
Malu kalo ketauan Merasa berdosa
Bisa nularin penyakit Masturbasi
Aman dari kehamilan Bisa puas juga
Aman dari PMSAIDS Merasa bersalah
Merasa berdosa
Petting
Bisa puas juga Kemungkinan hamil kecil
bukan berarti nggak bisa Lebih „greng‟ dibanding
ciuman Bisa menularkan PMS
Bisa menimbulkan lecet di alat kelamin
Hubungan Seks Paling “heboh”
Variasi banyak Sensasi paling “greng”
Resiko hamil besar Resiko tertular PMS
Resiko dicela masyarakat
Sumber: Buklet Perilaku Seksual dan Pacaran Sehat
4. Remaja