Serabut Saraf Endometrium eutopik pada endometriosis

Gambar 6. Mekanisme nyeri pada endometriosis yang berhubungan dengan nyeri pelvis. 27

2.4. Serabut Saraf Endometrium eutopik pada endometriosis

Sangat sedikit yang diketahui tentang endometrium atau neurogenesis pada uterus, namun mereka dianggap penting dalam pembentukan gejala nyeri terkait endometriosis yang dibuktikan dengan peningkatan yang sangat signifikan dari ekspresi nerve growth factor NGF. 31 Ada bukti bahwa endometrium eutopik pada wanita dengan endometriosis berbeda dengan endometrium wanita tanpa endometriosis meskipun penampilan jaringan pada histologi rutin hampir identik dengan endometrium normal. Endometrium eutopik wanita dengan endometriosis ini menunjukkan berbagai anomali dibandingkan dengan endometrium wanita yang bebas penyakit yang menunjukkan bahwa defek utama dalam endometriosis mungkin endometrium eutopik. 32,33 Adanya serabut saraf pada endometrium eutopik pada wanita endometriosis diduga muncul karena adanya rangsangan yang memicu munculnya perkembangan saraf lokal, dan diduga NGF berperan dalam hal ini. NGF di ekspresikan dengan kuat pada kelenjar dan stroma lapisan fungsional dan basal endometrium penderita endometriosis, dan hal ini tidak diekspresikan pada endometrium eutopik wanita yang tidak endometriosis. 34 Molekul yang memiliki peran penting dalam neurogenesis termasuk novel neurotrophin-1 B cell-stimulating factor-3 NNT-1BSF-3 dan NGF, brain-derived neurotrophic factor BDNF, neurotrophin-3 NT- 3, neurotrophin-45 NT-45, dan anggota famili glial-cell derived neurotrophic factor GDNF. 35,36 Pada wanita dengan endometriosis, ekspresi dari neurotrophin, reseptornya dan molekul aktif neuronal lainnya meningkat dibandingkan dengan wanita tanpa penyakit. Secara khusus, ekspresi NGF dan reseptornya TrkA dan P75 meningkat pada wanita dengan endometriosis, terutama pada lapisan fungsional dari endometrium. Reseptor ini tidak dijumpai pada endometrium yang normal, tapi dijumpai pada serabut saraf dan stroma dari endometrium eutopik wanita endometriosis. Ini menimbulkan dugaan bahwa sekresi neurotrophin dan reseptornya merupakan penyebab pertumbuhan serabut saraf. 37 Selain itu ekspresi berbagai faktor angiogenik dan atau limfoangiogenik utama dan reseptornya yang juga secara neuronal aktif diketahui berubah kebanyakan meningkat dalam endometrium eutopik dari wanita dengan endometriosis dibandingkan dengan kontrol endometrium. Sel neuroendokrin, yang dapat menghasilkan zat neuromodulatorik dalam merespon stimulasi neurogenik atau kimia, meningkat densitasnya secara signifikan pada endometrium wanita dengan endometriosis. NGF dan neurotrophin lainnya, diproduksi oleh berbagai sel imun termasuk sel T, sel B, makrofag, sel natural killer NK, sel mast dan sel dendritik. Menariknya, sejumlah populasi sel imun ini diketahui meningkat densitasnya pada endometrium eutopik wanita dengan endometriosis dan ini mungkin memainkan peran dalam memfasilitasi ekspresi yang terganggu secara lokal dari molekul yang aktif secara neuronal dalam endometrium eutopik pada endometriosis. 38,39 Endometrium pada wanita endometriosis mungkin menghasilkan sejumlah molekul pengatur dengan efek neurotropik misalnya factor pertumbuhan saraf untuk memicu pertumbuhan serabut saraf. Lebih lanjut dari temuan peningkatan ekspresi neurogenesis, endometrium eutopik dari wanita dengan endometriosis mengandung serabut saraf kecil dan tidak bermielin dalam lapisan fungsional. Serabut saraf tidak dijumpai pada wanita tanpa endometriosis . Serabut saraf dalam lapisan fungsional endometrium kemungkinan besar merupakan saraf sensorik C dan otonom. Pada wanita dengan endometriosis densitas serabut saraf dalam endometrium basal dan miometrium juga meningkat secara signifikan dibandingkan dengan wanita tanpa endometriosis. Adanya serabut saraf pada wanita dengan gejala nyeri menunjukkan bahwa pada wanita dengan endometriosis endometrium eutopik mungkin terlibat dalam pembentukan gejala nyeri. 5,7,26,40 Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, patofisiologi rasa nyeri yang dirasakan penderita endometriosis belum dapat diketahui secara jelas. Bagaimana dapat terjadi jaringan endometrium yang tidak ada serabut saraf dapat menimbulkan nyeri saat berada ditempat yang berbeda. 26 Adapun serabut saraf yang telah teridentifikasi sampai sekarang adalah serabut saraf A delta, serabut saraf C, dan saraf otonom simpatis. Schaible dkk, 2002 menunjukkan bahwa serabut saraf yang termielinisasi hanya terdapat pada lapisan basal endometrium sedangkan serabut saraf yang tidak termielinisasi tersebar pada seluruh jaringan endometriosis. 41 Penelitian Tulandi dkk. 2001 menggunakan penanda marker neurofilamen dan menunjukkan bahwa jarak antara serabut saraf lebih padat pada wanita endometriosis yang mengeluhkan gejala nyeri dibandingkan yang tidak mengeluhkan gejala nyeri. 42 Penelitian Anaf dkk. 2002 dengan penanda imunohistokimia protein S-110 juga menunjukkan bahwa intensitas nyeri lebih tinggi pada wanita dengan endometriosis adenomiotik yang menunjukkan ekspresi nosiseptor dibanding yang tidak. 43 Serabut A delta Aδ adalah serabut saraf bermielin yang berdiameter 2-5 mikrometer. Serabut saraf ini dapat menghantar dengan kecepatan 12-30 mdetik dalam peranan nyeri cepat dirasakan dalam waktu kurang dari satu detik serta memiliki lokalisasi yang jelas dirasakan seperti ditusuk, tajam. Serabut C merupakan serabut yang tidak bermielin dengan kecepatan hantaran 0,4 –1,2 mdetik. Nyeri yang ditimbulkan adalah nyeri lambat dirasakan selama 1 satu detik atau lebih dengan sifat nyeri tumpul, berdenyut atau terbakar. Dibandingkan dengan serabut A delta yang hanya ditemukan pada lapisan basal endometrium, rangsang nyeri hilang timbul lebih dinamik dicetuskan oleh serabut C yang tersebar baik di lapisan basal maupun fungsional endometrium. 44,45 Penelitian Tokushige dkk, 2007 membuka sedikit tabir untuk mengarahkan pada penjelasan atas kondisi ini. Penelitian ini berusaha untuk mencari apakah terdapat perbedaan kandungan saraf diantara jaringan endometrium penderita endometriosis dan tidak endometriosis. Polyclonal rabbit anti-protein gene product 9.5 PGP9.5 adalah salah satu penanda yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan menggunakan sampel endometrium dari hasil histerektomi, didapati 10 wanita penderita endometriosis dengan rentang usia berkisar antara 42-46 tahun dan 35 wanita yang non endometriosis dengan rentang usia berkisar antara 38-54 tahun tidak ada yang menopause. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa tidak ada serat saraf yang terdeteksi pada lapisan fungsional dari endometrium wanita tanpa endometriosis dan serabut saraf pada penderita endometriosis secara signifikan berbeda dibanding yang bukan penderita endometriosis. ditemukan serat saraf bermyelin, tidak bermyelin, serta beberapa saraf sensoris pada endometrium. Pada lapisan fungsional endometrium penderita endometriosis ditemukan serabut saraf sensori C dan sensori Aδ, dan serabut saraf adrenergik pada lapisan basal endometrium. PGP9.5 adalah penanda seluruh jenis saraf yang sangat spesifik. 25 Gambar 7. Serabut saraf pada lapisan Basal Endometrium dan perbatasan endometrium – miometrium pada wanita endometriosis yang diwarnai dengan PGP 9,5. 45 Gambar 8. Lapisan fungsional endometrium pada wanita endometriosis. 45 Merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2007 tersebut, banyak penelitian lain dilakukan dengan dasar potensi penggunaan deteksi serat saraf untuk melakukan diagnosis terhadap endometriosis. Hal ini berhubungan kembali dengan tindakan laparoskopi yang menjadi baku emas pemeriksaan saat ini. Laparoskopi yang invasif, dengan biaya yang tidak sedikit, serta proses persiapan yang memakan waktu, mendorong penemuan cara baru untuk diagnosis endometriosis dengan lebih mudah dan lebih cepat. 25,26 Pada tahun 2009, sebuah uji tertutup ganda oleh Al Jefout M dkk, dilakukan untuk mencari kemungkinan penggunaan deteksi serat saraf sebagai diagnosis endometriosis. Dalam penelitian ini juga digunakan polyclonal rabbit anti-protein gene product 9.5 PGP9.5 sebagai penanda, diambil dari 99 wanita dengan rentang usia 20-50 tahun, sampel endometrium diperoleh dari hasil biopsi endometrium. Dari penelitian ini didapatkan bahwa dari 64 orang yang terdiagnosis endometriosis secara laparoskopik, hanya 1 orang yang tidak terdeteksi memiliki serat saraf di endometriumnya, dan terdapat 6 orang tanpa endometriosis yang ditemukan serat saraf pada endometriumnya. Dalam uji ini didapatkan spesifisitas 83 dan sensitivitas sebesar 96. Nilai yang diperoleh metode ini cukup baik, bahkan mendekati keakuratan laparoskopi yang dilakukan oleh ahli ginekologis. 45 Sependapat dengan penelitian pada tahun 2009 tersebut, sebuah uji lain pada tahun 2011 oleh Meibody dkk, yang dilakukan dengan metode case control dengan menggunakan jaringan endometrium dari hasil biopsi endometrium dari 12 penderita endometriosis dengan rerata usia 39,5 ± 5,9 tahun dan 15 yang non endometriosis dengan rerata usia 41,6 ± 5,7 tahun yang akan dilakukan tindakan laparoskopi ataupun laparotomi, untuk memeriksa kelayakan deteksi serat saraf ini sebagai penunjang diagnosis endometriosis, dengan hasil yang juga menetapkan bahwa deteksi serat saraf dengan menggunakan Polyclonal rabbit anti- protein gene product 9.5 PGP9.5 merupakan penanda diagnosis endometriosis yang terpercaya. Pada penelitian yang berlangsung selama 2 tahun ini, digunakan metode menyerupai penelitian terawal penelitian oleh Tokushige dkk tahun 2007. Didapatkan hasil bahwa dari seluruh penderita endometriosis, terdeteksi adanya serat saraf. Pada penderita non endometriosis, ditemukan 3 dari 15 orang 20 terdeteksi memiliki serat saraf di endometriumnya. Tetap saja, ditemukan densitas serat saraf yang lebih tinggi secara signifikan bila dibandingkan dengan wanita tanpa endometriosis. 7 Maka uji ini memberikan kesimpulan bahwa pendeteksian serat saraf dengan menggunakan polyclonal rabbit anti-protein gene product 9.5 PGP9.5 adalah metode yang baik untuk digunakan secara umum. 46 Bahkan penelitian yang dilakukan Liutkeviciene R dkk, 2013, yang dilakukan dengan metode case control pada 283 sampel endometrium yang diperoleh dari hasil biopsi tanpa membedakan fase menstruasi, dengan penderita endometriosis sebanyak 131 orang dan 152 orang non endometriosis, dengan usia berkisar antara 26-46 tahun, menyatakan bahwa densitas serabut saraf dari hasil biopsi endometrium yang diwarnai dengan PGP 9,5 memiliki akurasi yang hampir sama dibanding dengan laparoskopi dalam mendiagnosis endometriosis. Namun karena PGP 9.5 merupakan alat uji diagnostik yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, besar kemungkinan pemeriksaan ini dapat menjadi alat bantu pada pasien infertilitas untuk menurunkan jumlah tindakan laparoskopi tanpa menurunkan angka penderita endometriosis. 8 Sayangnya penelitian terbaru, yang dilakukan Leslie C dkk, pada bulan Maret 2013, justru memberikan hasil yang kontradiktif terhadap hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan di King Edward Memorial Hospital ini selama 2006-2011 dengan sampel 47 pasien endometriosis dengan rentang usia 22-53 tahun, 21 pasien non endometriosis dengan rentang usia 21-50 tahun, dengan teknik biopsi endometrium didapatkan hasil yaitu lebih banyak persentase terdeteksinya serat saraf di lapisan endometrium pada kasus bukan endometriosis 29 dibandingkan 19. 7,46 Akhirnya, penelitian ini menyimpulkan bahwa pemeriksaan serat saraf endometrial yang dilakukan dengan teknik imunohistokimia standar pada spesimen biopsi rutin terbukti tidak sensitif ataupun spesifik untuk mendiagnosis endometriosis. Oleh sebab itu bila merujuk dari hasil penelitian ini maka patologis dan ginekologis yang ingin menggunakan pendekatan diagnostik ini harus mempertimbangkan teknik ini. 7,45 Gambar 9. Jaringan Saraf di Endometrium dengan menggunakan Penanda neuron. 30 Perbedaan tipe serabut saraf pada wanita dengan atau tanpa endometriosis diyakini memiliki peran penting pada mekanisme munculnya rasa nyeri pada wanita dengan endometriosis. Kemungkinan mediator inflamasi yang dilepaskan endometrium dapat mengaktivasi atau melakukan sensitisasi terhadap serabut saraf sensoris C, yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri. 5,7,8 Mekanisme ini belum sepenuhnya jelas, tidak diketahui stimulus ataupun kondisi apa yang menyebabkan tumbuhnya serabut saraf pada endometrium eutopik wanita penderita endometriosis. 44

2.5. Protein Gene Product PGP9.5