Diagnosa banding Diagnosa Endometriosis

2.2.7. Diagnosa banding

Gejala endometriosis tidak spesifik dan dapat menyerupai banyak proses penyakit. Karena endometriosis merupakan suatu diagnosis bedah, beberapa diagnosis lain dapat diperkirakan sebelum diadakannya eksplorasi tindakan bedah. 25 Adapun yang dapat menjadi diagnosis banding adalah penyakit inflamasi panggul, abses tubo-ovarian, salpingitis, endometritis, kista ovarium hemoragik, torsi ovarium, dismenore primer, sistitis, infeksi traktus urinarius kronik, batu ginjal, penyakit inflamasi usus, divertikulitis, penyakit muskuloskeletal, dan lain- lain. 1,2

2.2.8. Diagnosa

Untuk menegakkan diagnosis endometriosis selain lewat anamnesis yang teliti, juga perlu dilakukan pemeriksaan fisik hingga penunjang. Penegakan diagnosa endometriosis tidaklah mudah karena pemeriksaan baku emas gold standar adalah laparaskopi, sebuah tindakan yang masih cukup mahal untuk kebanyakan orang Indonesia. Umumnya endometriosis juga ditemukan secara tidak sengaja pada laparatomi . 26 Pada inspeksi visual, biasanya tidak ditemukan kelainan. Kecuali bisa endometriosis terjadi dalam skar episiotomi atau skar bedah, dan paling sering pada insisi Pfannenstiel Kogfer, 1993; Zhu, 2002. Pada pemeriksaan spekulum, juga biasanya tidak terlihat tanda dari endometriosis. Biasanya lesi berwarna kebiruan ataupun kemerahan mungkin terlihat pada serviks atau forniks posterior pada vagina. Lesi ini dapat nyeri atau berdarah dengan kontak. Pada pemeriksaan bimanual, palpasi organ panggul sering menunjukkan kelainan anatomik yang mengarahkan ke endometriosis. Nodularitas ligamen uterosakral dan rasa nyeri dapat merefleksikan penyakit aktif. Namun sensitivitas dan spesifisitas rasa nyeri fokal pelvis dalam mendeteksi endometriosis menunjukkan variasi dari 36 hingga 90 dan 32 hingga 92 Chapron, 2002; Eskenazi, 2001; Koninckx, 1996; Ripps, 1992. 1,2,4 Selain pemeriksaan fisik, pemeriksaaan laboratorium dapat dilakukan untuk mengeksklusi penyebab nyeri panggul lain. Sebagai awal, pemeriksaan darah perifer lengkap, urinalisis, kultur urin, kultur vagina, dan usap serviks dapat dilakukan untuk mengeksklusi infeksi yang dapat menyebabkan penyakit inflamasi panggul. Banyak marker serum yang telah dipelajari sebagai alat bantu diagnosis endometriosis. Ca125 merupakan marker serum yang paling banyak dipelajari, marker ini ditemukan di epitel tuba falopi, endometrium, endoserviks, pleura, dan peritoneum. Peningkatan Ca125 secara positif berkorelasi dengan keparahan endometriosis Hornstein, 1995. Spesifisitas marker ini cukup tinggi, sayangnya sensitivitasnya kurang baik untuk mendeteksi endometriosis ringan. Marker ini lebih baik untuk mendeteksi endometriosis stadium 3 dan 4. Sebuah meta analisis menunjukkan sensitivitasnya hanya 28 dan spesifisitasnya 90. 1,4 Untuk penunjang radiologis, ultrasonografi baik transabdominal maupun transvaginal keduanya banyak digunakan dalam diagnosis endometriosis. Ultrasonografi transvaginal masih menjadi pilihan utama dalam mengevaluasi gejala yang berhubungan dengan endometriosis. Terdapat pula teknik baru berupa sonovaginografi, yaitu sebuah teknik dengan melakukan instilasi cairan fisiologis ke vagina untuk secara akurat melokalisasi endometriosis rektovagina. Sonografi transrektal juga dapat membantu diagnosis dan evaluasi endometriosis Brosens, 2003. Ultrasonografi transvagina sama efektifnya dengan pendekatan transrektal dalam mengidentifikasi endometriosis panggul posterior. 1,2,4 Laparoskopi diagnostik merupakan metode primer yang digunakan untuk mendiagnosis endometriosis. Dengan metode ini dapat terlihat lesi yang bervariasi warnanya, dapat merah, putih, ataupun hitam. Walaupun konsensus saat ini tidak membutuhkan evaluasi histologis untuk diagnosis endometriosis, hanya bergantung pada temuan laparoskopik yang dapat menyebabkan terjadinya overdiagnosis. Dalam diagnosis histologis harus ditemukannya kedua kelenjar endometrial dan stroma yang ditemukan diluar rongga uterus. Deposisi hemosiderin dan metaplasia fibromuskular juga dapat ditemukan. Tampilan makroskopik akan spesifik seperti temuan mikroskopiknya, misalnya lesi merah dalam tampilan mikroskopik biasanya memiliki banyak vaskularisasi. Lesi putih lebih sering menunjukkan fibrosis dan sedikit pembuluh darah Nissolle, 1997. 1,4,11

2.3. Nyeri Endometriosis

Nyeri panggul secara umum diakui sebagai gejala utama pada endometriosis. Infertilitas juga merupakan gejala umum dari endometriosis, tetapi sebagian besar pasien akan disertai dengan keluhan nyeri. Nyeri panggul endometriosis dapat dikenal dengan baik, tetapi kebanyakan hanya berpikir dalam hal trias umum berupa dismenorea ,dispareunia dan nyeri yang mendalam mengikuti motilitas usus. Kurangnya kesadaran tentang variasi nyeri endometriosis mungkin bertanggung jawab atas keterlambatan dalam diagnosis, yang rata-rata mencapai waktu 8-10 tahun dari timbulnya gejala awal. Faktor lain yang berkontribusi terhadap keterlambatan dalam diagnosis adalah kegagalan pasien untuk menginformasikan tentang gejala nyeri. 14,21,27,28,29 Ballar dkk 2006, menemukan bahwa persepsi nyeri endometriosis yang paling sering dikemukakan pasien adalah jenis throbbing, gnawing dan dragging pada tungkai. Beberapa mekanisme yang diduga sebagai penyebab nyeri pada endometriosis adalah: 30 a. Produksi zat – zat, seperti prostaglandin, growth factor dan sitokin dari makrofag yang teraktivasi, juga sel – sel yang berkaitan dengan implan endometrium. b. Efek langsung dan tidak langsung dari perdarahan aktif pada implant endometriosis. c. Iritasi atau invasi serabut saraf dasar panggul.