Sistem Stadium dan Pola Perluasan Karsinoma Tiroid Papiler

menyimpulkan diagnosis. Kriteria minor tersebut mencakup: 1 adanya papil abortif, 2 didominasi oleh folikel yang memanjang atau ireguler, 3 koloid berwarna gelap, 4 adanya pseudoinklusi inti, dan 5 histiosit berinti banyak pada lumen folikel Chen et al. , 2012. Selain itu, folikel neoplastik pada KTPVF umumnya dengan bentuk yang ireguler dan ukuran yang lebih bervariasi daripada karsinoma maupun adenoma folikuler Baloch et al ., 2011. Gambaran psammoma bodies , kalsifikasi dan respon desmoplastik dapat ditemukan pada KTPVF tapi cenderung lebih jarang jika dibandingkan dengan KTP klasik. Psammoma bodies tampak sebagai “bayangan” papil yang telah mati merupakan diferensiasi kalsifikasi distrofik terbentuk dari area infark fokal pada ujung papil yang menarik kalsium. Infark yang terus menerus disertai deposit kalsium menimbulkan lamelasi. Psammoma bodies biasanya tampak pada bagian sentral tangkai, pada stroma tumor, atau pembuluh limfatik, namun tidak pernah berada di dalam folikel neoplastik koloid Livolsi 2011; De Lellis et al., 2004.

2.8 Sistem Stadium dan Pola Perluasan Karsinoma Tiroid Papiler

Klasifikasi stadium tumor tiroid sesuai sistem TNM yang didasarkan pada ukuran tumor T, penyebaran limfatik N, dan metastasis jauh M. Sistem TNM ini disahkan oleh International Union Against Cancer IUCC dan American Joint Commission on Cancer AJCC. Berikut penjabaran klasifikasi sistem TNM berdasarkan AJCC dalam menentukan stadium karsinoma tiroid Rubin et al., 2012. Tabel 2.5 Sistem TNM berdasarkan AJCC Rubin et al., 2012 Definisi TNM Kelompok stadium T1 Dimensi terbesar tumo r ≤2 cm, terbatas pada tiroid N0 Tanpa metastasis KGB regional Stadium I T1 N0 M0 T2 Dimensi terbesar tumor 2cm tetapi ≤ 4 cm N0 Tanpa metastasis KGB regional Stadium II T2N0M0 T3 Dimensi terbesar tumor 4 cm atau tumor dengan berbagai ukuran dengan perluasan ekstratiroid minimal contoh: ke otot sternotiroid N1a Metastasis ke level VI KGB Pretrakea, paratrakea dan Delphian Prelaringeal Stadium III T3N0M0 T1N1aM0 T2N1aM0 T3N1aM0 T4a Tumor berbagai ukuran melewati kapsel, kejaringan subkutan, laring, trakea, esophagus dan recurrent laryngeal nerve. N1b Metastasis ke KGB servikal unilateral, bilateral, kontralateral atau superior mediastinum. Stadium IVa T4aN0M0 T4aN1aM0 T1N1bM0 T2N1bM0 T3N1bM0 T4N1bM0 T4b Tumor menginvasi fascia prevertebra atau menyelubungi arteri karotis atau pembuluh darah mediastinal Stadium IVb T4b berbagai N M0 M1 Metastasis jauh Stadum IVc Berbagai T Berbagai N M1 Invasi kapsel maupun invasi intravasa merupakan faktor prediktif terjadinya metastasis pada KTP. Selanjutnya adanya metastasis baik ke KGB maupun metastasis jauh mempengaruhi tingginya angka kekambuhan dan mortalitas pada pasien KTP Gupta et al ., 2012. Secara morfologi, KTPVF cenderung lebih sering berkapsel dibandingkan KTP klasik sehingga gambaran invasi kapsel lebih sering dijumpai pada kasus KTPVF, seperti halnya pada KTF maupun adenoma folikuler. Frekuensi invasi kapsel pada KTPVF encapsulated lebih tinggi dibandingkan KTP klasik yaitu 65 berbanding 38 Gupta et al., 2012; Chen et al., 2012. Pada KTPVF encapsulated, kaskade perluasan tumor diawali dengan invasi tumor melewati kapselnya, baik tanpa atau disertai adanya invasi vasa intra kapsuler maupun ekstra kapsuler. Seiring dengan peningkatan ukuran tumor dan kemampuan invasifnya, akhirnya terjadi kaskade lanjutan berupa perluasan tumor ke jaringan ekstra tiroid. Namun proses lanjutan ini jarang terjadi pada KTPVF encapsulated, perluasan ekstra tiroid lebih sering dijumpai pada KTPVF nonencapsulated dalam frekuensi yang sebanding dengan KTP klasik Chen et al ., 2012; Chrisoulidou et al ., 2011; Ghossein et al., 2009. Penentuan kriteria adanya invasi kapsel pada KTPVF sama seperti penentuan invasi kapsel pada KTF Ghossein et al., 2009. Gambar 2.12 Gambaran Skematik Interpretasi Invasi Kapsel Ghossein et al., 2009 Gambar 2.12 menunjukkan bahwa follicular neoplasm oranye yang dikelilingi oleh kapsel fibrous hijau. A dan B menggambarkan bagian tumor belum melewati kapsel, C. Tumor secara total melewati kapsel, D. Tumor diliputi oleh kapsel fibrous tipis, namun sudah meluas melampaui garis imajiner yang ditarik melalui kontur luar kapsel, E. Satellite tumor nodule dengan arsitektur dan sitomorfologi yang sama dengan tumor utama berada di luar kapsel, F. Folikel terletak tegak lurus pada kapsel memberi kesan adanya invasi, G. Folikel terletak sejajar pada kapsel, H. Tumor menyerupai gambaran mushroom , secara total melewati kapsel, I. Tumor menyerupai gambaran mushroom , namun belum melampaui kapsel, J. Folikel neoplastik pada kapsel fibrous disertai adanya sel limfosit dan siderofag, berkaitan dengan ruptur kapsel karena tusukan jarum saat pemeriksaan FNAB sebelumnya. Yang digolongkan telah mengalami invasi kapsel adalah C, D, E dan H sedangkan A, B, F, G, I dan J belum dinyatakan mengalami invasi kapsel Ghossein et al., 2009. KTPVF merupakan varian KTP yang unik karena pola invasinya beragam, selain menembus kapsel dan menimbulkan perluasan ke jaringan ekstratiroid, KTPVF dapat meluas melalui vaskuler sehingga menimbulkan metastasis ke organ jauh dan dapat pula serupa dengan KTP klasik yang melalui jalur limfonodi dan akhirnya bermatastasis di KGB. Hal ini berkaitan dengan latar belakang molekuler KTPVF yang dapat mengikuti pola molekuler KTP klasik maupun KTF Chen et al ., 2012; Chrisoulidou et al ., 2011; Ghossein et al., 2009. Penentuan adanya invasi vaskuler pada KTPVF maupun KTP klasik berdasarkan kriteria 1 adanya sel tumor pada ruang vaskuler, 2 adanya sel tumor yang menempel di endotel vaskuler, 3 adanya sel tumor yang invasif melalui dinding pembuluh darah dan endotel dan 4 adanya trombus yang menempel pada tumor intravaskuler Mete et al. , 2011. Frekuensi invasi vaskuler pada KTPVF juga lebih tinggi daripada KTP klasik yaitu 25 berbanding 5. Pada berbagai penelitian, frekuensi terjadinya metastasis jauh pada KTP berkisar antara 1,73-8,4 kasus yang umumnya terjadi pada KTPVF. Dari hasil review 13 penelitian dilaporkan bahwa frekuensi metastasis jauh tersering yaitu pada paru 49, diikuti tulang 25 dan pada tulang maupun paru 5. Sedangkan metastasis ke KGB dijumpai pada sekitar 35 keseluruhan kasus KTP dan 70 diantaranya terjadi pada KTP klasik. Kecenderungan KTP klasik untuk menimbulkan metastasis melalui KGB berkaitan juga dengan dasar biologi molekulernya yaitu adanya perubahan genetik akibat mutasi BRAF dan tata ulang RETPTC Chen et al ., 2012; Chrisoulidou et al ., 2011; Ghossein et al., 2009; NCNN, 2012.

2.9 Penanganan Karsinoma Tiroid Papiler