frekuensi kekambuhan yang lebih besar Gonzalez
et al
., 2011; Cho
et al
., 2012. Namun studi lainnya berpendapat bahwa untuk menilai peranan jenis kelamin
dalam menentukan tingkat agresivitas maupun prognosis, faktor jenis kelamin setidaknya harus dipadukan lagi dengan faktor lain seperti usia Ito
et al
., 2012. Lebih tingginya rasio perempuan berbanding laki-laki pada kasus KTP
dengan infiltrasi ekstrakompartemen dalam penelitian ini menunjukkan kemungkinan jenis kelamin perempuan juga dapat berpengaruh terhadap
agresivitas tumor. Hal ini juga dapat berkaitan dengan faktor estrogen, dimana untuk meningkatkan efek kerjanya dalam proliferasi sel, reseptor estrogen dapat
melibatkan beberapa koaktivatornya yang mengandung aktivitas asetilasi histon sehingga memudahkan ekspresi gen reseptor tersebut, diantaranya p160 160 kD
dan SRC-1. Diketahui bahwa ekspresi berlebih dari kedua koaktivator tersebut berkaitan dengan tingginya kemungkinan metastasis, kekambuhan maupun
resistensi terhadap terapi endokrin Kavanagh
et al.,
2010; Schonfeld
et al
., 2012. Alasan lainnya bahwa tingginya rasio ini juga kemungkinan berkaitan dengan
tingginya rasio populasi perempuan berbanding laki-laki secara keseluruhan, sehingga
memberikan kesan
bahwa kasus
KTP dengan
infiltrasi ekstrakompartemen cenderung terjadi pada kelompok perempuan.
6.3 Distribusi Kasus Berdasarkan Data Klinis Ukuran Tumor
Ukuran merupakan salah satu parameter dalam sistem penentuan staging berbagai tumor termasuk tumor-tumor tiroid. Bahkan berbagai literatur menjadikan
komponen ukuran sebagai determinan faktor prognostik karsinoma tiroid,
khususnya KTP dengan ketentuan
cutoff point
yang berbeda-beda karena ukuran tumor pada KTP sangat bervariasi dari tumor yang terbatas dalam hitungan
mikroskopis hingga sangat besar Chrisoulidou
et al
., 2011; Cho
et al
., 2012; Chen
et al.,
2012. Pada penelitian ini didapatkan bahwa rerata ukuran tumor untuk keseluruhan kasus KTP adalah 3,48±2,10 cm. Nilai rerata ini sebanding
dengan yang ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya Chen
et al.,
2012; Meng
et al.,
2012; Marecko
et al
., 2014. Berdasarkan tipenya, pada penelitian ini kelompok KTP klasik memiliki
rerata ukuran 2,92±1,75 cm, sedangkan kelompok KTPVF memiliki ukuran rerata 4,05±2,31 cm. Pada laporan penelitian sebelumnya, dinyatakan bahwa KTPVF
memiliki ukuran tumor yang lebih besar dibandingkan dengan KTP klasik Salajegheh
et al
., 2008. Sedangkan penelitian lain menyatakan bahwa kedua tipe ini memiliki ukuran yang sebanding Chrisoulidou
et al
., 2011. Pada penelitian ini, perbedaan rerata diantara kedua kelompok tersebut menunjukkan nilai yang
tidak bermakna p= 0,292; p0,05, sehingga ukuran rerata keduanya dianggap sebanding. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan varian KTP tidak
mempengaruhi ukuran tumor. Ukuran tumor sangat dipengaruhi oleh kemampuan proliferasi sel-sel tumor Nowak
et al
., 2008; Pallegriti
et al
., 2013. Baik KTP klasik maupun KTPVF tergolong karsinoma tiroid yang berdiferensiasi baik
dengan kemampuan proliferasi yang tidak sepesat karsinoma tiroid berdiferensiasi buruk maupun anaplastik, sehingga kedua varian ini memiliki ukuran yang relatif
sama.
Sedangkan berdasarkan luas infiltrasinya, rerata ukuran tumor pada kelompok KTP infiltrasi ekstrakompartemen yaitu 3,81±2,42 cm dan pada KTP infiltrasi
intrakompartemen yaitu 3,16±1,72 cm. Beberapa penelitian pernah melaporkan bahwa ukuran tumor yang besar 4 cm cenderung lebih mudah menimbulkan
infiltrasi ke organ sekitar dan invasi vasa atau angiolimfatik Mete
et al
., 2011; Shironen, 2005. Penelitian ini menepis pendapat beberapa penelitian sebelumnya
karena ditemukan rerata ukuran tumor yang sebanding antara kelompok KTP ekstrakompartemen dan kelompok KTP intrakompartemen p= 0,258; p0,05.
Namun hal ini didukung oleh beberapa penelitian yang menyatakan bahwa ukuran tidak mempengaruhi kemampuan invasif tumor Koseoglu
et al
., 2006; Cho
et al
., 2012. Beberapa kasus KTP ekstrakompartemen yang berukuran kurang dari 2 cm
pada penelitian ini berlokasi dekat kapsel organ, sehingga sangat memungkinkan jika lokasi yang berdekatan dengan kapsel maupun area limfovaskuler
memudahkan proses invasi tumor ke jaringan sekitar maupun proses metastasis. Hal ini didukung oleh beberapa studi kohort maupun laporan kasus yang
menemukan adanya metastasis KGB maupun metastasis jauh pada kasus-kasus KTP yang sebelumnya tergolong mikrokarsinoma Boucek
et al
., 2009; Cho
et al
., 2012.
6.4 Ekspresi MMP-9 Pada KTP Klasik dan KTPVF dengan Infiltrasi Intrakompartemen dan Ekstrakompartemen
Penelitian ini menggunakan 40 sampel yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu 10 sampel dari kelompok KTP Klasik infiltrasi intrakompartemen, 10 sampel
kelompok KTP Klasik ekstrakompartemen, 10 sampel kelompok KTPVF intrakompartemen dan 10 sampel kelompok KTPVF ekstrakompartemen. Setelah
dilakukan pemeriksaan immunohistokimia dengan MMP-9 dan uji statistik didapatkan bahwa terdapat perbedaan rerata skor ekspresi MMP-9 yang sangat
bermakna antara kelompok KTP intrakompartemen dengan ekstrakompartemen p0,001. Dari data diketahui bahwa terjadi peningkatan rerata skor ekspresi dari
KTP Klasik intrakompartemen ke KTP Klasik ekstrakompartemen, dari KTP Klasik intrakompartemen ke KTPVF ekstrakompartemen, dari KTPVF
intrakompartemen ke KTP Klasik ekstrakompartemen, dan dari KTPVF intrakompartemen ke KTPVF ekstrakompartemen, meskipun antar varian antara
KTP Klasik dengan KTPVF tidak menunjukkan perbedaan secara bermakna. Rerata skor ekspresi MMP-9 pada KTP infiltrasi ekstrakompartemen yang
lebih besar secara sangat bermakna dibandingkan KTP intrakompartemen pada penelitian ini membuktikan bahwa proses invasi yang lebih dalam dan metastasis
akan menarik aktivitas MMP-9 secara lebih banyak. Namun hasil ini tidak sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menyimpulkan bahwa ekspresi
MMP-9 pada kanker tiroid tidak dapat menggambarkan agresivitas KTP Korem
et al
., 2004; Buergy
et al
., 2009; Delektorskaia
et al
., 2010. Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa ekspresi MMP-9 juga tinggi pada karsinoma tiroid yang
belum menunjukkan gambaran metastasis KGB maupun metastasis jauh, hal ini disebabkan karena sebelum terjadinya penetrasi sel ganas melewati membran
basalis limfovaskuler, sel ganas harus berpenetrasi diantara sel stroma sehingga aktivitas MMP-9 menjadi cukup kuat pada area stroma sehingga memberikan skor
ekspresi yang relatif tinggi dalam pulasan imunohistokimia MMP-9. Beberapa penelitian tersebut juga lebih membuktikan peranan MMP-9 dalam diagnostik,
dimana terdapat perbedaan ekspresi MMP-9 yang sangat bermakna antara kelompok karsinoma tiroid dan adenoma tiroid. Sedangkan penilaian peranan
MMP-9 dalam menentukan kemampuan invasi dan metastasis tumor hanya dilakukan dengan melihat hubungan antar variabel tanpa menyeimbangkan
perbandingan besar sampel karsinoma tiroid yang dengan dan tanpa metastasis. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan hasil yang bertentangan,
beberapa penelitian lanjutan lainnya sejalan dengan penelitian ini dan menemukan bahwa ekspresi MMP-9 berhubungan secara bermakna dengan perluasan
ekstratiroid, adanya metastasis ke limfonodi dan metastasis jauh serta derajat infiltrasi tumor Marecko
et al.
, 2008; Frasca
et al.
, 2008; Wang
et al
., 2009; Liang
et al.,
2010; Ansari
et al.
, 2013. Persamaan hasil yang didapat pada penelitian ini berkaitan dengan fakta bahwa MMP-9 terlibat dalam berbagai tahap
proses invasi yang lebih jauh maupun metastasis tumor seperti yang terangkum dalam bagan pada gambar 6.1.
Keterangan: = Faktor yang mempengaruhi ekspresi MMP-9
= Faktor yang tidak mempengaruhi ekspresi MMP-9
Gambar 6.1 Bagan jalur patogenesis keterlibatan MMP-9 dalam proses infiltrasi tumor
pada penelitian
MMP-9 mendapat perhatian dalam berbagai studi karena protein ini diperlukan dalam memunculkan sifat invasif maupun metastasik melalui peran
utamanya dalam mendegradasi kolagen IV yang merupakan komponen utama
Lingkungan sekitar sel
tumor
Stroma Sel radang
neutrofil makrofag
Sitokin dan kemokin sekitar
seperti TNF α,
TGFß, EGF, HGF
Sel Tumor
MMP-9
Usia Jenis Kelamin
Ukuran Tumor
EMT Degradasi ECM
Mobilisasi FGF, VEGF dan faktor angiogenik
lain Degradasi reseptor
α IL-2 dan SP-D
Membran basalis epitel
Stroma Membran
basalis vaskuler Angiogenesis
Kemokin dalam proses intravasasi seperti; CCR7
Penekanan aktivitas innate
immunity dan
limfosit Motilitas
sel tumor Intravasasi
KTP Intrakompartemen KTP Ekstrakompartemen
membran basalis. Selain berperan dalam degradasi komponen ECM, MMP-9 juga mampu memicu transisi epitelial menjadi progenitor mesenkimal EMT sehingga
memiliki kemampuan motilitas tinggi. Selama terbentuknya proses metastasis, sel-sel epitelial ganas akan terlepas dari tumor primer dan mengalami transisi
mesenkimal, menginvasi jaringan stroma, memasuki sirkulasi, diam sementara pada area perifer vaskuler, ekstravasasi, menginvasi interstisium dan parenkim
organ target, dan membentuk koloni metastatik Stuelten
et al
., 2005; Deryugina
et al
., 2006; Marecko
et al.
, 2008; Loffek
et al
., 2011; Ansari
et al.
, 2013. MMP-9 selanjutnya berperan pula dalam proses angiogenesis, invasi menuju
jalur angiolimfatik intravasasi, ekstravasasi dan pertahanan koloni metastatik dari respon imun. Untuk proses angiogenesis, MMP-9 dapat berperan sebagai
molekul proangogenik yang dapat memicu aktivasi angiogenik dengan cara mengatur proliferasi perisit, apoptosis dan penarikan perisit serta memobilisasi
perekrutan prekursor angiogenik sumsum tulang ke stroma tumor dan beberapa mitogen angiogenik seperti FGF dan VEGF Nowak
et al
., 2008; Yang
et al
., 2011; Ansari
et al.
, 2013. Sedangkan peran dalam proses intravasasi, melibatkan neutrofil yang direkrut MMP-9, dimana neutrofil ini terlebih dahulu akan ditarik
menuju permukaan sel endotel kemudian menjadi teraktivasi sehingga kembali mampu menghasilkan MMP-9 yang terbebas dari pengaruh TIMP. Aktivasi
MMP-9 yang dihasilkan neutrofil ini selanjutnya kembali melepaskan faktor angiogenik yang tersimpan dalam matriks ekstraseluler dan sekaligus membantu
intravasasi dan penyebaran sel tumor. Aktivitas beberapa kemokin seperti CCR7 yang sebelumnya ditargetkan untuk meningkatkan ekspresi MMP-9 juga berimbas
pada fasilitasi penyebaran sel tumor melalui jalur limfonodi Stuelten
et al
., 2005; Marecko
et al.
, 2008; Nowak
et al
., 2008; Ansari
et al.
, 2013. Studi in vivo menunjukkan bahwa MMP-9 terlibat dalam proses intravasasi dengan cara
mempengaruhi fenotip tumor sehingga memiliki potensi metastatik dengan membentuk sel tumor yang memiliki aktivitas protrusi terorientasi dan
terpolarisasi menuju vaskuler sekitar tumor Deryugina
et al
., 2006. Gambar 6.2 A merupakan gambaran adanya ekspresi MMP-9 yang kuat di sekitar vaskuler
tumor, kemungkinan berkaitan dengan adanya proses intravasasi yang dipengaruhi oleh aktivitas MMP-9.
Diketahui pula bahwa beberapa sel radang seperti neutrofil dapat menghasilkan MMP-9 bahkan MMP-9 yang terbebas dari aktivitas TIMP, dan
sebaliknya MMP-9 juga kembali dapat menarik aktivitas sel radang. Peran neutrofil terkait tumor masih belum jelas, tetapi diduga neutrofil memiliki
kemampuan pro- sekaligus anti tumor tergantung fenotifnya dan jumlah infiltrat neutrofil di lingkungan tumor. Ditemukan bahwa infiltrat masif neutrofil dapat
menimbulkan efek sitotoksik terhadap tumor sehingga tumor akhirnya mengalami regresi sedangkan infiltrat ringan neutrofil justru menunjukkan sifat progresif
tumor Leifler
et al
., 2014. Pada penelitian ini, ditemukan fokus infiltrat ringan neutrofil pada beberapa kasus KTP ekstrakompartemen seperti pada sampel 13
Gambar 6.1 B.
Gambar 6.2 Pola Distribusi Ekspresi MMP-9 dan Sel Radang Penyerta di sekitarnya
A Pola distribusi ekspresi MMP-9 tampak dengan intensitas yang lebih kuat di area perivaskuler {inset}. B. Di sekitar sel dan stroma yang terpulas MMP-9
tampak fokus sel radang PMN neutrofil Proses metastasis selanjutnya yang diperankan MMP-9 yaitu dalam
ekstravasasi sel-sel ganas ke jaringan target yang juga diperantarai sel-sel inflamasi yang ditarik oleh MMP-9. Kerja VEGF sirkulasi pada reseptornya
dalam pembentukan kelompok sel endotel dalam jaringan target metastatik juga mampu menghasilkan lebih banyak MMP-9 yang nantinya berperan mendegradasi
membran basalis vaskuler. Berikutnya pada jaringan target, sel-sel ganas akan membentuk koloni metastatik dan kembali lagi MMP-9 ikut mengambil peranan
terutama dalam dalam mempengaruhi pertahanan tumor maupun koloni metastatik terhadap respon imun, MMP-9 dapat menekan penarikan berbagai jenis sel-sel
radang Stuelten
et al
., 2005; Marecko
et al.
, 2008; Nowak
et al
., 2008; Loffek
et al
, 2011; Ansari
et al.
, 2013. Penelitian yang dilakukan pada kasus karsinoma serviks menunjukkan kemampuan MMP-
9 dalam mendegradasi reseptor α IL-2
A B
sehingga menekan aktivasi dan proliferasi
Tumor Infiltrating Lymphocyte
TIL. MMP-9 juga mendegradasi
Surfactant protein
D SP-D, komponen penting dalam respon
innate immune
. Hilangnya fungsi
innate immune
ini juga menyebabkan pasien onkologi rentan terhadap berbagai infeksi Ansari
et al
., 2013. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa peningkatan aktivitas MMP-9
pada kasus karsinoma dengan metastasis juga mempengaruhi tingginya MMP-9 serum yang dapat diamati melalui tes zymografi Quaranta
et al
., 2007; Daniele
et al.
, 2010. Namun pada penelitian ini tidak dilakukan penelusuran lebih jauh terhadap aktivitas MMP-9 serum.
Rerata skor ekspresi MMP-9 pada KTP ekstrakompartemen yang lebih besar secara sangat bermakna dibandingkan KTP intrakompartemen pada penelitian ini
menunjukkan bahwa terjadinya proses invasi yang lebih jauh melewati kapsel organ dan metastasis merupakan proses yang lebih kompleks dan tentunya agak
berbeda dengan proses invasif yang terbatas dalam organ itu sendiri. Sehingga diasumsikan bahwa luasnya invasi mempengaruhi agresivitas KTP karena
sebanding dengan peningkatan skor ekspresi MMP-9 yang merupakan marka agresivitas tumor. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang menelusuri
perbandingan ekspresi MMP-9 antara KTP ekstrakompartemen dengan KTP intrakompartemen.
Adanya skor ekspresi MMP-9 yang lebih rendah dibandingkan skor maksimal kasus-kasus KTP ekstrakompartemen seperti pada sampel 36 yaitu dengan skor 4
dapat berkaitan dengan berbagai faktor yang terlibat dalam proses ekspresi MMP- 9, diantaranya keseimbangan antara jumlah enzim dan penghambatnya TIMP-1,
lokalisasi periseluler dan perubahan bentuk laten MMP-9 menjadi bentuk aktifnya. Sebuah studi telah membuktikan bahwa bentuk aktif MMP-9 tidak dapat
menggambarkan keseluruhan aktivitas MMP-9, pada studi tersebut didapatkan bahwa ekspresi MMP-9 aktif tidak berkorelasi dengan beberapa faktor
klinikopatologik seperti luasnya invasi dan metastasis, yang berkorelasi secara signifikan adalah ekspresi MMP-9 total Daniele
et al
., 2010; Marecko
et al
., 2014. Sedangkan rasio aktivitas MMP-9TIMP-1 dan proses lokalisasi
periselulernya hingga saat ini sulit untuk diamati dan belum ada penelitian yang melaporkan. Penelitian ini hanya mengamati aktivitas MMP-9 aktif, sehingga skor
rendah pada kasus KTP ekstrakompartemen ini belum tentu menunjukkan nilai total MMP-9 yang rendah. Mengingat dominan kasus KTP ekstrakompartemen
menunjukkan skor ekspresi yang tinggi maka pada kasus seperti ini mungkin perlu penilaian ekspresi MMP-9 laten sehingga nantinya didapatkan nilai ekpresi
MMP-9 total. Salah satu kasus KTPVF ekstrakompartemen dengan skor ekspresi yang lebih
rendah dibandingkan
kelompok KTPVF
ekstrakompartemen lainnya
menunjukkan diferensiasi solid yang cukup luas dengan sedikit sisa komponen folikuler. Tidak diketahui apakah peningkatan diferensiasi solid berpengaruh
terhadap sekresi MMP-9 sel tumor karena beberapa studi justru melaporkan bahwa sepertiga kasus KTP dengan diferensiasi solid akan menunjukkan
perluasan ekstratiroid dan invasi vasa, namun belum ada penelitian yang menelusuri apakah proses ini tidak secara dominan dilatarbelakangi oleh peran
MMP-9 sehingga pada kasus ini didapatkan skor imunohistokimia yang relatif
lebih rendah. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu komponen stroma kasus ini lebih sedikit akibat adanya diferensiasi solid yang cukup luas, sedangkan beberapa
studi melaporkan bahwa MMP-9 dominan dihasilkan oleh sel stroma fibroblas. Distribusi MMP-9 pada stroma juga menjadi kriteria penilaian ekspresi MMP-9
pada penelitian ini dimana ekspresinya diinduksi oleh berbagai mediator klasik seperti TNF-
α, TGF-β, EGF atau HGF Stuelten
et al.,
2005; Loffek
et al.,
2011; Ansari
et al.,
2013. Pada penelitian ini, beberapa kasus KTP menunjukkan distribusi ekspresi kuat MMP-9 diantara area stroma Gambar 6.3 A.
Gambar 6.3 Pola Ekspresi MMP-9 pada Stroma sekitar Tumor dan pada Makrofag
A. Ekspresi MMP-9 yang kuat pada area stroma. B Ekspresi MMP-9 pada sel makrofag yang bergranul tanda panah
Beberapa kasus KTP Klasik maupun KTPVF Intrakompartemen dan Ekstrakompartemen pada penelitian ini menunjukkan ekspresi MMP-9 pada
sitoplasma sel makrofag sehingga mendukung beberapa penelitian sebelumnya yang membuktikan keterlibatan
Tumor Associated Macrophage
TAM dalam menghasilkan MMP-9, namun efeknya terhadap progresivitas tumor tergantung
pada fenotifnya yang ditentukan oleh sitokin yang dihasilkannya. Makrofag
A B
dipolarisasikan dalam dua fenotif yaitu M1 dan M2. Makrofag M1 mensekresikan arginase-1 dan IL-10 dalam jumlah sedikit serta IL-1b, IL-6, TNF-a, dan IL-12
dalam jumlah banyak, sedangkan makrofag M2 arginase-1, IL-10, dan IL-1Ra dalam jumlah yang lebih banyak serta IL-12, IL-1b, IL-6, and TNF-a dalam
jumlah sedikit. Sitokin makrofag M1 cenderung memicu progresifitas tumor. Hal ini dibuktikan melalui efek IL-1b yang dapat meningkatkan kemampuan
angiogenesis dan metastasis. Sedangkan sitokin makrofag M2 seperti IL-1Ra bersifat antagonis terhadap IL-1b sehingga cenderung berperan dalam regresi
tumor. Penelitian ini tidak menelusuri lebih jauh fenotif makrofag yang terdapat pada beberapa sampel kasus karena diperlukan teknik
microdyalisate
dalam menilai aktivitas sitokin yang dihasilkan makrofag. Seperti halnya yang terjadi
pada neutrofil, MMP-9 yang dihasilkan oleh makrofag dapat sebaliknya kembali mengaktivasi makrofag dengan bekerja pada reseptor PAR-1 dan PAR-2 Ansari
et al
., 2013; Leifler
et al
., 2014. Berbagai penelitian telah berhasil membuktikan peran MMP-9 sebagai marka
agresivitas tumor melalui keterlibatannya dalam proses invasi maupun metastasis. Agresivitas antara KTP Klasik dan KTPVF masih kontroversial, beberapa laporan
morfologi dan studi longitudinal menyebutkan bahwa area berdiferensiasi buruk, lesi bilateralmultipel, invasi intravasa, invasi perineural maupun infiltrasi
ekstrakompartemen meliputi invasi kapsel, perluasan ekstratiroid dan metastasis jauh lebih banyak dijumpai pada KTPVF dibandingkan dengan KTP klasik tetapi
risiko metastasis ke limfonodi lebih rendah dibandingkan KTP klasik Chang
et al
., 2006; Chrisoulidou
et al
., 2011; Chen
et al.,
2012; Gupta
et al.,
2012.
Penelitian lainya justru melaporkan bahwa KTPVF memiliki perangai klinis maupun patologis yang sebanding dengan KTP klasik Gonzalez
et al
., 2011; Der Lin
et al
., 2010; Salajegheh
et al
., 2008; De Lellis
et al.,
2004. Penilaian agresivitas kedua tipe KTP melalui ekspresi MMP-9 pada penelitian ini
membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata skor ekspresi MMP-9 yang bermakna antara KTP Klasik dengan KTPVF, dimana perbedaan antara KTP
Klasik Intrakompartemen dengan KTPVF Intrakompartemen memiliki nilai p=0,496; p0,005 dan antara KTP Klasik Ekstrakompartemen dengan KTPVF
Ekstrakompartemen memiliki nilai p= 0,309; p0,005. Secara molekuler, jalur karsinogenesis KTP Klasik memang berbeda dengan
KTPVF. KTP Klasik melibatkan tata ulang RET atau NTRK dan
point
mutasi BRAF
V600E
sedangkan KTPVF selain melibatkan tata ulang RET atau NTRK dan mutasi BRAF
K601E
, 13 melibatkan translokasi t2;3q13p;p25 yang menggabungkan PAX8-PPAR
ɤ dan 21 mutasi RAS Kondo
et al
., 2006; Santoro
et al.
, 2006; Salajegheh
et al.
, 2008; Viglieto
et al
., 2012; Chien
et al
., 2012. Tidak pernah terdapat laporan bahwa MMP-9 dapat mempengaruhi proses
karsinogenesis pada kedua tipe KTP ini sehingga secara teoritis MMP-9 memang tidak terlibat dalam penentuan karakteristik molekuler maupun morfologi pada
KTP Klasik maupun KTPVF. Keterlibatan MMP-9 pada inti sel yang diawali oleh degradasi matriks protein inti yaitu PARP hanya mempengaruhi peningkatan
fragmentasi DNA dan pencegahan proses perbaikan DNA Ansari
et al.,
2013. Proses ini terjadi setelah terjadinya proses karsinogenesis, sehingga pulasan
MMP-9 di inti yang ditemukan pada beberapa kasus penelitian ini tidak menggambarkan bahwa MMP-9 terlibat dalam proses karsinogenesis KTP.
Berdasarkan berbagai literatur mengenai MMP-9, aktivitas transkripsi dan translasi MMP-9 yang dipicu oleh berbagai faktor pertumbuhan, sitokin dan
promotor tumor dapat melalui berbagai jalur gambar 6.3, diantaranya jalur
inhibitor-kappa binding
I κB yang mengaktifkan faktor transkripsi
nuclear factor- kappa binding
NF κB,
JUN activated kinase
JAK yang mengaktifkan
signal transducer and activator of transcription
STAT serta jalur yang terlibat dalam karsinogenesis KTP maupun KTPVF seperti RAS-MAPK, RAS-BRAF-
MAPK dan PAX8-PPAR ɤ yang menginduksi transkripsi MMP-9 dengan
meningkatkan regulasi gen Snail yang juga merupakan penekan aktivitas E-
cadherin
Palma
et al
., 2014; Di Maro
et al
., 2014. Namun belum terdapat penelitian yang membandingkan jalur mana yang dominan berkontribusi terhadap
peningkatan aktivitas MMP-9 dan apakah MMP-9 yang dihasilkan pada kedua tipe KTP akan berbeda sehingga dapat mempengaruhi terjadinya perbedaan
perangai biologisnya. Tidak didapatkannya perbedaan rerata skor ekspresi MMP-9 yang bermakna antara KTP Klasik dengan KTPVF membuktikan bahwa jalur
karsinogenesis kedua tipe KTP kemungkinan dilibatkan secara imbang dalam pembentukan aktivitas MMP-9. Alasan lainnya adalah kemungkinan ada faktor
lain namun tidak dinilai dalam penelitian ini, yang kemungkinan dapat menjadi prediktor agresivitas kedua varian selain ekspresi MMP-9 seperti keterlibatan
kemampuan proliferasi tumor yang dinilai melalui Ki-67 hingga aktivitas
micro
RNA yang mampu memodifikasi protein penting dalam progresi karsinoma tiroid.
Gambar 6.4 Bagan Jalur Transkripsi MMP-9 yang dilibatkan oleh beberapa Jalur
Karsinogenesis KTP
6.5 Pengaruh Antar Seluruh Variabel dengan Skor Ekspresi MMP-9