Modal Usaha TINJAUAN PUSTAKA

Pendididkan informal adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar. Pada umumnya tidak teratur dan sistematis, sejak seseorang lahir sampai mati, seperti di dalam keluarga, tetangga, pekerjaan, hiburan, pasar atau di dalam pergaulan sehari-hari. Walaupun demikian pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan seseorang. Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan yang pertama dan utama bagi setiap manusia. Seseorang lebih banyak berada dalam rumah tangga dibandingkan dengan tempat-tempat lain, sampai umur tiga tahun seseorang akan berada di rumah tangga. Pada masa itulah diletakkan dasar-dasar kepribadian. Pendidikan informal bagi pedagang kaki lima sangat erat dalam kehidupan sehari-hari karena mereka terbiasa menghadapi berbagai konsumen dan harus dapat memahami perkembangan masyarakat untuk suatu usahanya dan dapat menambah profitlaba.

E. Modal Usaha

Faktor produksi modal merupakan faktor yang penting dan mempunyai arti yang lebih menonjol dalam kegiatan usaha, karena modal usaha merupakan urat nadi bagi suatu kegiatan usaha. Sehingga masalah modal usaha merupakan persoalan yang tak pernah berakhir mengingat hal ini mengandung banyk aspek. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia menurut Poerwodarminto 1976:595, modal diartikan sebagai uang yang dipakai sebagai pokok induk untuk berdagang, melepas uang dan sebagainya, harta benda uang, barang dan sebagainya yang dapat dipergunakan untuk mengasilkan sesuatu yang dapat menambah kekayaan. Selanjutnya pengertian dari Poerwodarminto 1976: 506 adalah : 1. Kegiatan dengan menggerakan tenaga kerja, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud; Pekerjaan perbuatan, prakarsa, ikhtiar untuk mencapai sesuatu. 2. Pengertian di bidang perdagangan bertujuan mencari laba; perdagangan; perusahaan. Untuk selanjutnya pembicaraan mengenai modal ini sudah termasuk di dalamnya modal usaha, karena menurut pengertian modal seperti di atas pengertian dari usaha sudah terkandung di dalamnya. Kemudian Bambang Priyanto 1990:11-12 mengungkapkan bahwa modal merupakan ikhtisar neraca suatu perusahaan yang menggambarkan selain adanya modal kongkrit setelah debet dan modal abstrak sebelah kredit, juga menunjukkan suatu bentuk modal lain yang disebut modal aktif debet dan modal pasif kredit. Jadi pengertian modal usaha dapat dikatakan merupakan ikhtisar dari neraca perusahaan yang terletak di sebelah debet dan kredit dimana sebelah debet disebut modal aktif dan di sebelah kredit disebut modal pasif. Berdasarkan cara dan lamanya, modal aktif dibedakan sebagai berikut: 1. Modal Lancar Menurut Bambang Priyanto 1990:10 modal lancar diartikan sebagai aktiva yang habis dalam satu kali perputaran proses produksi dan proses perputarannya dalam jangka waktu pendek. Engan kata lain aktiva lain merupakan aktiva yang dapat diuangkan dalam jangka waktu pendek. Selanjutnya menurut pandangan Munawir 1990:16 dikatakan: Modal lancar adalah kekayaan perusahaan dalam bentuk uang tunai dan komponen-komponen lain yang mudah menjadi uang dalam waktu kurang dari satu tahun serta beredar dalam lingkungan perusahaan, diantaranya adalah uang tunai, simpanan di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bank, piutang dagang, surat-surat berharga, persediaan barang dan sebagainya. 2. Modal tetap Ada beberapa pendapat yang menyatakan pengertian dari modal tetap diantaranya juga Bambang Priyanto 1990:10 yang mengatakan bahwa modal tetap merupakan aktiva yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur habis turut serta dalam proses produksi. Dan ditinjau dari lamanya perputaran, aktiva tetap adalah aktiva yang mengalami proses perputaran dalam jangka waktu panjang atau lebih dari satu tahun. Kemudian sejalan dengan hal tersebut menurut Abas Kartadinata 1983:3 menyatakan: “Aktiva tetap adalah alat-alat produksi than lama yang tidak terpakai habis dalam satu kali proses produksi dan oleh sebab itu baru dalam jangka waktu lama perlu diganti.” Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya aktiva tetap adalah aktiva yang digunakan dalam jangka panjang lebih dari 1 tahun dan tidak habis dalam satu kali proses produksi. Kemudian mengenai modal pasif Abas kartadinata 1983:3-4 juga mengatakan bahwa: “Modal pasif merupakan modal yang memperhatikan dengan cara bagaimana perusahaan-perusahaan memperoleh dana-dana yang diperlukan untuk membiayai modal aktifnya. Modal pasif terbagi menjadi tiga bagian, yaitu modal sendiri, pinjaman jangka panjang, dan pinjaman jangka pendek.” Dengan demikian secara umum modal merupakan ikhtisar dari neraca perusahaan yang tertera di sebelah debet sebagai modal aktif yang menggambarkan bentuk-bentuk seluruh dana yang diperoleh dan ditanamkan perusahaan sehingga dapat menunjukkan struktur keuangan perusahaan. Sedangkan di sebelah kredit sebagai modal pasif menggambarkan sumber-sumber dana, sehingga dapat menunjukkan struktur financial dan struktur modal perusahaan. Kembali ditegaskan lagi menurut Abas Kartadinata 1983:8 dengan menytakan lebih terinci bahwa: Modal aktif dibedakan menjadi aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar dibedakan lagi menjadi modal kerja dan alat-alat lancar. Alat-alat lancar terdiri dari uang kas, piutang yang dapat ditagih, seketika dan surat- surat berharga yang seketika dapat diuangkan. Sementara aktiva tetap terdiri dari bangunangedung, mesin-mesin, peralatan kantor, dan sebagainya. Kemudian Abas kartadinata 1983:10 menyimpulkan bahwa modal usaha adalah sejumlah nilai pokok modal aktif dan pasif yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya setiap hari, baik berupa total nilai uang, barang-barang maupun peralatan- peralatan yang dapat dihitung dalam satuan rupiah. Oleh karena itu tersedianya modal usaha yang cukup akan sangat mempengaruhi kelancaran usaha para pedagang kaki lima. Hal ini didukung oleh pendapat Munawir 1986:114, bahwa : Adanya modal kerja yang cukup memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi seekonomis mungkin dan perusahaan tak akan mengalami kesulitan karena adanya krisis keuangan. Akan tetapi adanya modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan, karena adanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kesempatan untuk memperoleh keuntungan telah disia-siakan. Sebaliknya adanya ketidak cukupan modal kerja atau mismanajemen merupakan sebab utama gagalnya perusahaan. F. Pengalaman Berwirausaha F. 1. Pengalaman

Dokumen yang terkait

Peran modal sosial terhadap perkembangan pedagang kaki lima asal daerah Padang di Sandratex Rempoa Ciputat

4 20 131

DAMPAK RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP USAHA PEDAGANG KAKI LIMA DI SURAKARTA

1 10 127

PENDAHULUAN PERAN SERTA PEDAGANG KAKI LIMA DALAM PENGELOLAAN FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP DI KECAMATAN DEPOK, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA.

0 3 11

PENUTUP PERAN SERTA PEDAGANG KAKI LIMA DALAM PENGELOLAAN FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP DI KECAMATAN DEPOK, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA.

0 2 63

Hubungan antara besarnya modal dan curahan jam kerja dengan pendapatan pedagang kaki lima ditinjau dari jenis barang yang diperdagangkan : studi kasus pada pedagang kaki lima di kawasan Malioboro.

0 0 203

STRATEGI BISNIS PADA PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI TAMAN BUNGKUL, SURABAYA (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima (PKL) di Taman Bungkul, Surabaya).

0 2 123

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DALAM PROGRAM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN TAMAN PINANG.

3 35 100

Pedagang Kaki Lima PKL mengatasi masalah

0 0 10

KECEMASAN PEDAGANG KAKI LIMA TENTANG KEGAGALAN USAHA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP KEBIJAKAN RELOKASI TEMPAT

0 0 15

PERSEPSI PEDAGANG KAKI LIMA TENTANG KONSEP BUSINESS ENTITY DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, BESARNYA MODAL USAHA, DAN PENGALAMAN BERWIRAUSAHA Survei : Pedagang Kaki Lima dalam kelompok resto PKL di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta SKRIPSI Diajukan Untuk

0 0 144