C. Pembahasan 1
. Persepsi Pedagang Kaki Lima tentang Konsep Business Entity ditinjau dari Pendidikan
Dari perhitungan hasil analisis data menggunakan One Way Anova diketahui bahwa tidak ada perbedaan persepsi pedagang kaki lima tentang
konsep Business Entity ditinjau dari tingkat pendidikan. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai F hitung = 2,109 lebih kecil dari F
tabel = 2,575 atau nilai probabilitas 0,095 lebih besar dari taraf sigifikansi a = 5 atau 0,05
Berdasarkan deskripsi data persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity ditinjau dari tingkat pendidikan diperoleh data
sebagai berikut: dari 50 responden ; 1 Diplomasarjana, 4 36 responden memiliki persepsi sangat baik, 4 36 responden memiliki
persepsi baik, 2 18 responden memiliki persepsi kurang baik, 1 10 responden memiliki persepsi tidak baik ; 2 SMA SMK, 6 23
responden memiliki persepsi sangat baik, 9 35 responden memiliki persepsi baik, 4 15 responden memiliki persepsi cukup baik, 5 19
responden memiliki persepsi kurang baik, 2 8 responden memiliki persepsi tidak baik ; 3 SMP, 3 34 responden memiliki persepsi sangat
baik, 2 22 responden memiliki persepsi baik, 2 22 responden memiliki persepsi cukup baik, 2 22 responden memiliki persepsi
kurang baik ; 4 SD, 2 67 responden memiliki persepsi kurang baik, 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33 responden memiliki persepsi tidak baik ; 5 tidak sekolah, 1 100 responden memiliki persepsi baik.
Dengan pendidikan yang tinggi, seorang pedagang akan mendapatkan lebih banyak pengetahuan. Bila seseorang memiliki
pendidikan yang tinggi, maka ia akan lebih banyak mendapatkan dan memahami konsep – konsep yang diajarkan selama belajar. Oleh sebab itu
diduga bahwa tingkat pendidikan yang tinggi akan memandang baik terhadap persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity. Dan
sebaliknya jika seorang pedagang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka ia akan memandang baik terhadap persepsi pedagang kaki
lima tentang konsep Business Entity. Namun pada kenyataannya dalam penelitian ini ditemukan ada
persamaan persepsi antara pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity
antara pedagang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi maupun tingkat pendidikan yang rendah. Menurut penulis adanya
kesamaan persepsi tersebut disebabkan adanya kesamaan memahami informasi tentang konsep Business Entity sehingga membentuk persepsi
yang sama. Pola pikir seseorang tidak hanya berkembang melalui pendidikan formal yang melekat pada dirinya saja tapi bisa didapat dari
informasi media yang lainnya. Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan bahwa dengan pendidikan
yang tinggi maupun rendah, pedagang kaki lima memiliki persepsi yang baik tentang konsep Business Entity.
Dalam hal ini faktor tingkat pendidikan tidak dapat digunakan untuk memprediksi perbedaan persepsi pedagang kaki lima tentang konsep
Business Entity . Maka semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh
pedagang kaki lima belum tentu membawa persepsi baik tentang konsep Business Entity
. Dan sebaliknya tingkat pendidikan pedagang kaki lima yang rendah belum tentu membawa persepsi yang buruk tentang konsep
Business Entity .
2 . Persepsi Pedagang Kaki Lima tentang Konsep Business Entity
ditinjau dari Besarnya Modal Usaha
Dari perhitungan analisis data dengan One Way Anova diketahui bahwa tidak ada perbedaan persepsi Pedagang Kaki Lima tentang konsep
Business Entity ditinjau dari besarnya modal usaha. Kesimpulan ini
didukung oleh hasil perhitungan nilai F hitung = 0,421 lebih kecil dari F tabel = 2,575 . Nilai probabilitas asymp.sig adalah 0,739 lebih besar dari
taraf signifikansi 5 atau 0,05. Berdasarkan deskripsi data persepsi pedagang kaki lima tentang
konsep Business Entity ditinjau dari besarnya modal usaha diperoleh data sebagai berikut: dari 50 responden ; 1 Rp3.000.000, 4 44 responden
memiliki persepsi sangat baik, 4 44 responden memiliki persepsi baik, 1 12 responden memiliki persepsi cukup baik ; 2 Rp2.250.001 –
Rp3.000.000, 6 27 responden memiliki persepsi sangat baik, 7 32 responden memiliki persepsi baik, 4 18 responden memiliki persepsi
cukup baik, 5 23 responden memiliki persepsi kurang baik; 3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rp1.500.001 – Rp2.250.000, 2 13 responden memiliki persepsi sangat baik, 6 40 responden memiliki persepsi baik, 2 13 responden
memiliki persepsi cukup baik, 4 27 responden memiliki persepsi kurang baik, 1 7 responden memiliki persepsi tidak baik
Peneliti menduga bahwa pedagang kaki lima dengan modal usaha yang tinggi akan memandang baik terhadap konsep Busines Entity dan
sebaliknya persepsi pedagang kaki lima dengan modal usaha yang rendah dan buruk akan memandang buruk terhadap konsep Business Entity.
Namun kenyataannya dalam penelitian ini ditemukan adanya kesamaan persepsi antara pedagang kaki lima yang memiliki modal usaha
besar dengan pedagang kaki lima yang memiliki modal usaha kecil, yaitu kesamaan persepsi tentang konsep Business Entity. Hasil penelitian ini
ternyata tidak sejalan dengan hipotesis awal yang menduga bahwa ada perbedaan persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity
ditinjau dari besarnya modal usaha. Menurut peneliti adanya kesamaan persepsi pedagang kaki lima
tentang konsep Business Entity ditinjau dari besarnya modal usaha karena modal usaha yang dimiliki oleh sebagian besar pedagang kaki lima untuk
membiayai usaha tidak terlalu besar. Pedagang kaki lima sebagai bagian dari usaha kecil di sektor informal yang memiliki kegiatan ekonomi rakyat
berskala kecil. Dalam UU no 9 Tahun 1995 juga ditetapkan beberapa kriteria usaha kecil yang salah satunya adalah memiliki kekayaan bersih
paling banyak 200 juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bagunan tempat usaha.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan modal usaha yang besar maupun kecil, pedagang kaki lima memiliki persepsi yang baik
tentang konsep Business Entity. Dan itu semua tidak memberikan pengaruh terhadap persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business
Entity.
3 . Persepsi Pedagang Kaki Lima tentang Konsep Business Entity
ditinjau dari Pengalaman Berwirausaha
Dari perhitungan analisis data dengan menggunakan One Way Anova diketahui bahwa ada perbedaan persepsi Pedagang Kaki Lima ditinjau
dari Pengalaman Berwirausaha. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai F hitung = 3,610 lebih besar dari F tabel = 2,575 . Nilai
probabilitas asymp.sig adalah 0,012 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 95.
Berdasarkan deskripsi data persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity ditinjau dari pengalaman berwirausaha diperoleh
data sebagai berikut: dari 50 responden , : 1 20 tahun, 4 80 responden memiliki persepsi sangat baik, 1 20 responden memiliki
persepsi baik, ; 2 15,1 sd 20 tahun, 2 13 responden memiliki persepsi sangat baik, 3 20 responden memiliki persepsi baik, 4 27
responden memiliki persepsi cukup baik, 4 27 responden memiliki persepsi kurang baik, 2 13 responden memiliki persepsi tidak baik ; 3
10,1 sd 15 tahun, 5 36 responden memiliki persepsi sangat baik, 4 29 responden memiliki persepsi baik, 2 14 responden memiliki
persepsi cukup baik, 3 21 responden memiliki persepsi kurang baik ; 4 5,1 sd 10 tahun, 1 8 responden memiliki persepsi sangat baik, 7 53
responden memiliki persepsi baik, 3 23 responden memiliki persepsi kurang baik, 2 15 responden memiliki persepsi tidak baik ; 5 5
tahun, 1 33,4 responden memiliki persepsi sangat baik, 1 33,4 responden memiliki persepsi baik, 1 33,4 responden memiliki persepsi
kurang baik.
Dalam hal ini faktor pengalaman berwirausaha dapat digunakan untuk memprediksi perbedaan persepsi pedagang kaki lima tentang konsep
Business Entity . Maka dapat disimpulkan semakin lama pengalaman
berwirausaha pedagang kaki lima akan membuat persepsi yang baik tentang konsep Business Entity. Dan sebaliknya semakin singkat
pengalaman berwirausaha pedagang kaki lima akan membuat persepsi yang buruk tentang konsep Business Entity. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hipotesis awal yang menduga ada perbedaan persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity ditinjau dari pengalaman
berwirausaha. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sekalipun stimulus yang diterima oleh pedagang sama tapi pengalaman berbeda maka ada
kemungkinan hasil persepsi akan tidak sama. Menurut peneliti adanya perbedaan persepsi pedagang kaki lima
tentang konsep Business Entity ditinjau dari pengalaman berwirausaha PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disebabkan pedagang kaki lima yang memiliki pengalaman berwirausaha relatif lama pernah menjalankan usaha dengan jenis yang sama, baik
bekerja di tempat milik orang lain maupun mengelola sendiri usahanya. Hal ini akan membuat pedagang kaki lima mendapatkan lebih banyak
pengetahuan tentang pentingnya penerapan konsep Business Entity bagi usaha perdagangangan yang didapatkan dari kebiasaan. Dan itu semua
dapat memberikan pengaruh terhadap persepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity.
76
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Setelah mengadakan penelitian dan analisis data, maka penelitian ini
menyimpulkan bahwa: 1. Tidak ada perbedaan pesepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business
Entity ditinjau dari tingkat pendidikan. Hal ini didukung dengan hasil
perhitungan nilai F hitung 2,109 lebih kecil dari F tabel = 2,575 . Dan nilai probabilitas atau assymp.sig adalah 0,095 lebih besar dari pada taraf
signifikansi α = 0,05. 0,095 0,05
2. Tidak ada perbedaan pesepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity
ditiinjau dari besarnya modal usaha. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan nilai F hitung = 0,421 lebih kecil dari F tabel = 2,575 . Dan
nilai probabilitas atau assymp.sig adalah 0,739 lebih besar dari pada taraf signifikansi
α = 0,05. 0,739 0,05 3. Ada perbedaan pesepsi pedagang kaki lima tentang konsep Business Entity
ditinjau dari pengalaman berwirausaha. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan nilai F hitung = 3,610 lebih besar dari F tabel = 2,575 .
Dan nilai probabilitas atau assymp.sig adalah 0,012 lebih kecil dari pada taraf signifikansi
α = 0,05. 0,012 0,05 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI