9
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Perilaku Bullying
1. Pengertian Bullying
Olweus 2002 menyatakan bahwa perilaku bullying  muncul pertama kali pada akhir tahun 1960 di Swedia dan menyebar di wilayah
Skandinavia.Istilah “mobbing” atau “mobbning” merupakan istilah yang digunakan oleh masyarakat Skandinavia untuk menyebutkan perilaku
yang menyerupai bullying.Dalam bahasa Inggris, kata “mob” memiliki arti individu atau kelompok yang melakukan kekerasan Heinemann,
dalam Olweus 2003.Perilaku bullying  juga dikenal dengan kata “peer abuse” atau “peer harassment”.Hal tersebut disebabkan karena perilaku
tersebut memiliki unsur kekerasan.Namun sekarang masyarakat lebih sering menggunakan kata “bully” Harris  Petrie, 2003.
Bullying  merupakan perilaku agresif yang dilakukan secara terus menerus, berulang pada waktu tertentu, dan memiliki perbedaan kekuatan
antara pelaku dan korban Olweus, 1996.Bullying  juga dapat diartikan sebagai perilaku agresif yang oleh seseorang secara sengaja dan dilakukan
secara  berulang kepada individu yang memiliki kekuatan yang kurang dari dirinya serta tidak memiliki kemampuan untuk membela diri Sejiwa,
2008.Selain itu, Elliot 2005 menyatakan bahwa bullying  merupakan perilaku yang dilakukan oleh individu secara sengaja untuk membuat
seseorang merasa takut dan terancam.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bullying  merupakan perilaku agresif yang biasanya dilakukan oleh individu secara sengaja,
dilakukan berulang kepada sebayanya yang lebih lemah dan memiliki tujuan untuk memberikan rasa takut kepada korbannya. Apabila orang tua
melakukan tindak kekerasan kepada anaknya maka disebut dengan abuseatau kekerasan pada anak.
2. Karakteristik Bullying
Perilaku bullying memiliki beberapa karakteristik. Sullivan 2011 memberikan beberapa karakteristik bullying, antara lain;
a. Perilaku  bullying  memiliki sifat kekerasan dan pengecut, pengecut
disini berarti tidak bertanggung jawab b.
Perilaku  bullyingmemiliki perbedaan kekuatan  antara pelaku dan korban
c. Perilaku bullyingmerupakan perilaku yang terorganisir dan sistematis
d. Perilaku bullyingmerupakan perilaku yang dilakukan secara berulang,
terjadi dalam jangka waktu yang lama, dan terkadang terjadi secara acak
e. Perilaku  bullyingmerupakan perilaku yang dapat memberikan luka
secara fisik maupun psikologis kepada korbannya Dengan demikian bullying  memiliki beberapa karakteristik yaitu,
memiliki perbedaan kekuatan, bersifat kekerasan, merupakan perilaku yang sistematis dan terorganisir, dilakukan secara berulang dalam waktu
yang lama, dan memberikan luka pada korban secara psikologis maupun fisik.
3. Bentuk-bentuk Bullying
Menurut Sullivan 2011, perilaku bullying dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Physical bullying
Physical  bullyingatau  bullying  secara fisik merupakan perilaku bullying  yang bertujuan untuk melukai korban secara fisik seperti,
memukul, menggigit, mencubit, atau juga bisa dengan merusak barang miliki orang lain.
b. Psychological bullying
Psychological  bullyingatau  bullying  secara  psikologis merupakan perilaku  bullying  yang memiliki tujuan untuk menyerang dalam diri
orang lain. Bullying secara psikologis dibedakan menjadi dua yaitu: 1
Verbal Psychological  bullyingsecara verbal meliputi berkata-kata kotor,
name-calling, mengirim surat kaleng, atau menyebarkan gosip. 2
Non-verbal Psychological  bullyingsecara non-verbal dibedakan menjadi dua
yaitu, langsung dan tidak langsung.Bullying  secara langsung biasanya merupakan gabungan dari fisik dan verbal, seperti wajah
yang jahat atau perilaku yang tidak sopan.Sedangkan bullying yang tidak langsung meliputi memanipulasi persahabatan,
mengabaikan, dan merusak hubungan.Biasanya bullying  secara tidak langsung ini juga disebut dengan relational bullying.
Tabel 1 Kategori bentuk-bentuk perilaku bullying
Bukan bullying
Bullying Perilaku
Kriminal
Kejahilan Fisik
Menggigit Menyerang
dengan menggunakan
senjata Perkelahian
tidak berulang dengan tidak
memberikan dampak pada
korban Menjambak
Memukul Menendang
Melukai tubuh dengan kejam
Mengunci dalam ruangan
Ancaman serius dengan
melukai atau membunuh
Mencubit Meninju
Mencakar Mencuri
Meludah Kekerasan
seksual dan serangan
fisik lainnya Merusak barang
orang lain
Non-fisik
Verbal Berkata-kata
kotor Pemerasan uang
Ancaman kekerasan
name-calling Berkata-kata
yang berbau seksual
Fitnah Gosip
Non- verbal
Langsung Wajah jahat
Perilaku tidak Sopan
Tidak langsung Merusak
persahabatan Mengabaikan
Mengisolasi Bullying dapat terdiri dari
perilaku-perilaku diatas atau gabungan antara perilaku-
perilaku tersebut
Bullying merupakan permikiran yang jahat,
dilakukan secara sengaja dan pengecut, dan
penyalahgunaan kekuatan
Bullying merupakan perilaku yang dilakukan
secara berulang-ulang
4. Komponen-komponen Bullying
Ada beberapa komponen dari bullying Sullivan, 2011 yaitu antara lain : a.
Pelaku bullying Setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi pelaku
tindak  bullying, laki-laki maupun perempuan.Sullivan 2011 menyatakan bahwa laki-laki memiliki kecenderungan untuk
melakukan tindak bullying  secara fisik dan lebih bersifat mengancam. Sedangkan perilaku bullying  yang dilakukan oleh
perempuan cenderung dilakukan secara tidak langsung, seperti mengabaikan orang lain secara sengaja atau menyebarkan gosip.
Selain itu, laki-laki dan perempuan memiliki respon yang berbeda terhadap  bullying. Laki-laki cenderung menyerah dan marah
sedangkan perempuan cenderung bertahan dan memilih untuk bersedih.Menurut Olweus dalam Harris  Pertrie, 2003, pelaku
tindak bullying laki-laki cenderung lebih stabil dibandingkan dengan pelaku tindak bullying perempuan yang cenderung berkurang seiring
dengan berjalannya waktu. Astuti 2008 menyebutkan beberapa ciri dari pelaku bullying,
antara lain: 1
Memiliki kehidupan yang berkelompok dan cenderung menguasai kehidupan sosial teman sebayanya
2 Memiliki kepopuleran di sekitarnya
3 Perilaku yang ditunjukkan selalu membuat lebih menonjol,
seperti berjalan di depan kelompok, sering menendang meja atau kursi.
b. Korban atau victim
Menurut Borg 1999, ada fakta yang ada penelitian-penelitian mengenai korban bullying, antara lain :
1 Korban bullying cenderung memiliki kecerdasan akademik
lebih tinggi dibandingkan dengan pelaku bullying, 2
Korban  bullying  memiliki kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya,
3 Korban  bullying  laki-laki lebih sering mendapatkan
perlakuan  bullying  secara langsung dibandingkan dengan korban perempuan,
4 Korban  bullying  cenderung kurang memiliki kedekatan
dengan orang-orang di sekitarnya. Susanto 2010 menyakatakan beberapa ciri dari korban tindak
bullying, antara lain : 1
Secara akademik memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi maupun lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata
teman sebayanya. 2
Secara sosial memiliki hubungan yang harmonis dengan keluarganya.
3 Secara mental dan perasaan memiliki tingkat kepercayaan
diri yang rendah, tingkat kecemasan yang tinggi, merasa modoh, dan tidak berharga.
4 Secara fisik lebih lemah dibandingkan dengan teman
sebayanya. c.
Partisipan atau  bystander Selain pelaku dan korban, dalam tindak bullying  terdapat
individu yang tidak termasuk ke dalam korban ataupun pelaku, yaitu partisipan atau bystanders.Individu yang menyaksikan tindak
bullying di sebut dengan partisipan atau bystanders.Harris dan Petrie 2003 menyatakan bahwa bystanders  memberikan berbagai respon
yang berbeda ketika menyaksikan tindak bullying.Ada yang menganggap bahwa perilaku bullying merupakan perilaku yang biasa
saja dan ada pula yang menganggap bahwa perilaku tersebut berbahaya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komponen dari tindakan  bullying  bukan hanya terdapat pelaku dan korban, namun juga
adanya partisipan atau bystanders. 5.
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Bullying Ada 4 faktor penyebab terjadinya perilaku bullyingOlweus, 2003;
Loeber  Stouthamer-Loeber, dalam Olweus 2003, yaitu : a.
Modelling Modelling merupakan perilaku meniru yang biasanya dilakukan oleh
anak terhadap orang-orang disekitarnya, terlebih orang tua. b.
Sikap orang tua yang kurang tegas terhadap anaknya yang berperilaku agresif
c. Punishment yang diberikan oleh orang tua
d. Karakter anak
Dengan demikian terdapat berbagai macam penyebab dari perilaku bullying, yaitu modelling, sikap dari orang tua yang kurang tegas
menangani anak yang berperilaku agresif, hukuman yang selalu diberikan oleh orang tua, dan karakter anak.
6. Dampak Bullying
Dampak yang paling terlihat dalam perilaku bullying  adalah dampak yang terjadi pada korban bullying.Menurut Byrne 1999, dalam
Sullivan 2011, korban cenderung merasa bersalah, malu, dan merasa
tidak berdaya.Hal tersebut disebabkan karena korban tidak dapat bertahan terhadap perilaku bullying  yang dialaminya.Selain itu korban juga
cenderung merasa khawatir, tidak bahagia, dan merasa ketakutan. Dalam jangka panjang, depresi yang dialam oleh korban meningkat, merasa
cemas, memunculkan simptom psikosomatis Arseheault et al, 2006; Campbell dan Morrison, 2007; Kaltiala-Heino et al, 2000; Tehrain, 2004;
dalam Sullivan 2011, dan memicu untuk melakukan bunuh diri Kaltiala- Heino et al, 1999; dalam Sullivan 2011.
Perilaku  bullyingjuga dapat memberi dampak pada pelaku Sullivan, 2011. Pelaku yang pernah melakukan  perilaku  bullyingakan
melakukan perilaku tersebut secara terus menerus dan dapat melakukan perilaku tersebut secara lebih serius. Apabila pelaku tetap melakukan
perilaku  bullyingsecara terus menerus maka pelaku tidak dapat berhenti melakukan perilaku bullying  dan perilaku tersebut tidak dapat ditolerir
lagi.Dampak paling besar pada pelaku adalah pelaku menjadi pelaku kriminal dan dapat dimasukkan ke dalam penjara.
Tindak  bullying  juga dapat mempengaruhi bystander.Berikut bentuk-bentuk pengaruh yang dialami bystander Harris  Petrie, 2003,
yaitu : 1
Kecemasan meningkat dan sering mengalami mimpi buruk. 2
Merasa marah dan kecewa karena tidak dapat menolong korban bullying.
3 Merasa bingung ketika terjadi tindak bullying.
4 Tidak memiliki self respect.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dampak perilaku bullying  tidak hanya dialami oleh korban saja namun juga dialami oleh
pelaku dan partisipan. Dampak yang dialami oleh korban antara lain, merasa bersalah, ketakutan, tidak berdaya, tidak bahagia, hingga muncul
keingingan untuk bunuh diri. Selain itu, dampak yang paling berat yang dialami oleh pelaku adalah dapat menjadi pelaku kriminal dan dapat
masuk ke dalam penjara. Dampak yang dialami oleh partisipan antara lain muncul kecemasan, merasa marah dan kecewa karena tidak dapat
membantu korban, merasa bingung ketika ada tindak bullying, dan tidak memiliki self respect.
B. Perilaku Agresi