72
responden mengungkapkan bahwa mereka mengetahui definisi perilaku bullying. Dengan demikian ada hal yang menarik yang ditemukan.Dari
keseluruhan responden, setengah dari jumlah responden tidak menyebutkan perilaku bullying pada video 1 atau video 2 yang telah
ditampilkan.Para responden menyebutkan perilaku-perilaku tersebut sebagai kenakalan, kejahilan, dan sebagainya.Kata bullying hanya
muncul para responden 2, 3, 4, dan 5 yaitu pada pelaku perempuan, korban laki-laki, korban perempuan, dan guru Bimbingan Konseling laki-
laki. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 6 Rangkuman tema besar tiap responden
Responden Video 1
Video 2 Pelaku laki-laki
Kenakalan Fitnah
Pelaku perempuan Bullying
Fitnah
Korban laki-laki Bullying
Fitnah
Korban perempuan Kenakalan
Bullying
Guru BK laki-laki Bullying
Fitnah
Guru BK perempuan Kenakalan
Fitnah
Orangtua laki-laki Keusilan
Fitnah
Orangtua perempuan Kejahilan
Fitnah
D. Pembahasan
Dari hasil seluruh wawancara, ada beberapa hal yang ditemukan, antara lain; definisi perilaku bullying, bentuk-bentuk perilaku bullting, penyebab
perilaku bullying, dan dampak perilaku bullying pada pelaku, korban, dan partisipan atau orang lain yang melihat perilaku bullying.
Definisi perilaku bullying yang ditemukan adalah sebagai berikut; memiliki perbedaan kekuatan antara pelaku dan korban, perilaku berulang,
73
perilaku tidak bertanggungjawab, perilaku bersifat kekerasan fisik, dan perilaku bersifat kekerasan verbal.Hasil tersebut memiliki beberapa
persamaan dan perbedaan dengan pendapat yang dikatakan oleh Sullivan 2011. Menurut Sullivan 2011, perilaku bullying memberikan beberapa
karakteristik, antara lain, perilaku bullying memiliki sifat kekerasan dan pengecut; perilaku bullying memiliki perbedaan kekuatan antara pelaku dan
korban; perilaku bullying merupakan perilaku yang terorganisir dan sistematis; perilaku bullying merupakan perilaku yang dilakukan secara
berulang, terjadi dalam jangka waktu yang lama, dan terkadang terjadi secara acak; dan perilaku bullying merupakan perilaku yang dapat memberikan luka
secara fisik maupun psikologis kepada korbannya. Persamaan yang muncul adalah perilaku bullying memiliki perbedaan kekuatan antara pelaku dan
korban, merupakan perilaku yang berulang, dan dapat melukai secara fisik.Sedangkan tambahan dari para responden adalah perilaku yang tidak
bertanggung jawab dan bersifat kekerasan verbal. Bentuk-bentuk perilaku bullying menurut para responden adalah
sebagai berikut; kenakalan, keusilan atau kejahilan, fitnah, berkata-kata kotor, dan melukai secara fisik.Bentuk-bentuk perilaku bullying tersebut memiliki
kemiripan dengan bentuk-bentuk perilaku bullying yang dijabarkan oleh Sullivan 2011.Fitnah dan berkata-kata kotor termasuk kedalam kategori
bullying non-fisik secara verbal sedangkan melukai secara fisik masuk kedalam kategori bullying fisik.Namun pendapat para responden yang
menyebutkan kenakalan dan keusilan atau kejahilan masuk kedalam bentuk-
74
bentuk perilaku bullying tersebut berbeda dengan pendapat dari Sullivan 2011 yang menyebutkan bahwa kejahilan tidak masuk dalam bentuk-bentuk
perilaku bullying. Penyebab perilaku bullying menurut para responden memiliki dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal penyebab perilaku
bullying adalah iri hati, dendam, cemburu, dan
kesenangan.Sedangkan faktor eksternal penyebab perilaku bullying adalah lingkungan, pergaulan, modelling, dan orangtua.Hal tersebut selaras dengan
pendapat dari Olweus 2003.Ia berpendapat bahwa ada empat faktor penyebab terjadinya perilaku bullying, yaitu modelling, sikap orangtua yang
kurang tegas terhadap anaknya yang berperilaku agresif, hukuman yang diberikan oleh orangtua, dan karakter anak. Dengan demikian, terdapat
kesamaan antara keduanya yaitu keduanya sama-sama berpendapat bahwa penyebab dari munculnya perilaku bullying adalah adanya peran orangtua
pada anaknya dan modelling. Selain itu, para responden lebih melihat penyebab pelaku melakukan perilaku bullying lebih pada iri hati, dendam,
cemburu, dan kesenangan sedangkan Olweus melihat bahwa karakter anak yang menjadi penyebab perilaku bullying.
Perilaku bullying memiliki dampak pada pelaku, korban, dan partisipan atau orang lain yang melihat perilaku tersebut. Dampak pada pelaku menurut
para responden terdiri atas dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif bagi pelaku antara lain kepuasan, kesenangan, mendapat perhatian,
dan mempunyai banyak teman. Sedangkan dampak negatif bagi pelaku antara
75
lain dijauhi teman, mendapat hukuman, dibenci orang lain, menjadi kebiasaan, dan penyesalan. Hal tersebut berbeda dengan pendapat dari
Sullivan 2011. Ia menyatakan bahwa pelaku dapat mengalami dampak yang paling berat yaitu menjadi pelaku kriminal dan dapat dipenjarakan. Dengan
demikian, terdapat perbedaan antara keduanya bahwa para responden lebih melihat dampak pada pelaku dalam tingkatan yang lebih rendah yaitu
mendapatkan hukuman, menjadi kebiasaan, dan merasakan penyesalan.Sedangkan Sullivan melihat dampak pada pelaku dalam tingkat
yang lebih tinggi yaitu menjadi pelaku kriminal. Dampak pada korban menurut para responden terdiri atas dampak
positif dan dampak negatif.Dampak positif bagi korban adalah bersemangat dan lega.Sedangkan dampak negatif bagi korban antara lain ketakutan,
trauma, minder, dan mengundurkan diri dari sekolah.Hal tersebut memiliki kemiripan dampak negatif dengan pendapat dari Byrne dalam Sullivan,
2011.Ia berpendapat bahwa ada beberapa dampak yang dialami oleh korban, antara lain, rasa bersalah, malu, tidak berdaya, khawatir, tidak bahagia, dan
adanya keingingan untuk bunuh diri. Kemiripan tersebut terdapat pada dampak negatif yang dialami oleh korban yaitu rasa malu yang dapat
membuat korban menjadi minder, selalu khawatir, dan tidak bahagia yang dapat membuat korban memiliki keinginan untuk mengundurkan diri dari
sekolah.Namun, para responden tidak menyebutkan dampak paling buruk dari tindak bullying tersebut, yaitu munculnya keinginan untuk bunuh diri.Namun
76
ada perbedaan yang sangat mencolok diantara keduanya yaitu bahwa Byrne tidak menyebutkan dampak positif pada korban tindak bullying.
Dampak pada partisipan atau orang lain yang melihat perilaku terdiri atas dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif bagi partisipan
antara lain simpati, ingin membantu korban, dan peduli terhadap korban. Sedangkan dampak negatif bagi partisipan adalah ikut membenci korban dan
ketakutan.Hal tersebut memiliki kemiripan dengan pendapat Harris dan Petrie 2003. Mereka berpendapat bahwa ada beberapa dampak yang dialami oleh
partisipan, yaitu kecemasan meningkat dan sering mengalami mimpi buruk, merasa marah dan kecewa karena tidak dapat menolong korban bullying,
merasa bingung ketika terjadi tindak bullying, dan tidak memiliki self respect. Kemiripan tersebut terdapat pada ketakutan yang dimiliki oleh
partisipan.Namun Harris dan Petrie tidak menyebutkan dampak positif yang dialami oleh partisipan.
Berdasarkan hasil wawancara seluruh responden terdapat satu responden yang memiliki perbedaan diantara responden lainnya, yaitu korban
laki-laki.Menurut responden tersebut, perilaku bullying hanya terjadi apabila memberikan luka secara fisik saja.Hal tersebut didukung dengan pernyataan
dari Sullivan 2011 yang menyatakan bahwa laki-laki lebih sering memberikan bullying secara fisik sehingga korban laki-laki tersebut lebih
sering mengalami tindak bullying secara fisik saja. Berdasarkan hasil wawancara dari dua video yang ditampilkan, hanya
setengah dari responden yang menyatakan bahwa video tersebut merupakan
77
perilaku bullying sedangkan setengah lainnya menyatakan bahwa video tersebut kenakalan, kejahilan, fitnah, dan sebagainya.Namun setelah
dilakukan wawancara lanjutan, seluruh responden mengetahui defisini dari perilaku bullying tersebut.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
masyarakat tidak terbiasa menggunakan kata bullying dalam kehidupan sehari-hari namun memahami perilaku bullying.Selain itu, para responden
lebih berfokus pada bentuk-bentuk perilaku bullying tersebut.Hal tersebut dapat dikarenakan oleh pengalaman yang dialami oleh masing-masing
individu yang membuat perbedaan dalam tiap orang memaknai perilaku bullying tersebut Bellak Abrams, 1997.
78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN