4 Tidak memiliki self respect.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dampak perilaku bullying tidak hanya dialami oleh korban saja namun juga dialami oleh
pelaku dan partisipan. Dampak yang dialami oleh korban antara lain, merasa bersalah, ketakutan, tidak berdaya, tidak bahagia, hingga muncul
keingingan untuk bunuh diri. Selain itu, dampak yang paling berat yang dialami oleh pelaku adalah dapat menjadi pelaku kriminal dan dapat
masuk ke dalam penjara. Dampak yang dialami oleh partisipan antara lain muncul kecemasan, merasa marah dan kecewa karena tidak dapat
membantu korban, merasa bingung ketika ada tindak bullying, dan tidak memiliki self respect.
B. Perilaku Agresi
1. Pengertian Agresi
Agresi merupakan perilaku yang wajar dilakukan oleh manusia. Perilaku agresif merupakan perilaku yang dilakukan oleh individu yang
memilki tujuan untuk melukai orang lain Baron, dalam Koeswara, 1988. Selain itu, Myer dalam Adriani, 1985 mengatakan bahwa perilaku
agresif merupakan perilaku yang melukai orang lain secara fisik maupun verbal. Berkowitz 1995 menjelaskan bahwa perilaku agresif adalah
perilaku yang dapat menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Pendapat lain dikemukakan oleh Murray dalam Lidnzey, 1981, perilaku
agresif merupakan cara seseorang untuk melawan atau menghukum orang lain dengan kekuatannnya sendiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku agresi merupakan perilaku yang wajar dilakukan oleh setiap individu yang
bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis, dapat dilakukan secara langsung maupun secara verbal dengan kekuatan sendiri.
2. Jenis-jenis Agresi
Buss dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2012 menggolongkan dimensi agresi menjadi 3 yaitu: fisik-verbal, aktif-pasif dan secara
langsung-tidak langsung. Perbedaan dimensi fisik-verbal terletak pada menyakiti fisik tubuh orang lain dan kata-kata. Perbedaan dimensi aktif-
pasif adalah pada tindakan nyata dan kegagalan untuk bertindak, sedangkan agresi langsung berarti kontak face-to-face dengan orang yang
diserang dan agresi tidak langsung terjadi tanpa kontak dengan orang yang diserang.
Kombinasi dari ketiga dimensi ini menghasilkan suatu framework untuk mengkategorikan berbagai bentuk perilaku agresi, yaitu:
a. Perilaku agresif fisik aktif langsung, merupakan perilaku agresif yang
dilakukan dengan cara menyakiti fisik orang lain secara langsung. Sebagai contoh memukul, meninju, dan menikam.
b. Perilaku agresif fisik aktif tak langsung, merupakan perilaku agresif
yang dilakukan dengan cara menyakiti fisik seseorang melalui orang
lain. Sebagai contoh membuat perangkap atau jebakan, menyuruh orang lain untuk memukul.
c. Perilaku agresif fisik pasif langsung, merupakan perilaku agresif yang
dilakukan secara langsung namun tidak terjadi kontak fisik. Sebagai contoh melakukan demonstrasi.
d. Perilaku agresif fisik pasif tak langsung, merupakan perilaku agresif
yang dilakukan tidak secara langsung dan tidak terjadi kontak fisik. Sebagai contoh menolak tugas.
e. Perilaku agresif verbal aktif langsung, merupakan perilaku agresif
yang dilakukan dengan cara menyakiti orang lain melalui kata-kata secara langsung. Sebagai contoh menghina, mengejek.
f. Perilaku agresif verbal aktif tak langsung, merupakan perilaku agresif
yang dilakukan dengan cara menyakiti orang lain melalui kata-kata namun tidak dilakukan secara langsung. Sebagai contoh menyebarkan
gosip atau rumor. g.
Perilaku agresif verbal pasif langsung, merupakan perilaku agresif yang dilakukan orang lain untuk menyakiti orang lain secara langsung
namun tidak ada kata-kata yang diucapkan. Sebagai contoh menolak berbicara, tidak menjawab orang lain.
h. Perilaku agresif verbal pasif tak langsung, merupakan perilaku agresif
yang dilakukan untuk menyakiti orang lain secara tidak langsung dan tidak ada kata-kata yang diucapkan. Sebagai contoh tidak membuat
komentar.
3. Faktor Penyebab Terjadinya Agresi
Menurut Baron dan Byrne 2005 ada tiga kelompok besar faktor penyebab perilaku agresi, yaitu:
a. Faktor sosial
1 Frustasi
Frustasi merupakan situasi dimana seseorang mengalami keterhambatan atau kegagalan dalam mencapai tujuan yang
diinginkan oleh individu tersebut Koeswara, 1998. 2
Provokasi langsung Menurut Geen dalam Koeswara, 1998, provokasi merupakan
pemicu munculnya perilaku agresi. Hal tersebut disebabkan karena provokasi merupakan serangan terhadap rasa harga diri
seseorang. 3
Tayangan Kekerasan di Media Massa Media massa dalam menjadi efek yang kuat bagi kognitif yang
berhubungan dengan agresi, secara perlahan-lahan dapat membentuk hostile expectation bias yang pada akhirnya jika
ekspektasinya kuat maka seseorang dapat memunculkan perilaku agresi.
b. Karakter Kepribadian
1 Pola Perilaku Tipe A
Seseorang dengan pola perilaku tipe A merupakan individu yang sangatkompetitif,
sangat terburu-buru, dan mudah
tersinggung atau agresif Glass dan Strube, dalam Baron, Branscombe, dan Byrne 2006.
2 Bias Atribusi Hostile
Bias Atribusi hostile mrupakan salah satu faktor pembeda yang penting dalam perilaku agresi Baron dan Byrne, 2005.
Individu yang memiliki bias atribusi hostile yang tinggi jarang memandang tindakan orang lain sebagai bentuk ketidaksengajaan.
3 Jenis Kelamin
Bettencourt dan Miller dalam Baron dan Byrne, 2005 menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin dalam perilaku agresi
sangat besar ketika tidak ada provokasi dibanding adanya provokasi. Laki-laki memiliki kecenderungan agresif
dibandingkan dengan perempuan apabila tidak ada provokasi. Namun laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan agresif
yang sama ketika mereka mendapatkan provokasi oleh orang lain. c.
Faktor Situasional 1
Suhu Udara Menurut Carlsmith dan Anderson dalam Koeswara, 1998,
pada saat musim panas perilaku agresi lebih banyak terjadi. Hal tersebut disebabkan karena pada saat musim panas memiliki hari
yang lebih panjang dibandingkan dengan musim-musim lainnya.
2 Alkohol
Busman, Cooper, dan Gustafson dalam Baron dan Byrne, 2005 menemukan bahwa individu yang mengkonsumsi alkohol
dalam jumlah yang banyak memiliki respon yang lebih cepat pada perilaku agresi.
C. Perilaku Kekerasan